• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut R.Gagne seperti yang dikutip oleh Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, memberikan dua definisi belajar, yaitu: (1) Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. (2) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.

Menurut Skinner yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono dalam bukunya yang berjudul Belajar dan Pembelajaran, bahwa belajar

(BORNEO, Edisi Khusus, Nomor 18, September 2017)

24

merupakan hubungan antara stimulus dan respon yang tercipta melalui proses tingkah laku . M.Sobri Sutikno mengemukakan, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dlam interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diberbagai bidang yang tejadi akibat interaksi terus menerus dengan ligkungannya.

Pengertian Hasil Belajar

Hasil Belajar atau disebut juga sebagai prestasi merupakan kemampuan intelektual peserta didik, yang dapat menentukan keberhasilan dalam meperoleh prestasi pada setiap kegiatan belajar. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh peserta didik setelah proses belajar mengajar berlangsung.

Menurut W.J.S Purwadarminto ( 1987 :767 ) ”Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan”. Jadi prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai menurut kemampuan yang tidak dimiliki dan ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau ujian.

Sehubungan dengan hasil belajar, Poerwanto (1986 : 28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “ hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport”.

Sedangkan menurut S. Nasution (1996 : 17) “Prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni : kognitif, afektif, dan psikomotorik, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”

Hasil belajar diperoleh pada akhir proses pembelajaran dan berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang telah diajarkan. Seperti yang dikemukakan Dimyati dan

(BORNEO, Edisi Khusus, Nomor 18, September 2017) 25 Mujiono (2006 : 3) “Hasil belajar merupakan hasil dari suatu intrerksi tindakan belajar dan mengaja. Disisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, disisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.”

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi atau hasil belajar adalah tingkat keberhasilan yang diperoleh seseorang dari kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar peserta didik

Setiap aktifitas yang dilakukan oleh seseorang tentu ada faktor-faktor yang yang mempengaruhinya, baik yang bersifat mendorong maupun yang menghambat. Demikian pula dalam belajar, faktor yang mempengaruhi prestasi atau hasil belajar siswa itu adalah faktor intern dan faktor ekstern. (Ahmadi, 1998 : 72). Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhinya antara lain faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa (faktor eksern).

Faktor Intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapu yang tergolong faktor intern adalah keerdasan, bakat, minat, dan motivasi.

Kecerdasan atau intelegensia adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang diadapinya.

Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensia, intelegensia yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya.Slameto (1995 : 56 ) mengatakan bahwa “ Tingkat intelegensia yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensia yang rendah.”

Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki sesorang sebagai kecakapan pembawaan.Ngalim Purwanto (1986 : 28 ) mengemukakan “ bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan – kesanggupan tertentu.” Menurut Syah Muhibbin (1999 : 136) “bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada pendidikan dan latihan.” Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tumbuhnys keahlian tertentu pada diri seseorang sangatlah ditentukan oleh bakat yang dimilikinya.

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenali beberapa kegiatan atau kecenderungan yang mantap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang tertentu. Siswa yang kurang

(BORNEO, Edisi Khusus, Nomor 18, September 2017)

26

baerminat dalam pelajaran tertentu akan menghambat dalam hasil belajarnya. Menurut Winkel (1996 : 24) “Minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang / hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.”

Motivasi adalah dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi dalam belajar adalah faktor penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan kegiatan belajar.Seperti yang dikemukakan oleh Nasution (1995 : 73) “motivasi adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.”

Faktor Ekstern

Yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang bersifat dari luar diri siswa, yaitu keadaan keluarga, sekolah dan sekitarnya.

Keadaan Keluarga dapat menentukan keberhasilan anak dalam belajar. Adanya rasa aman dan nyaman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang memperoleh belajar.Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah peertama kali anak mendapatkan pendidikan dan bimbingan.

Faktor Guru, guru sebagai tenaga kependidikan memiliki tugas menyelenggarakan kegiatan blajar mengajar, membimbing, mengolah, meneliti, dan mengembangkan serta memberikan pelajaran kepada siswa.

Keterampilan guru dalam mengajar, keprofesionalan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sangat mnentukan keberhasilan siswa dalam belajar.

Sumber Belajar, merupakan faktor yang menunjang keberhasilan dalam proses belajar dan mengajar. Sumber belajar yang lengkap dan memadai adalah perangkat yang dapat digunakan siswa dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga hasil belajar dapat meningkat.

Metode Mengajar, Yaitu cara-cara yang dilakukan oleh guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Penggunaan Metode Cooperative Learning (CL)

Cooperative Learning adalah salah satu model pembelajaran berbasis teori belajar sosial Robert Bandura yang dipopulerkan oleh Spencer Kagan, Robert Slavin dan Johnson &Johnson. Cooperative Learning adalah metode pembelajaran yang menekankan kepada proses

(BORNEO, Edisi Khusus, Nomor 18, September 2017) 27 kerja sama dalam suatu kelompok yang biasa terdiri dari 3 sampai 5 orang siswa untuk mempelajari suatu materi akademik yang spesifik sampai tuntas. (Adang Heriawan dkk,2012:109).

Menurut Slavin dalam Isjoni (2010 : 12) Cooperative Learning adalah model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Metode Coopetatif Learning adalah salah satu metode pembelajaran yang mengutamakan kerjasama kelompok dalam menyelesaikan materi pembelajaran, memecahkan masalah atau menyelesaikan sebuah tujuan.

Metode Cooperative Learning Tipe JIGSAW

Model pemebelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil, seperti yang diungkapkan Lie ( 1993:

73), bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Pembelajaran Kooperatif JIGSAW merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal dengan cara membentuk tim ahli. Dalam metode ini terdapat tahap-tahap dalam penyelenggaraannya, yaitu ;(1) Pembentukan kelompok peserta didik yang terdiri dari 4-6 orang.sebaiknya heterogen, (2) Setiap anggota kelompok ditugaskan untuk mempelajari materi tertentu, (3) Setiap anggota kelompok yang mempelajari materi yang sama bertemu dalam satu kelompok baru membentuk ‘Tim Ahli’. Selanjutnya materi tersebut didiskusikan, dipelajari apabila menemukan masalah dibahas bersama, (4) Setelah masing-masing perwakilan dalam tim ahli tersebut dapat menguasai materi yang ditugaskannya, kemudian masing-masing perwakilan tersebut kembali ke kelompok masing-masing atau kaelompok asalnya, (5) Masing-masing anggota tersebut saling menjelaskan kepada teman satu kelompoknya.sehingga teman dalam satu kelompoknya dapat memahami materi yang ditugaskan guru ,6) Peserta didik diberi tes/kuis

(BORNEO, Edisi Khusus, Nomor 18, September 2017)

28

untuk mengetahui apakah peserta didik sudah dapat mamahami suatu materi atau belum.

Dengan demikian melalui penyelenggaraan model Jigsaw dalam proses belajar mengajar dapat menumbuhkan tanggung jawab peserta didik sehingga terlibat langsung secara aktif dalam memahami suatu persoalan dan menyelesaikannya secara kelompok. Pada kegiatan ini ini keterlibatan guru dalam belajar mengajar semakin berkurang, dalam arti guru tidak lagi menjadi pusat kegiatan kelas. Guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi peserta didik untuk belajar mandiri serta menumbuhkan rasa tanggung jawab serta peserta didik akan merasa senang berdiskusi tentang materi pelajaran dalam kelompoknya. Peserta didik dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 5 orang peserta didik, Tiap orang dalam team diberi bagian materi berbeda, Tiap orang dalam team diberi bagian materi yang ditugaska, Anggota dari team yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab mereka, Setelah selesai diskusi sebagai tem ahli tiap anggota kembali kedalam kelompok asli dan bergantian mengajar teman satu tem mereka tentang sub bab yang mereka kusai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama ,Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi, Guru memberi evaluasi, Penutup Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan model pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut;

Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya, Mengembangkan kemampuan peserta didik mengungkapkan ide atau gagasan dalam memecahkan masalah tanpa takut membuat salah,

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN