• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hakekat Pembelajaran Matematika

Pada prinsipnya hakekat pembelajaran Matematika telah dirumuskan dan ditafsirkan oleh para ahli berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Tetapi para ahli menafsirkan tentang hakekat Matematika secara umum sebagai berikut :

1. Menurut Trianto ( 2007 : 42 ) Pembelajaran Kooperatif disusun untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam suatu kelompok.

2. Menurut Ismail (2002) menyatakan bahwa pembelajaran koopereatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama, yakni kerja sama antara siswa dalam kelompok untuk mencapai suatu tujuan. Para siswa dibagi menjadi kelompok-kolompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari suatu materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk membangkitkan interaksi yang efektif diantara anggota kelompok melalui diskusi dari kelompoknya.

3. Menurut Kunandar (2009:359) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun siswa kelompok atas yang bekerja sama dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik. Dalam halini siswa kelompok atas akan menjadi tutor sebaya bagi siswa kelompok bawah, sehingga memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya yang memliki orientasi dan bahasa yang sama.

4. Amin ( 1980 : 15 ) berpendapat bahwa pembelajaran secara kooperatif dapat menambah wawasan bagi para siswa untuk mendapatkan konsep-konsep Matematika secara konkrit nyata dalam pengamatannya secara langsung.

(BORNEO, Edisi Khusus, Nomor 18, September 2017)

190

Model Pembelajaran Kooperatif

Model Pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asah, asih dan asuh antar siswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan. Pembelajaran kooperatif disusun untuk mencapai tujuan bersama, dan juga disusun untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepimimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok tersebut.

Adapun unsur-unsur pembelajaran secara kooperatif menurut Kunandar(2009;359) adalah sebagai berikut :

1. Saling ketergantungan positif, dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan antar sesama. Dengan membutuhkan antar sesama, maka mereka merasa saling ketergantungan satu sama lainnya.

2. Interaksi tatap muka, Interaksi tatap muka menurut siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru tetapi dengan sesama siswa lainnya

3. Akuntabilitas individual, Meskipun pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam kelompok, tetapi penilaian dalam rangka mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap suatu materi pelajaran dilakukan secara individual.

4. Ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi, Pembelajaran kooperatif akan menumbuhkan ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi.

Hasil Belajar

Hasil belajar adalah untuk mengetahui bagaimana ciri-ciri tingkah laku perkembangan kemampuan dan pengetahuan siswa sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran. Adapun ciri-ciri tersebut ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku, kemampuan dasar dan pengalaman yang dimiliki serta motivasi belajar.

Nana Sudjana (1989:21) mengatakan hasil belajar yang dapat dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua factor intern dan factor ekstern.

(BORNEO, Edisi Khusus, Nomor 18, September 2017)191 Faktor internnya adalah Kemampuan yang terdapat dalam diri siswa sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang meliputi 3 aspek yaitu :

1. Lingkungan

2. Lingkungan rumah tangga 3. Lingkungan masyarakat

Penilaian hasil belajar Matematika siswa dapat dilakukan melalui penelitian, hasil ulangan umum semester atau ulangan harian.

Dapat juga dengan menggunakan laporan praktikum, tugas Pekerjaan Rumah, Fortofolio, Tugas mandiri dan sebagainya yang dilakukan oleh siswa untuk dinilai. Segala hal yang berkaitan dengan perilaku siswa terutama mengenai keterampilan proses sikap ilmiah dapat pula digunakan sebagai unsur yang dinilai.

Prestasi Belajar

Poerwadarminta (1982:768) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai selama mengikuti pelajaran disekolah berupa nilai atau angka perolehan dari hasil ulangan harian dan ulangan umum semester II. Kemampuan siswa untuk menunjukkan hasil tertinggi yang dicapai selama mengikuti pembelajaran disekolah setelah dievaluasi.

Dengan demikian tentunya ada keterkaitan antara usaha dalam belajar ini diharapkan akan memperoleh kemampuan yang sifatnya kognitif, efektif, psikomotorik. Dan pada akhirnya mengantarkan siswa dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Tujuan dan Fungsi Mata Pelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pada jenjang Sekolah Dasar mata pelajaran Matematika merupakan bagian dari mata pelajaran Sains, Matematika merupakan mata pelajaran untuk memperluas wawasan pengetahuan tentang keadaan nyata di lapangan, meningkatkan keterampilan ilmiah, menumbuh kembangkan sikap ilmiah dan kesadaran atau kepedulian pada produk teknologi melalui penerapan konsep matematika yang dikuasai.

Pada GBPP (1993:1) Ilmu pengetahuan alam / sains dan teknologi yang terdiri dari Matematika, Fisika, Biologi dan Kimia yang sering dikenal dengan Pendidikan MIPA merupakan hasil suatu kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui

(BORNEO, Edisi Khusus, Nomor 18, September 2017)

192

serangkaian kegiatan ilmiah. Proses meliputi penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasan untuk mendapatkan data yang konkrit benar secara ilmiah dan faktual. Selain itu MIPA adalah program untuk menanamkan sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta mencintai dan menghargai kekuasaan Tuhan YME.

Mata pelajaran Matematika merupakan perluasan dan pendalaman Sains sedangkan sekolah dasar sebagai dasar untuk mempelajari perilaku benda dan energi serta keterkaitan antara konsep dan penerapannya dalam kehidupan nyata.

METODE PENELITIAN Setting Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti mengambil tempat dan populasi di SDN 002 Balikpapan Utara. Lokasi sekolah ini terletak ditengah-tengah kota tepatnya di Jl. Cendawasih II RT 017 No 40 Muara Rapak Balikpapan Utara. SDN 002 Balikpapan Utara Kelas VI terdiri dari 3 rombongan belajar/ rombel = 3 kelas. Penulis mengambil sampel 1 kelas sebagai Penelitian Tindakan Kelas yaitu kelas VI B

Variabel yang Diteliti

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua variabel sebagai penunjang dasar dalam mengamati objek tindakan kelas. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :

1. Variabel bebas, yaitu pembelajaran dengan autodidak susuai dengan kemapuan secara individual yang dimiliki oleh siswa.

2. Variabel terikat, yaitu berupa prestasi hasil belajar siswa yang memperoleh perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw pada kegiatan belajar mengajar secara kelompok.

Rencana Tindakan 1. Perencanaan

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahapan perencanaan ini adalah sebagai berikut :

a. Menyiapkan rencana pengajaran dengan kompetensi dasar tentang Pengerjaan Hitung Bilangan Pecahan.

(BORNEO, Edisi Khusus, Nomor 18, September 2017)193 b. Membuat model pembelajaran yang berbentuk kooperatif

perkelompok.

c. Membuat lembar observasi ( tes awal untuk melihat bagaimana kondisi awal belajar mengajar dikelas ketika latihan atau metode tersebut diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran.

d. Membuat kartu soal atau lembaran soal yang harus di jawab setiap siswa.

e. Menyiapkan LKS dan buku bahan ajar yang relevan (buku Matematika dari Penerbit Pakar Raya, Erlangga dan Kamus Matematika).

2. Pelaksanaan tindakan

Tindakan penelitian kelas dilakukan dengan 3 siklus.

Langkah-langkah Siklus 1 sebagai berikut : Refleksi awal

a. Guru melakukan apersepsi dan menuliskan kompetensi dasar yang akan dipelajari.

b. Siswa duduk berkelompok menjadi 4 kelompok tiap kelompok 10 orang siswa dan ada 1 kelompok yang berjumlah 9 orang orang karena jumlah siswanya 39 orang.

c. Guru membagi bahasan materi pada 4 kelompok dengan materi yang akan disajikan.

d. Siswa mengerjakan kartu soal secara individu sesuai dengan bahasan materi tiap kelompok.

e. Masing-masing siswa mempresentasikan hasil kerja per individu.

f. Guru mengobservasi kerja siswa.

g. Penilaian diambil dari hasil kerja siswa.

Hasil siklus 1 dianalisis untuk membuat refleksi pada siklus 2.

Langkah-langkah siklus 2 :

Pada siklus kedua dilaksanakan dengan berpedoman dari hasil analisis pada siklus pertama, yaitu bagaimana hasil serta kekurangan dari langkah siklus pertama tersebut dan apa akibatnya serta perubahan apa yang harus dilakukan pada tahap berikutnya. Tahap-tahap tindakan pada

(BORNEO, Edisi Khusus, Nomor 18, September 2017)

194

siklus kedua juga sama dengan pada siklus pertama hanya saja permasalahan atau sub pokok bahasan / standar kompetensinya yang berbeda yang di berikan pada siswa merupakan masalah yang baru tentang Pengerjaan Hitung Bilangan Pecahan. Seluruh siswa diharuskan mengerjakan test yang sama seperti saat penjajagan pada test awal dilaksanakan.

Langkah – langkah yang dilakukan Guru sebagai berikut :

a. Guru melakukan apersepsi dan menuliskan standar kompetensi / kompetensi dasar yang akan dipelajari.

b. Siswa duduk berkelompok menjadi 4 kelompok tiap kelompok 10 orang siswa dan ada 1 kelompok yang berjumlah 9 orang karena jumlah siswanya 39 orang.

c. Siswa duduk berkelompok menjadi 4 kelompok tiap kelompok 10 orang siswa, sedangkan kelompok ke 4 bertjumlah 9 orang.

d. Guru membagikan LKS pada siswa pada setiap kelompok.

e. Guru membagikan alat dan bahan yang diperlukan dalam pembelajaran.

f. Siswa melaksanakan belajar berkelompok dan mengisi LKS serta mencatat hasil setiap kelompok.

g. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok yang dilakukan.

h. Guru mengobservasi kerja siswa.

i. Penilaian diambil dari hasil kerja siswa.

j. Guru melakukan pembenaran hasil presentasi dan menyimpulkan hasil presentasi bersama- sama dengan siswa.

Siklus Ketiga

Dalam siklus ketiga dilaksanakan dengan berpedoman dari hasil siklus kedua kekuramgan apa sajakah yang dialami oleh setiap siswa dalam kelompok tersebut, dalam siklus ketiga ini tahapan-tahapan yang dilakukan sama seperti pada silus sebelumnya tetapi yang membedakan dalam siklus ini adalah sub pokok bahasan/standar kompetensi yang diberikan adalah Model Pembelajaran Kooperatif Pengerjaan Hitung Bilangan Pecahan selanjutnya setiap siswa mendapat perlakuan yang sama dan setiap siswa di haruskan untuk mengerjakan test yang serupa pada saat test penjajagan dan test pada saat siklus kedua dilakukan.