• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengkondisian Lingkungan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian

4) Pengkondisian Lingkungan

Berdasarkan hasil penelitian pengkondisian lingkungan yang dilakukan sekolah dalam rangka mendukungan adanya internalisasi karakter religius melalui program pengembangan diri diilakukan dengan dua bentuk yaitu bentuk pengkondisian lingkungan di luar kelas dan bentuk pengkondisian lingkungan di dalam kelas.

Pengkondisian lingkungan yang dilakukan guru memberikan dampak pada sikap dan perilaku siswa yang muncul. Berikut ini disajikan tabel data terkait sikap dan perilaku siswa yang muncul hasil dari pengkondisian lingkungan yang dilakukan guru dan sekolah.

Tabel 8. Upaya, Sikap, dan Perilaku Siswa melalui Pemberian Keteladanan

No. Upaya Nilai yang

dikembangkan Sikap Siswa Perilaku Siswa 1. Menyediakan

tempat dan alat ibadah yang layak.

Peduli Lingkungan

2 siswa mau menata dan merapikan mukena yang berantakan di mushola.

Tidak ada siswa yang merapikan mukena.

2. Memajang tulisan mengajak

mematuhi perintah agama.

Berdoa 4 siswa mau berdoa setiap kali melakukan sesuatu supaya tidak tertimpa musibah.

Siswa mengucapkan basmallah setiap kali akan mulai pelajaran.

3. Memajang tulisan

tata cara

beribadah.

Ibadah 4 siwa mau

mempraktikan tata cara sholat yang benar sesuai dengan gambar yang ada dalam pajangan.

Ada 4 siswa yang belum menunjukkan sikap sholat yang khusyuk. 4. Memberikan pengumuman jika akan memperingati hari besar keagamaan.

Ibadah 4 siswa mau mengikuti perayaan hari besar keagamaan.

Semua siswa baik muslim maupun non mengikut kegiatan syawalan di sekolah, menyembelih hewan kurban saat idul adha di sekolah.

124

Berikut ini bentuk pengkondisian di luar kelas berdasarkan hasil penelitian dilakukan, yaitu:

a) Menyediakan Tempat Ibadah yang Nyaman

Berdasarkan hasil observasi selama penelitian yang ada pada lampiran 5 hal 295. di SD Negeri Demakijo 1 terdapat satu ruang mushola dengan ukuran sekitar 5 m x 7 m yang setiap hari dalam kondisi yang bersih. Di dalam mushola terdapat tiga almari yang digunakan untuk meletakkan alat-alat ibadah seperti mukena, sajadah, peci, Al-Quran, iqra, dan tasbih. Di dalam ruang mushola juga dilengkapi dengan dua kipas angin. Di dekat mushola disediakan dua buah tempat wudhu yang berada di sebelah luar untuk siswa laki-laki dan tempat wudhu yang di sebelah dalam untuk siswa perempuan.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa SD Negeri Demakijo 1 telah menyediakan tempat ibadah yang nyaman yaitu satu ruang mushola yang setiap hari dalam keadaan bersih. Selain itu, disediakan juga dua tempat wudhu untuk siswa putri yang berada di sebalah dalam dan untuk siswa laki-laki yang berada di sebelah luar.

b) Menyediakan Alat Ibadah yang Layak

Berdasarkan hasil observasi yang dapat dilihat pada lampiran 5 hal 295. di dalam mushola sekolah, disediakan alat ibadah seperti mukena, sarung, sajadah, dan peci dengan keadaan bersih dan wangi. Selain itu juga terdapat tasbih, iqra, dan Al-quran. Alat-alat ibadah tersebut masih layak dan tertata rapi di dalam almari.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sekolah telah menyediakan alat ibadah yang layak untuk digunakan siswa maupun guru saat melaksanakan ibadah di mushola.

c) Memasang Tulisan Dinding yang Berisi Ajakan Mematuhi Perintah Agama

Lingkungan kelas atau sekolah dikondisikan sedemikian rupa, sehingga dapat mendukung adanya internalisasi karakter religius pada siswa. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada guru yang ada pada lampiran 2 hal 232 sekolah telah memajang tulisan-tulisan yang berisi ajakan mematuhi perintah agama di dinding luar kelas. Namun menurut guru tulisan-tulisan tersebut kondisinya sudah banyak yang rusak.

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 16 Januari 2017 dan 17 Januari 2017 bahwa tulisan ajakan mematuhi perintah agama tersebut dipajang di bagian dalam mushola dan dinding luar kelas. Tulisan yang ada di dalam mushola meliputi: 1) “Sebesar Keinsafanmu Sebesar itu Pula Keburuntunganmu”, 2) “Agama itu adalah Nasehat”, dan 3) “Agama Islam itu Tinggi dan Tidak Ada yang Melebihi”. Pajangan tulisan yang ada di dinidng luar kelas, yaitu: 1) “Awali Semua dengan Doa”. 2) “Cintailah Saudaramu seperti Mencintai Diri Sendiri”, 3) “Tangan di atas Lebih Baik daripada Tangan di Bawah”, dan 4) “Sayangi Saudaramu seperti Kamu Menyayangi Dirimu Sendiri.” Kondisi pajang tulisan tersebut sebenarnya belum rusak, hanya saja tulisannya sudah tidak terlalu jelas akan tetapi masih dapat dibaca.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa sekolah telah memajang tulisan dinding yang berisi ajakan mematuhi perintah agama di dinding luar kelas

126

dan dinding dalam mushola. Adapun tulisan yang ada di dalam mushola, yaitu: 1) Sebesar Keinsafanmu Sebesar Itu Pula Keburuntunganmu, 2) Agama Itu Adalah Nasehat, dan 3) Agama Islam Itu Tinggi Dan Tidak Ada Yang Melebihi. Sedangkan tulisan yang ada di dinding luar kelas, yaitu: 1) Awali Semua Dengan Doa, 2) Cintailah Saudaramu Seperti Mencintai Diri Sendiri, 3) Tangan Di Atas Lebih Baik Daripada Tangan Di Bawah, dan 4) Sayangi Saudaramu Seperti Kamu Menyayangi Dirimu Sendiri.

d) Memajang Tulisan tentang Tata Cara Beribadah

Dari hasil observasi yang dapat dilihat pada lampiran 5 hal 295 sekolah telah memajang tulisan tentang tata cara beribadah yang digantung di dinding dalam mushola. Tulisan tersebut meliputi: tulisan Asmaul Husna, Ilmu Tajwid, Jenis Bacaan Mad, dan Doa Sholat Dhuha.

e) Memajang Pengumuman jika akan Memperingati Hari-Hari Besar Keagamaan

Berdasarkan hasil observasi (lampiran 5. hal 295) di lingkungan sekolah disediakan satu buah papan pengumuman yang terbuat dari white board di dekat tempat parkir guru. Papan ini digunakan untuk menuliskan pengumuman-pengumuman termasuk jika akan memperingati hari besar keagamaan yang akan diinformasikan kepada siswa dan wali murid.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Bu Pri, sekolah memberikan pengumuman jika akan memperingati hari besar keagamaan. Berikut hasil wawancara dengan Bu Pri,

“Iya diumumkan mbak, biasanya lewat surat edaran, kemudian lisan nanti saya yang mengumumkan, terus itu nanti biar wali murid tahu ditulis menggunakan papan pengumuman yang ada di depan itu.” (14 Maret 2017)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Sekolah memberikan pengumuan jika akan memperingati hari besar keagamaan melalui surat edaran, pengumuman lisan dari guru, serta menuliskan pengumuman di papan pengumuman.

Berdasarkan uraian di atas merupakan contoh pengkondisian lingkungan yang di lakukan sekolah di luar kelas. Selain di luar kelas, bentuk pengkondisian lingkungan untuk mendukung internalisasi karakter religius juga dilakukan di dalam kelas oleh guru. Dari hasil wawancara dengan Bu Pri terkait bentuk pengkondisian lingkungan di dalam kelas yaitu dengan memberikan keteladanan sikap serta di ruang kelasnya di bagian pojok depan kelas terdapat pojok perpus yang diisi dengan buku-buku agama. Berikut hasil wawancara dengan beliau,

“Kelasnya itu, sementara ini belum ada dukungan tersendiri. Hanya mungkin keteladanan sikap saja mbak. Jadi berkata-kata yang halus atau yang tidak kasar. Apalagi yang sampai jorok atau saru katakanlah orang Jawa itu engga pernah, jadi setiap kali saya dengar itu pasti saya tegur anaknya. Paling cuman di situ aja. Jadi mengarahnya engga terlalu religius sih, tapi lebih kekepribadian. Selama ini di dalam kelas belum ada tempelan-tempelan tentang keagamaaan. Cuman ada buku-buku agama saja, itu kan di sana ada pojok buku nah itu pojok perpus istilahnya. Saya isi cerita-cerita ada juz amma di situ ada cerita tentang binatang, ada cerita bermacam-macam. Ada salah satunya tentang agama keteladanan sikap.” (10 Januari 2017)

Berbeda dengan yang di sampaikan oleh Bu Pri, Bu Mu juga memberikan pendapat tekait bentuk pengkondisian lingkungan yaitu dengan cara membiasakan siswa untuk mengingatkan temannya jika melakukan kesalahan. Berikut ini pendapat yang disampaikan Bu Mu.

“Bentuk pengkondisian lingkungan kelas yang dilakukan yaitu membiasakan siswa mengingatkan temannya yang melakukan kesalahan, memberikan keteldanan sikap yang baik. Sedangkan bentuk pengkondisian

128

lingkungan sekolah yang dilakukan yaitu dengan memajang tulisan tentang ajakan mematuhi perintah agama.” (21 Januari 2017)

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan berdasakan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi bentuk pengkondisian lingkungan yang ada dibagi menjadi dua yaitu bentuk pengkondisian di dalam kelas dan di luar kelas. Adapun bentuk pengkondisian lingkungan di dalam kelas yaitu guru memberikan keteladanan sikap dan perilaku yang baik sehingga semua siswa di kelas dapat terkondisikan untuk mencontoh sikap dan perilaku guru. Selain itu, bentuk pengkondisian lingkungan di dalam kelas dengan cara membiasakan siswa untuk mengingatkan temannya jika melakukan kesalahan dan menyediakan pojok perpustakaan di dalam kelas yang diisi dengan buku-buku keagamaan.

Sedangkan bentuk pengkondisian lingkungan di luar kelas yaitu dengan menyediakan tempat ibadah yang nyaman yaitu mushola yang setiap hari dalam keadaan bersih, menyediakan alat ibadah yang layak, memasang tulisan dinding yang berisi ajakan mematuhi perintah agama, memajang tulisan tentang tata cara beribadah, serta menyediakan satu buah papan pengumuman untuk menuliskan informasi kepada siswa atau wali murid termasuk jika akan memperingati hari besar keagamaan.

c. Hambatan dalam Upaya Internalisasi melalui Strategi Pengembangan Diri

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Pak Adt pada tanggal 9 Januari 2017 dan Bu End pada tanggal 10 Januari 2017, menyatakan bahwa hambatan internalisasi karakter religius melalui program pengembangan diri adalah kurangnya dukungan dari orang tua dalam menginternalisasikan karkater

religius pada siswa. Jadi ketika di sekolah guru telah mengajarkan sikap dan perilaku yang baik sesuai dengan agama, sebaliknya di rumah orang tua tidak memberikan dukungan atau contoh sikap dan perilaku yang baik sesuai dengan ajaran agama.

Bu Mu selaku wali kelas III A, mengungkapkan bahwa hambatan dalam internalisasi karakter religius melalui pengembangan diri yang beliau temukan adalah belum terbiasanya anak, sehingga terkadang masih ditemukan siswa yang lupa ketika masuk kelas masih dengan kaki kiri. Berikut ini pendapat Bu Mu:

“Belum terbiasa, jadi anak-anak itu. Sekali lagi mbak, ini kan kebiasaan di rumah mbak. Jadi masih ada satu dua anak yang lupa. Kalau masuk kaki kanan dengan bismillah, insyallah itu sedikit sekali anak yang lupa. Bahkan dalam seminggu itu paling satu dua kali. Itu anaknya satu ada dua aja, mungkin itu karena kan ada saya. Terus temen-temen anak itu sudah ngawasi kaki temennya. Jadi otomatis anak-anak itu kan terawasi. Jadi kan mesti ini kan lebih tertib, yang ini makan dan minum yang kadang sering lupa itu sih.” (21 Januari 2017)

Berbeda dengan yang disampaikan oleh Bapak Adt, Ibu End, dan Bu Mu. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bu Pri, beliau mengungkapakan bahwa hambatan yang ditemukan dalam kegiatan pengembangan diri adalah kurangnya kesadaran akan kewajiban siswa dalam melaksanakan perintah agama sebab siswa masih tergolong kelas kecil yaitu kelas III. Berikut ini pendapat yang diungkapkan oleh Bu Pri tersebut,

“Ya yang namanya anak-anak hambatannya ya kadang-kadang masih ingin bermain, masih ingin bergurau gitu. Jadi untuk ke tingkat serius memang tidak seperti yang kelas besar kalau saya. Karena kan saya kelas kecil, kalau kelas besar mungkin sudah ada pemahaman atau kesadaran kewajiban. Tapi kalau anak kecil itu mutenya beda. Kadang, suatu saat ada anteng sudah selesai mengikuti sesuai aturan kedisiplinan tapi suatu saat ya mungkin lagi ada sesuatu dia bikin ulah, kayak gitu.” (10 Januari 2017)

130

Sedangkan berdasarkan hasil observasi faktor penghambat dalam pengembangan diri yaitu tingkat kesadaran siswa dalam bersikap dan bertindak yang sesuai dengan ajaran agama yang masih rendah. Hal ini dapat dilihat masih ditemukan beberapa siswa yang masih mengucapkan kata-kata kotor, tidak mendengarkan ketika sedang diberi nasehat oleh guru, makan sambil berdiri dan dengan tangan kiri, dan ketika melaksanakan sholat berjamaah masih ramai sendiri. Hal tersebut didukung oleh hasil observasi pada tanggal 16 Januari 2017 yaitu, Ram ketika di nasehati oleh Bu Mu masih belum patuh, justru tertawa sendiri dan masih mengulangi perbuatannya yang salah. Ketika waktu sholat dhuha masih banyak siswa yang belum khusyuk. Dan ketika sholat zuhur kondisi mushola terdengar sangat riuh karena siswa yang menunggu antrian sholat asik berbicara dengan temannya di luar.

Selain itu, hasil observasi pada tanggal 19 Januari 2017, terdapat beberapa siswa yang masih mengucapkan kata-kata kotor walapun sudah diingatkan berulang kali oleh Bu Mu. Terlihat siswa belum dapat meletakkan mukena yang selesai digunakannya dengan rapi di almari dalam mushola. Dan hasil observasi pada tanggal 26 Januari 2017 saat istirahat berlangsung masih banyak ditemukan siswa yang makan sambil berdiri dan menggunakan tangan kiri.

Berdasakan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa faktor penghambat dalam kegiatan pengembangan diri adalah kurangnya kesadaran dalam diri siswa sendiri untuk menerapkan karakter religius dalam kehidupan sehari-hari dan kurangnya dukungan orang tua serta pengaruh lingkungan sekitar siswa yang kurang baik.

d. Upaya, Sikap, dan Perilaku Siswa melalui Strategi Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran

Berdasarkan data hasil penelitian upaya internalisasi karakter religius melalui pengintegrasian dalam mata pelajaran dilakukan dengan mencantumkan karakter religius dalam silabus, RPP dan ada dalam proses kegiatan pembelajaran (pendahuluan, inti, dan awal). Adapun nilai religius yang dikembangkan melalui strategi ini adalah taat pada ajaran agama, kasih sayang, bersyukur, hemat dan rendah hati. Berikut ini disajikan gambar skema internalisasi karkater religius melalui pengintegrasian dalam mata pelajaran tersebut.

Dampak dari upaya yang guru lakukan dalam internalisasi karakter religius melalui strategi pengintegrasian dalam mata pelajaran membentuk sikap dan memunculkan perilaku siswa yang bermacam-macam. Berikut ini akan disajikan tabel terkait sikap dan perilaku siswa yang muncul berdasarkan hasil penelitan.

Ada dalam kegiatan pembelajaran: Pendahuluan, inti, penutup. Mencantumkan dalam RPP Mencantumkan dalam silabus Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran Sopan Santun Bersyukur Kasih Sayang Berdoa Rendah Hati Jujur Ada dalam kegiatan pembelajaran: Pendahuluan, inti, penutup. Mencantumkan dalam RPP Mencantumkan dalam silabus Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran Sopan Santun

Gambar 3. Strategi Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran dan Nilai yang Dikembangkan

132

Tabel 9. Upaya, Sikap, dan Perilaku Siswa melalui Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran

Upaya Nilai yang

dikembangkan Sikap Siswa Perilaku Siswa Pengintegrasisan

dalam kegiatan: a) pendahuluan b) inti

c) penutup

Berdoa 4 siswa mau

mengucapakan

alhamdulliah karena itu perintah Allah dan mereka lakukan dengan tidak terpaksa.

Semua siswa

mengucapkan

alhamdulliah ketika ditanya kabar oleh guru.

Sopan Santun 4 siswa mau mengucpakan salam sebagai pemberian penghormatan pada guru.

Semua siswa

mngucapkan salam diawal jam pelajaran pertama pada guru. Kasih sayang 4 siswa tidak terpaksa

mendoakan temannya yang tidak masuk sekolah karena ingin temannya cepat sembuh.

Ada 2 siswa yang segera

menengadahkan tangannya untuk mendoakan temannya yang tidak masuk sekolah karena sakit. Bersyukur 4 siswa mau menysukuri

sumber energi yang diciptakan oleh Tuhan karena sadar bahwa anugerah Tuhan harus disyukuri.

Tidak tampak siswa mensyukuri sumber

energi yang

diciptakan Tuhan.

Hemat 4 siswa setuju untuk menghemat energi.

Siswa mematikan kipas angin dan lampu yang ada di dalam kelas ketika sudah tidak pakai.

Rendah Hati 4 siswa tidak senang mengejek pekerjaan orang tua temannya, karena mereka tahu itu dosa dan kasihan jika temannya diejek.

Ada 3 orang siswa

yang memuji

pekerjaan orang tua temannya.

Jujur 3 siswa sadar

mengerjakan soal evaluasi dengan jujur.

Ada 5 siswa yang mengerjakan soal evaluasi sendiri. Berikut ini akan diuraiakan hasil penelitian tentang internalisasi karakter religius melalui pengintegrasian dalam mata pelajaran.