HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian
C. KEBERSIHAN DAN KEDISIPLINAN
4) Karakter Religius dilaksanakan dalam Kegiatan di Luar Sekolah
Berdasarkan hasil observasi dengan guru (lampiran 7. hal 337) terkait budaya luar sekolah yang mencerminkan adanya internalisasi karakter relligius pada siswa meliputi esktrakulikuler TPA atau BTA untuk kelas rendah yang dilaksanakan sesuai dengan jadwal, dan lomba MTQ yang diikuti setiap tahun. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh Bapak Ju ekstrakulikuler di sekolah yang berkaitan dengan internalisasi karakter religius yaitu:
“Dulu itu agak banyak, tapi sekarang berkurang yang masih itu TPA. Dulu itu ada hadroh juga qiroah ya karena pesertanya. Ya yang masih jalan ekstranya yang tinggal itu TPA. Kalau qiroah itu pesertanya yang sulit peminatnya yang kurang. TPA yang mengajar dari luar. Kita kerjasama dengan Fitri Insani.”
Menurut hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa orang guru, dulu terdapat banyak kegiatan ektrakulikuler yang bertemakan keagamaan meliputi TPA, qiroah, dan hadroh. Untuk ekstrakulikuler qiroh dan hadroh sekarang sudah
tidak diadakan, karena peminatnya sedikit. Sehingga ektrakulikuler keagamaan yang sampai saat ini masih ada adalah TPA. Pada kegiatan TPA atau BTA bagi siswa yang telah lulus membaca iqra ataupun Al-Quran akan di wisuda. Pelaksanaan wisuda TPA ini dilakukan bersamaan dengan acara perpisahan siswa kelas VI. Adanya kegiatan BTA ini didukung oleh hasil observasi pada kegiatan BTA pada tanggal 16 Januari 2017, 17 Januari 2017, 20 Januari 2017, 23 Januari 2017, 24 Januari 2017, dan 27 Januari 2017 didapatkan hasil pelaksanaan BTA pada hari Senin di lakukan oleh kelas I A dan III A, Selasa dilaksanakan di oleh kelas I B dan III B, dan pada hari Jumat dilaksanakan oleh kelas II A dan II B. Adapun pengajar BTA berasal dari lembaga Fitri Insani yang sebelumnya telah bekerja sama dengan pihak sekolah.
Kemudian budaya sekolah yang dilaksanakan di luar sekolah yaitu ikut berpartisipasi dalam kegiatan lomba yang bertemakan keagamaan yaitu MTQ pada setiap tahun. Hal ini didukung oleh hasil wawancara dengan Pak Ju dengan pertanyaan bagaimana partisispasi sekolah dalam mengikuti perlombaan yang bertemakan keagamaan di luar sekolah. Berikut ini hasil wawancara dengan beliau,
“Bagus ya, setiap ada lomba kita ikut ya. Yang pasti tiap tahun itu ada lomba di sini itu MTQ. Ya tiap tahun meskipun hanya harapan satu dua mesti ada. Pesertanya karena itu tingkat SD, untuk yang CCA hanya kelas VI. Tapi untuk yang lain bisa kita ikutkan, untuk pidato bisa kelas II. Kemudian untuk hafalan bisa kelas ya karena anaknya bisa kelas III. Jadi variasi anaknya, hanya khusus yang CCA yang kelas VI. Lomba di dalam sekolah yang rutin itu hanya spontanitas melihat situasi.”
Peserta lomba MTQ dapat berasal dari semua kelas, dan hanya CCA saja yang pesertanya diambil dari siswa kelas VI. Bu End menambahkan bahwa untuk
154
pengambilan peserta lomba MTQ dilakukan dengan cara mengadakan perlombaan di sekolah dan siswa yang menjadi juara nyalah yang akan diikutkan menjadi peserta lomba MTQ. Berikut ini hasil wawancara dengan Bu End.
“Di luar sekolah itu ya seperti MTQ, bulannya sekitar September mbak. Yang diikutkan kelas satu pun kalau dia mampu lomba kita ikutkan. Di dalam sekolah ya ada lomba-lomba keagamaan dari kita mau MTQ itu kan ambil seleksi, kita lewatkan lomba per kelas kita ambil kita seleksikan nanti yang terbaik kita ambil untuk maju ke kecamatan. Per kelasnya kita pandang anak yang mampu nanti kan walaupun dia sama kelas satu kan nanti akan berbeda kan mbak.” (10 Januari 2017)
Berdasarkan hasil dokumentasi (gambar 23. hal 385) terdapat catatan prestasi siswa dalam mengikuti lomba bertema keagamaan di luar sekolah. Selain itu, terdapat pula jadwal pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler BTA (gambar 22. hal 384) yang ditempel di setiap kelas.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa karakter religius dilaksanakan dalam kegiatan di luar sekolah melalui kegiatan ektrakulikuler Baca Tulis Al-Quran atau TPA yang dilaksanakan oleh kelas rendah dengan jadwa hari Senin kelas I A dan III A, hari Selasa kelas I B dan III B, serta hari Jumat kelas II A dan II B. Pengajar TPA merupakan guru dari lembaga Fitri Insani. Selain itu, budaya sekolah di luar sekolah yaitu mengikuti lomba bertemakan keagamaan atau MTQ setiap tahunnya serta pemberian motivasi bagi kelas VI sebelum ujian nasional yang diisi dengan siraman rohani dan doa bersama.
g. Hambatan dalam Upaya Internalisasi melalui Strategi Budaya Sekolah Berdasakan pertanyaan yang diajukan peneliti kepada guru tentang hambatan apa saja yang ditemukan ketika melaksanakan internalisasi karakter religius melalui budaya sekolah? didapatkan hasil wawancara yang bervariasi.
Menurut Pak Adt hambatan yang ditemukan beliau dikarenakan waktu yang kurang dalam melaksanakan kegiatan keagaman karena satus sekolah negeri dan juga pengaruh lingkungan dan dukungan orang tua yang rendah. Berikut ini pendapat Pak Adt,
“Hambatan yang ditemukan guru dalam menginternalisasikan karakter religius melalui budaya sekolah adalah kurangnya waktu mengadakan kegiatan religius di sekolah karena status sekolah yang negeri, kurangnya dukungan orang tua serta lingkungan sekitar siswa yang tidak baik.” (9 Januari 2017)
Pendapat yang disampaikan oleh Pak Adt tersebut didukung oleh pernyataan yang diungkapkan oleh Bu Mu bahwa hambatan dalam internalisasi karkater religuis dalam budaya sekolah adalah rendahnya dukungan orang tua serta rendahnya tingkat kesadaran siswa dalam bersikap dan berperilaku yang sesuai dengan ajaran agama. Berikut ini hasil wawancara dengan Bu Mu,
“Hambatan yang ditemukan guru dalam menginternalisasikan karakter religius melalui budaya sekolah adalah kesadaran siswa yang rendah dalam berperilaku sesuai karakter religius karena dukungan dan keteladanan orang tua yang rendah.” (21 Januari 2017)
Berbeda dengan kedua pendapat yang disampaikan oleh dua guru di atas terkait hambatan dalam internalisasi karakter religius dalam budaya sekolah, Pak Ju mengungkapkan bahwa hambatan yang ditemukan lebih pada biaya untuk mengikuti lomba dan peserta lomba. Pendapat yang disampaikan oleh Pak Ju tentang sulitnya mencari peserta lomba MTQ juga diungkapkan oleh Bu End, bahwa guru kesulitan dalam mencari peserta lomba MTQ khususnya untuk lomba seni baca Al-Quran kategori siswa laki-laki. Bu End juga berpandangan hanya siswa yang memiliki bakat seni sejak lahir saja yang memiliki kemampuan baca seni Al-Quran yang baik.
156
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan berdasarkan hasil wawancara dan observasi hambatan internalisasi karkater religius melalui budaya sekolah yaitu waktu yang kurang, karena status sekolah yang negeri membuat porsi untuk kegiatan keagamaannya terbatas. Selain itu pengaruh lingkungan anak dan dukungan orang tua di rumah yang kurang. Jika dari segi siswa adalah kesadaraan siswa sendiri yang rendah. Ketersedian dana untuk mengikuti perlombaan. Ketika mencari peserta untuk lomba seni baca Al-Quran guru kesulitan menemukannya. Terutama untuk siswa laki-laki yang memiliki bakat seni baca Al-Quran yang bagus.