• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

TELAAH TEORETIK TENTANG PONDOK PESANTREN, KURIKULUM, SISTEM PEMBELAJARAN DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

E. Kajian terdahulu

1. Jurnal Tadrîs. Volume 7 Nomor 2 Desember 2012. Rudy Al Hana Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya. PERUBAHAN-PERUBAHAN PENDIDIKAN DI PESANTREN TRADISIONAL (SALAFI). Beberapa ciri khas dari pesantren salaf adalah, pertama, adanya penekanan pada penguasaan kitab klasik atau kitab kuning (kutub atturats). Kedua, masih diberlakukannya sistem wetonan, bendongan dan sorogan dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) santri. Ketiga, saat ini walaupun pesantren salaf memperkenalkan sistem jenjang kelas disebut juga dengan sistem klasikal namun materi pelajaran tetap berfokus pada kitab-kitab kuning alias kitab klasik. Keempat, secara umum hubungan emosional kiai-santri di pesantren salaf jauh lebih dekat dibanding pesantren modern. Hal ini karena kiai menjadi figur sentral, sebagai edukator karakter, pembimbing rohani dan pengajar ilmu agama. Kelima, materi pelajaran umum seperti matematika atau ilmu sosial tidak atau sangat sedikit diajarkan di pondok salaf. Keenam, pondok salaf yang murni tidak memiliki lembaga pendidikan formal SD/MI MTs/SMP SMA/MA apalagi perguruan tinggi yang kurikulumnya berada di bawah Kemendiknas atau Kemenag. Kalau ada sekolah dengan jenjang MI, MTs dan MA biasanya memakai kurikulum sendiri. Sekolah semacam ini disebut dengan madrasah

126

Arifin HM. Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum (Jakarta:Bumi Aksara. 1991), h. 116.

diniyah. Di antara pesantren salaf terkenal yang tetap mempertahankan sistem salaf dan masih memiliki banyak santri (tiga ribu lebih) adalah Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan, Pondok Pesantren LangitanTuban, Pondok Pesantren Lirboyo Kediri yang kesemuanya berada di Jawa Timur.

2. Sembodo Ardi Wibowo,2005. Epistimologi Pendidikan Islam Pesantren (Studi Komparatif Pondok Pesantren Tebuireng Jombang dan Mu‟alimin Muhammadiyah Yogyakarta), Disertasi, (Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2005). Hasil dari penelitian ini menyimpulkan; a). Pesantren sebagai lembaga pendidikan membutuhkan kurikulum yang dinamis, demokratis, fleksibel, terbuka dan sesuai dengan perkembangan zaman serta kebutuhan masyarakat. Dengan demikian, pengembangan kurikulum yang dilakukan di pesantren hendaknya dapat memberikan landasan, isi, dan menjadi pedoman bagi pengembangan kemampuan santri secara optimal sesuai tuntutan dan tantangan perkembangan masyarakat dengan memfokuskan pada kompetensi tertentu, berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang utuh dan terpadu, serta dapat didemontrasikan santri sebagai hasil belajar. b). Pesantren memiliki tradisi keilmuan yang berbeda dengan tradisi keilmuan yang ada pada lembaga pendidikan Islam lainnya, seperti madrasah atau sekolah.

3. Sofwan Manaf, 2013, Organisasi Pembelajaran di Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta. (Program Studi: Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta. Penelitian ini bertujuan medalami organisasi pembelajaran di Pondok. Pesantren Darunnajah Jakarta, berdasarkan sembilan komponen pendidikan dan model organisasi pembelajaran. Metode penelitian menggunakan studi kasus, dengan Latar penelitian di Pesantren Darunnajah Jakarta, disain penelitian dengan eksplanasi- deskriptif. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini adalah: 1) Dinamika Pembelajaran mengarahkan organisasi ke arah pembelajaran yang berkualitas, baik individu maupun kelompok. 2)

Transformasi Organisasi berjalan atas dukungan pimpinan dengan menjalankan visi dan misi organisasi serta terwujud berkat ketersediaan dana, sumber daya manusia yang berkualitas, serta fokus pada tujuan organisasi. 3) Pemberdayaan Manusia dilakukan kepada seluruh karyawan, terutama guru dengan mengikutsertakan berbagai pelatihan dan pendidikan formal ke jenjang S2, S3 baik dalam maupun luar negeri. 4) Pengelolaan Pengetahuan dilakukan melalui bimbingan internal, meningkatkan kompetensi dan pengetahuan para santri, sehingga setelah lulus mereka akan memiliki keunggulan kompetitif, mampu berkarya dan bekerja di tengah-tengah masyarakat. Peningkatan SDM berkualitas terwujud melalui penguasaan pengetahuan, kreativitas, dan inovasi yang tinggi. 5) Pengelolaan Teknologi dilakukan dengan memberikan fasilitas teknologi berupa lingkungan belajar untuk memberikan akses informasi jarak jauh guna mempermudah kerjasama kelompok sehingga mendorong seluruh anggota organisasi agar mempermudah dan mempercepat pekerjaan dengan sistem teknologi.

4. Jaenudin. 2007. DINAMIKA SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN (Studi di Pondok Pesantren Kebon Jambu Babakan Ciwaringin Cirebon). Tesis Magister Studi Islam Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; Pertama, ada tiga variasi sistem pendidikan, (a) pengajian ba‟da shalat wajib yang diperuntukkan bagi seluruh santri dengan metode sorogan dan bandongan; (b) Madrasah Tahsinul Akhlak Salafiyah (MTAS), yang diperuntukkan bagi kalangan santri-santri yang tidak sekolah formal; (c) pendidikan dan ketrampilan kokurikuler yang memberikan perhatian pada upaya membekali santri dengan kemampuan penguasaan seni qiraatul qur‟an, shalawat, dekorasi/kaligrafi, dan pencaksilat PTSG. Kedua, proses modernisasi pendidikan di Indonesia dalam kenyataannya telah mempengaruhi tradisionalisme pesantren di pondok pesantren Kebon Jambu, terutama dalam bidang pendidikan. Ada dua program pemerintah yang nota bene menjadi

bagian dari proses modernisasi pendidikan yang diselenggarakan di pondok pesantren ini, yaitu program Wajar Dikdas dan Kejar Paket C yang pelaksanaannya disatukan di MTAS. Di samping dua program ini, kursus bahasa Inggris telah menjadi materi tambahan bagi santri-santri. Ini dilakukan, sebagai upaya membantu dan memfasilitasi santri dan masyarakat sekitar untuk ikut membantu mensukseskan program pemerintah. Ketiga, antisipasi yang dilakukan pondok pesantren Kebon Jambu terhadap pengaruh modernisasi pendidikan dan bahkan globalisasi, antara lain; a) meneguhkan sistem pendidikan dan pembelajaran yang berorientasi pada pendidikan kepribadian santri yang berakhlakul karimah. Melalui literatur keislaman tradisional, pendidikan di pesantren ini berpijak pada penguasaan keilmuan terapan Islam, (fiqh, akhlak dan tasawuf) untuk diamalkam dalam kehidupan keseharian; b) mengintensifkan budaya pendidikan pesantren yang dicirikan dengan metode sorogan, bandongan dan musyawarah (bahs al-masail), sebagai upaya meneruskan warisan tradisi ulama salaf; c) memberikan ketrampilan santri dengan kegiatan kependidikan yang berorientasi pada kokulikuler dan mengkondisikan santri untuk selalu membaca media massa, seperti membaca surat kabar harian Media Indonesia yang disediakan oleh pondok pesantren. Secara umum yang menjadi perbedaan mendasar pada penelitian ini dengan hasil penelitian yang diungkapkan di atas adalah mengungkapkan jenis-jenis pondok pesantren salafi, mengklasifikasikan kurikulum yang diterapkan di pondok pesantren salafi yang terdiri atas kurikulum intrakurikuler, kokurikuler dan kurikulum ekstrakurikuler, kelebihan metode serta materi yang diajarkan, dan tujuan dari pendidikan yang diterapkan di pondok pesantren salafi kecamatan Kresek kabupaten Tangerang provinsi Banten.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Pendekatan Penelitian