• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN KETERAMPILAN PROSES SAINS GURU SD

BUDHI AKBAR* DAN NURYANI Y RUSTAMAN**

B. KAJIAN PUSTAKA

Hakikat IPA dan Pembelajaran IPA

Sund (Suriaty, 1996) menyatakan bahwa “Science is both a body of

knowledge and a process”. IPA adalah kumpulan dari pengetahuan dan bagaimana proses untuk mendapatkan pengetahuan tersebut. IPA atau sains mengandung empat hal, yaitu: konten atau produk, proses atau metode, sikap dan teknologi (Cain dan Evans dalam Rustaman, 2005).

Jika sains mengandung empat hal (konten atau produk, proses atau metode, sikap dan teknologi), maka ketika belajar sainspun siswa perlu mengalami keempat hal tersebut (Rustaman dkk., 2005). Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara

inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup dengan menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui

penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Depdiknas,

2006).

Pada Standar Kompetensi Lulusan yang ditetapkan BSNP (Depdiknas, 2006), lulusan sekolah dasar antara lain diharapkan dapat menggunakan informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis, dan kreatif; menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif, dengan bimbingan guru/pendidik; menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dan menyadari potensinya; menunjukkan kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari; dan berkomunikasi secara jelas dan santun (Depdiknas, 2006). Kontribusi mata pelajaran IPA akan sangat bermakna bagi pencapaian SKL tersebut apabila pembelajarannya dilakukan

secara kerja ilmiah (scientific inquiry) dan diorientasikan pada peningkatan

pemahaman dan penalaran ilmiah (scientific reasoning), keterampilan serta sikap

ilmiah. Semua komponen tersebut akan membangun kemampuan ilmiah (scientific

ability) siswa. Menurut Etkina, et al. (2006) kemampuan ilmiah adalah prosedur- prosedur, proses-proses, dan metode-metode yang paling penting yang digunakan para ilmuwan pada saat membangun pengetahuan dan ketika memecahkan permasalahan bersifat eksperimental.

Keterampilan Proses Sains (IPA)

a. Konsepsi tentang Keterampilan Proses Sains

Prosedur yang dilakukan para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam usaha mendapatkan pengetahuan tentang alam biasa dikenal dengan istilah metode ilmiah. Menurut Rustaman (2003) keterampilan-keterampilan dasar yang dimiliki ilmuwan dalam melakukan kegiatan ilmiah dikenal dengan keterampilan proses sains/IPA.

Menurut Funk (Radjijanti, 2000), keterampilan proses sains (Science Processes Skilsl) mencakup hal-hal yang dilakukan oleh ahli-ahli sains dalam mereka belajar dan melakukan penyelidikan. Sementara Oliver (Dahar, 1985), menekankan keterampilan proses pada keterampilan berpikir. Keterampilan proses dapat berkembang pada diri siswa bila diberi kesempatan untuk berlatih menggunakan keterampilan

berpikirnya. Dengan keterampilan proses ini siswa dapat mempelajari IPA sesuai dengan keinginannya. Menurut Gagne (Dahar, 1985) keterampilan proses IPA adalah kemampuan-kemampuan dasar tertentu yang dibutuhkan untuk menggunakan dan memahami sains. Setiap keterampilan proses merupakan keterampilan intelektual yang khas, yang digunakan oleh semua ilmuwan, serta dapat diterapkan untuk memahami fenomena apapun juga.

Harlen (Radijanti, 2000) mendeskripsikan keterampilan proses sebagai kegiatan-kegiatan atau berbagai aktivitas siswa yang dilakukan dalam belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan seluruh kegiatan menjadi satu kesatuan yang tidak terpisah- pisah. Misalnya dalam kegiatan penyelidikan, mulai dari melakukan pengamatan, menafsirkan hasil pengamatan dan keterampilan-keterampilan selanjutnya. Secara keseluruhan masing-masing keterampilan proses yang terlibat menjadi bagian dari seluruh keterampilan dalam proses penyelidikan tersebut.

b.Peranan Pendekatan Keterampilan Proses pada Pengajaran IPA

Berbagai pendekatan dalam pembelajaran dianjurkan untuk digunakan dalam pengajaran IPA seperti pendekatan konsep, pendekatan keterampilan proses, pendekatan inkuiri, pendekatan lingkungan, pendekatan terpadu (terutama untuk SD). Diantara pendekatan-pendekatan tersebut, pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan pengajaran IPA yang sangat mendasar dan yang seharusnya digunakan oleh guru dalam setiap pengajaran IPA mulai dari tingkat sekolah dasar (Radjijanti, 2000).

Pendekatan keterampilan proses dalam pengajaran sains merupakan suatu strategi pengajaran yang dapat melibatkan siswa untuk bertingkah laku seperti ilmuwan. Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dirancang sedemikian rupa sehingga dapat melatih dan mengembangkan keterampilan, pengetahuan dan sikap ilmiah pada diri peserta didik. Keterampilan-keterampilan itu sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan mereka dalam menyelesaikan masalah-masalah lingkungan secara rasional dan objektif yang mutlak diperlukan oleh peserta didik sebagai bekal dalam kehidupannya pada masa kini dan masa yang akan datang.

Alasan yang mendasari pendekatan keterampilan proses sebaiknya digunakan dalam pengajaran IPA adalah:

1) konsep IPA dapat dikembangkan dari proses, dan IPA (sains) dari waktu ke waktu terus berkembang sesuai dengan perkembangan kemajuan zaman;

2) konsep-konsep yang rumit dan abstrak lebih mudah dipahami siswa bila konsep disampaikan dengan pendekatan keterampilan proses dan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi siswa. Selain itu pengembangan konsep IPA tidak boleh terlepas dari pengembangan aspek keterampilan dan sikap pada diri anak didik (Semiawan, 1992);

3)teori perkembangan kognitif dari Piaget menyatakan bahwa kemampuan berpikir

anak berkembang jika ia melakukan pengamatan secara langsung. Dengan mengamati secara langsung ia melihat hubungan-hubungan antara fakta-fakta atau gejala-gejala sehingga ia menemukan gagasan atau konsep yang menjadi miliknya. Selanjutnya Piaget menghendaki peserta didik menemukan dan memperoleh fakta-fakta melalui kegiatan pengamatan, pengukuran; pengklasifikasian, dan penarikan kesimpulan (Radjijanti, 2000);

4)pengembangan keterampilan proses sains (IPA) dalam diri peserta didik adalah sangat tepat karena lebih memungkinkan peserta didik merasakan hakekat IPA, dan mereka terampil melakukan kegiatan sains (Iskandar & Hidayat, 1997) keterampilan proses penting bagi siswa karena keterampilan proses dapat mencerminkan bagaimana anak membentuk konsep secara alamiah dengan menghubungkan pengalaman-pengalaman yang relevan dengan kehidupan mereka, membantu pengembangan mental secara keseluruhan dalam belajar bagaimana belajar; membantu memahami konsep yang abstrak dan menangkap gagasan baru yang belum diketahui (Sri Redjeki, dalam Radijanti, 2000).

Pada tingkat sekolah dasar, secara eksplisit keterampilan proses IPA ditanamkan mulai dari kelas III setelah program pengajaran IPA diberikan secara terpisah, artinya tidak terintegrasi dengan mata pelajaran lain. Khusus untuk anak SD Bundu (2006) menyarankan keterampilan proses yang dikembangkan adalah keterampilan observasi (quantifikasi dan klasifikasi), penyusunan hipotesis, prediksi/eksperimen, interpretasi/inferensi, dan komunikasi. Sedangkan menurut Radjijanti (2000) keterampilan proses yang ditanamkan di SD masih merupakan

keterampilan proses dasar yang meliputi mengamati, melakukan percobaan,

mengelompokkan, menafsirkan (membuat inferensi), meramalkan, menerapkan dan

C. METODOLOGI

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Pandeglang Propinsi Banten, Kotamadya Jakarta Utara DKI Jakarta dan Kotamadya Bekasi serta Kabupaten Karawang Propinsi Jawa Barat. Waktu pelaksanaan pada bulan Maret sampai dengan September 2009.

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah guru sekolah dasar dengan kualifikasi akademik sarjana, lulusan dari Program Studi PGSD S-1 Universitas Terbuka (UT), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan perguruan tinggi lainnya. Sampel berjumlah 85 orang, terdiri atas 30 orang guru laki-laki (35,3%) dan 55 orang guru perempuan (64,7%), berusia antara 26 – 53 tahun, dengan usia rata-rata 42,3 tahun (SD=6,3). Pengalaman mereka mengajar di sekolah dasar terentang antara 4 sampai 33 tahun, dengan rata-rata 19,3 (SD=7,7).

Berdasarkan perguruan tinggi asal, responden didominasi lulusan UT sebanyak 60 orang (70,6%), sisanya adalah lulusan UPI 17 orang (20%), UNJ 5 orang (5,9%) dan perguruan tinggi lainnya tercatat 3 orang (3,5%). Tigapuluh orang (35,3%) responden adalah guru yang bertugas di wilayah Kabupaten Pandeglang Banten, 19 orang (22,4%) dari Kotamadya Jakarta Utara, serta di Kodya Bekasi dan Kabupaten Karawang masing-masing 18 orang (21,2%).

                            Gambar 1

Proporsi responden berdasarkan karakteristik Usia, Pengalaman Mengajar, Asal Perguruan Tinggi dan Wilayah Tempat Bekerja

  < 40 th 28% 40 ‐45  th 32%  46 th 40%

Usia

 10 th 20% 11‐20  th 25%  21 th 55%

Pengalaman 

Mengajar

UT 71% UPI 20% UNJ 6% Lainny a 3%