Pengawas SMP DISDIKPORA Kab. PPU Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi. Penelitian ini terdiri dari dua siklus, tiap siklus terdiri dari 4 tahapan yakni merencanakan, melaksanakan, pengamatan dan refleksi. Pada kondisi awal sebelum dilakukan pendampingan oleh pengawas kinerja kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi sangat rendah. Setelah dilakukan pendampingan oleh pengawas maka terjadi peningkatan baik pada siklus 1 maupun maupun pada siklus 2.
Kata Kunci : supervisi akademik, pendampingan
(BORNEO, Edisi Khusus, Nomor 18, September 2017)
160
PENDAHULUAN
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah menyatakan bahwa seorang kepala sekolah/madrasah dituntut untuk memiliki kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Pada kenyataannya, tidak semua kepala sekolah/madrasah menguasai seluruh kompetensi secara utuh. Dari hasil temuan baik melalui wawancara langsung, maupun sumber lain didapatkan fakta bahwa dimensi kompetensi supervisi dari kepala sekolah ini masih rendah. Idealnya seorang kepala sekolah memiliki seluruh dimensi kompetensi yang dipersyaratkan. Padahal kalau diperhatikan supervsisi akademik sangat penting bagi kepala sekolah dan guru. Disisi lain ada pengawas yang memiliki tupoksi didalam pembinaan kepala sekolah maupun guru. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah memberikan acuan bagi pengembangan kompetensi pengawas sekolah/madrasah. Kompetensi Supervisi Manajerial, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Supervisi Akademik, Kompetensi Evaluasi Pendidikan, Kompetensi Penelitian Pengembangan, Kompetensi Sosial.
Dari dimensi kompetensi pengawas tersebut dijabarkan menjadi tugas dan fungsi pengawas, dimana salah satunya adalah melakukan pengawasan akademik. Pengawasan akademik adalah membina dan membantu pendidik (guru) dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran/bimbingan dan kualitas belajar peserta didik. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penilaian (evaluasi), sampai pada pengembangan pembelajaran, dengan memberikan pembinaan guru yang juga bermuara kepada peningkatan kinerja mereka dan prestasi siswa, yang notabene akan berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan.
Disisi lain ada dimensi kompetensi supervisi akademik yang melekat pada kepala sekolah, yang belum optimal dilakukan.
Kalau kita sinergikan antara kekurangan yang ada pada kepala sekolah dengan mengoptimalkan peranan pengawas sekolah kiranya hal ini sebuah perpaduan yang harmonis. Jadi dalam hal ini kita lakukan peningkatan kompetensi supervisi akademik kepala sekolah melalui pendampingan oleh pengawas sekolah.
(BORNEO, Edisi Khusus, Nomor 18, September 2017)161 KAJIAN PUSTAKA
Ketrampilan Supervisi Akademik Strategi
Pengertian strategi menurut Argyris (1985), Mintzberg (1979), Steiner dan Miner (1977) sepertiyang dikutip oleh Rangkuti (2005:4):“Strategi merupakan respon secara terus-menerus maupun adaktif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yangdapat mempengaruhi suatu organisasi”. Salah satu definisi strategi menurut Glueck dan Jauch (1998:12) yang mengatakan: “Strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yangmengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapatdicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi”
Meningkatkan
Menurut Adi D . (2001), dalam kamus bahasa Indonesia istilah meningkatkan berasal dari kata tingkat yang berarti berlapis -lapis dari sesuatu yang tersususun dedemikian rupa, sehingga membentuk suatu susunan yang ideal, sedangkan peningkatan adalah kemajuan dari seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa .Upaya yang dilakukan dengan berbagai cara supaya siswa dapat melakukan kegiatan sehingga akan mengalami perubahan menjadi lebih baik.
Keterampilan
Keterampilan yang dimiliki oleh seseorang merupakan anugerah dari Tuhan yang maha kuasa, dimana setiap orang memiliki keterampilan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sebelum kita membahas lebih lanjut terkait dengan naskah ini, perlu kita sampaikan tentang beberapa teori tentang apa yang dimaksud dengan keterampilan.
Gordon (1994); berpendapat bahwa Keterampilan merupakan sebuah kemampuan dalam mengoperasikan pekerjaan secara lebih mudah dan tepat. Keterampilan adalah pola kegiatan yang bertujuan, yang memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi yang dipelajari (Sudjana, 1996:17).
(BORNEO, Edisi Khusus, Nomor 18, September 2017)
162
Supervisi Akademik Definisi
Secara etimologi supervisi berasal dari kata "super" dan kata
"vision" yang dimana masing-masing kata itu berarti atas dan juga penglihatan. Jadi kalau secara etimologis, supervisi yaitu penglihatan dari atas. Pengertian supervisi menurut para ahli, diantaranya sebagai berikut ini:
Purwanto [1987] mengemukakan supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru & pegawai sekolah dalam melakukan pekerjaan secara efektif.
Tujuan dan Fungsi Supervisi Akademik
Tujuan supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang dicanangkan bagi murid-muridnya (Glickman, 1981). Melalui supervisi akademik diharapkan kualitas akademik yang dilakukan oleh guru semakin meningkat (Neagley, 1980). Pengembangan kemampuan dalam konteks ini janganlah ditafsirkan secara sempit, semata-mata ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan komitmen (commitmen) atau kemauan (willingness) atau motivasi (motivation) guru, sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja guru, kualitas pembelajaran akan meningkat. Menurut Sergiovanni (1987) tujuan supervisi akademik adalah sebagai berikut: (1) Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud membantu guru mengembangkan kemampuannya profesionalnnya dalam memahami akademik, kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya dan menggunakan kemampuannya melalui teknik-teknik tertentu. (2) Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud untuk memonitor kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa dilakukan melalui kunjungan kepala sekolah ke kelas-kelas di saat guru sedang mengajar, percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan sebagian murid-muridnya.
Prinsip-Prinsip Supervisi Akademik
Prinsip-prinsip supervisi akademik adalah sebagai berikut:
(1) Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah.
(2) Sistematis, artinya dikembangan sesuai perencanaan program
(BORNEO, Edisi Khusus, Nomor 18, September 2017)163 supervisi yang matang dan tujuan pembelajaran. (3) Objektif, artinya masukan sesuai aspek-aspek instrumen. (4) Realistis, artinya berdasarkan kenyataan sebenarnya. (5) Antisipatif, artinya mampu menghadapi masalah-masalah yang mungkin akan terjadi.
(6) Konstruktif, artinya mengembangkan kreativitas dan inovasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran. (7) Kooperatif, artinya ada kerja sama yang baik antara supervisor dan guru dalam mengembangkan pembelajaran. (8) Kekeluargaan, artinya mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh dalam mengembangkan pembelajaran. (9) Demokratis, artinya supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi akademik. (10) Aktif, artinya guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi. (11) Humanis, artinya mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor. (12) Berkesinambungan (supervisi akademik dilakukan secara teratur dan berkelanjutan oleh Kepala sekolah). (13) Terpadu, artinya menyatu dengan dengan program pendidikan.
(14) Komprehensif, artinya memenuhi ketiga tujuan supervisi akademik di atas (Dodd, 1972).
Berdasarkan teori-teori yang disajikan diatas maka penulis mensarikan bahwa yang dimaksud dengan strategi meningkatkan supervisi akademik adalah serangkaian rencana yang akan dilakukan untuk meningkatkan keterampilan supervisi akademik menjadi lebih baik.
Pendampingan Oleh Pengawas Sekolah Pendampingan
Penggunaan kata pendampingan biasanya dekat dengan pembinaan, namun sebenarnya keduanya memiliki makna yang berbeda.
Dimana pendampingan lebih mengedepankan hubungan kesetaraan dan pembinaan lebih dominan pada hubungan bertingkat. Maksudnya adalah dalam pendampingan antara pendamping dan yang didampingi sejajar dan keduanya sama-sama aktif. Sedangkan didalam pembinaan disini disatu sisi ada yang dibina dan disisi lain ada yang membina, dimana inisiatif lebih dominan pihak yang membina.
Pengawas Sekolah
Menurut Peraturan Pemerintah 74 tahun 2008, Pengawas sekolah adalah guru pegawai negeri sipil yang diangkat dalam jabatan pengawas sekolah. Kewajiban dan tugas pokoknya adalah melaksanakan kegiatan
(BORNEO, Edisi Khusus, Nomor 18, September 2017)
164
kepengawasan di sekolah binaannya, baik bagi kepengawasan manajerial, maupun kepengawasan akademik.
Pengawasan manajerial adalah memberikan pembinaan, penilaian, dan bantuan/bimbingan, mulai dari penyusunan rencana program sekolah, proses, sampai pada hasil kinerja kepala sekolah, dan seluruh staf dalam pengelolaan sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang diharapkan.
Berdasarkan Permendiknas Nomor 12 tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah, memiliki 6 (enam) kompetensi, yaitu; kompetensi kepribadian, kompetensi supervisi manajerial, kompetensi supervisi akademik, kompetensi evaluasi pendidikan, kompetensi penelitian dan pengembangan, dan kompetensi sosial.
Ruang Lingkup Kepengawasan
Ruang lingkup pengawas satuan pendidikan menurut Permendiknas Nomor 12 tahun 2007 adalah melaksanakan supervisi manajerial, dan supervisi akademik. Kegiatan bagi pengawas satuan pendidikan dan pengawas mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran mengacu pada ketentuan ekuivalensi 24 (dua puluh empat) jam tatap muka perminggu. Untuk pengawas satuan pendidikan, ekuivalensi 24 jam tatap muka perminggu, harus membina paling sedikit 10 (sepuluh) sekolah dan paling banyak 15 (lima belas) sekolah. Sedangkan untuk pengawas mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran, ekuvalensi 24 jam tatap muka perminggu, harus membina paling sedikit 40 (empat puluh) guru, dan paling banyak 60 (enam puluh) guru.
Kedua jenis pengawas tersebut, memiliki tugas pokok meliputi menyusun program pengawasan satuan pendidikan, melaksanakan pembinaan, pemantauan dan penilaian, serta menyusun laporan pelaksanaan program pengawasan, yang dikuti dengan rencana tindak lanjutnya. Sedangkan aspek pelatihan profesional guru dilakukan melalui forum MGMP secara priodik, dengan muatan bimbingan tehnis yang berkenaan dengan peningkatan kualitas pembelajaran yang efisien terhadap peserta didik.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas sekolah dan Angka Kreditnya, tugas pokok Pengawas sekolah adalah melaksanakan tugas pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi penyusunan program pengawasan,
(BORNEO, Edisi Khusus, Nomor 18, September 2017)165 pelaksanaan pembinaan, pemantauan pelaksanaan 8 (delapan) standar Nasional Pendidikan, penilaian, pembimbingan, dan pelatihan profesional guru, evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan, dan pelaksanaan tugas kepengawasan di daerah khusus.
Berdasarkan uraian tersebut diatas yang dimaksud dengan pendampingan pengawas sekolah adalah sebuah proses kerjasama antara pengawas dan kepala sekolah dalam meningkatkan atau memperbaiki tentang kondisi yang ada disekolah.
METODE PENELITIAN