• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku generasi muda yang semakin banyak melanggar etika dan kurangnya moral serta kurangnya pendidikan agama harus menjadi perhatian serius bagi kita semua. Perbuatan persetubuhan yang dilakukan antara pasangan yang belum menikah merupakan salah satu perbuatan asusila yang layak dijauhi. Berita tentang tindak pidana persetubuhan anak di bawah umur yang banyak kita jumpai di media

televisi maupun media cetak baik yang dilakukan secara terpaksa maupun atas dasar suka sama suka disebabkan oleh pergaulan bebas yang berkembang dan sangat memprihatinkan disekitar kita.

Dibawah ini adalah kasus tindak pidana asusila (persetubuhan) yang dilakukan oleh anak dibawah umur yang sudah pernah melakukan proses mediasi namun tidak berhasil dan dilanjutkan ke proses peadilan.

Kronologi Peristiwa

Dalam kasus ini bahwa terdakwa SYH pada hari Sabtu tanggal 23 Februari 2013 pergi menjemput korban AK di sekolahnya. Setelah Terdakwa dan korban pergi kerumah teman korban di daerah Bekasi yang berdekatan dengan rumah terdakwa. Korban diajak oleh terdakwa untuk bermain di rumahnya. Pada saat dirumah terdakwa, terdakwa dan korban menonton TV diruang tamu sambil mengobrol. Tidak berapa lama terdakwa mencium kening korban, saat dicium keningnya korban diam saja, kemudian terdakwa langsung mencium pipi korban dan bibir korban, karena tidak ada perlawanan dari korban maka terdakwa mengajak korban untuk melakukan persetubuhan.

Pada pertengahan bulan Mei 2013 terdakwa menjemput korban di gang tempat mereka biasa bertemu. Pada hari itu korban sedang tidak masuk sekolah, kemudian terdakwa membawa korban kerumahnya. Korban bercerita kepada terdakwa bahwa orang tua korban tidak setuju dengan hubungan mereka. Terdakwa memeluk korban untuk menenangkan hati korban dan mengajak korban untuk kembali melakukan persetubuhan.

Pada bulan Juni 2013 ketika korban bermain kerumah terdakwa, korban bercerita bahwa korban positif hamil karena sudah tidak menstruasi sejak bulan Maret 2013. Pada bulan Juli, datang orang tua korban kerumah terdakwa untuk meminta pertanggung jawaban terdakwa karena korban telah hamil 7 bulan atas perbuatan terdakwa. Pada hari Jum’at tanggal 26 Juli 2013 terdakwa menikahi korban di KUA Pabayuran dengan dihadiri oleh keluarga inti pelaku dan keluarga inti korban, ketua RT setempat dan petugas KUA.

Setelah menikah terdakwa dan korban mengontrak rumah di dekat rumah orang tua korban, namun karena tidak ada biaya lagi terdakwa mengajak korban untuk tinggal dirumah terdakwa. Hal ini tidak disetujui oleh orang tua korban, sehingga akhirnya terdakwa

kembali ke rumah orang tuanya dan korban tinggal bersama orang tuanya di Karawang.

Pada pertengahan bulan Agustus terdakwa dipanggil oleh Komnas Anak untuk dimintai keterangan atas perbuatannya kepada korban. Terdakwa sudah menjelaskan bahwa terdakwa sudah berusaha untuk bertanggung jawab atas perbuatannya dengan menikahi korban. Pihak Komnas Anak menyarankan kepada orang tua terdakwa dan orang tua korban untuk mengadakan mediasi.

Pada tanggal 8 Oktober 2013 datang 4 orang petugas dari Polresta kerumah terdakwa, terdakwa saat itu tidak berada dirumah, petugas Polresta memberitahukan kepada orang tua terdakwa agar terdakwa datang ke Kantor Polisi Polres Kota Bekasi. Pada tanggal 10 Oktober 2013 terdakwa datang untuk dimintai keterangan dan diperiksa lebih lanjut.

Terdakwa dan korban sudah berpacaran sejak bulan Februari 2013, persetubuhan yang dilakukan keduanya di dasari atas suka sama suka. Terdakwa dan korban melakukan persetubuhan sebanyak 3 kali pada bulan Februari, Mei dan Juni 2013 sehingga mengakibatkan korban hamil 7 bulan (keterangan kehamilan berdasarkan hasil USG Bidan).

Terdakwa diduga melakukan tindak pidana Persetubuhan sebagaimana dimaksud Pasal 81 UU RI No. 23 Th 2002 dan Pasal 26 ayat (1) UU No 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.53

Pertimbangan Hukum

Berdasarkan dari data yang berhasi dihimpun dan dianalisa dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa saat melakukan tindak pidana terdakwa masih merupakan anak dibawah umur yaitu tepatnya berusia 17 tahun. Terdakwa merupakan anak sulung dari dua bersaudara yang dibesarkan dalam kondisi ekonomi yang kurang sehingga kedua orang tua terdakwa sangat sibuk dan jarang berada dirumah. Hal ini menyebabkan terdakwa kurang perhatian dan pengawasan dari orang tua dan tidak adanya didikan agama pada diri terdakwa.

Menimbang, tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa dilatarbelakangi atas dasar suka sama suka antara terdakwa dan korban dan tidak ada paksaan (pemerkosaan) terhadap korban. Terdakwa

53Laporan Hasil Penelitian Kemasyarakatan yang dilakukan oleh petugas PK BapasKelas II Bogor, No Register 17/Lit.PN/X/2013 memenuhi surat permintaan dari Kepolisian Resor Kota Bekasi No. B/960/X/2013/ Resta BKS 16 Oktober 2013.

mengakui bahwa ketika terdakwa melakukan persetubuhan terhadap korban karena terdakwa merasa sayang kepada korban.

Menimbang, bahwa terdakwa baru pertama kali menjalani proses hukum dan terdakwa sudah berusaha bertanggung jawab terhadap korban dengan menikahi korban dan terdakwa berjanji akan merubah prilaku terdakwa dan sangat menyesali perbuatannya dan berjanji akan memperhatikan korban sebagai istrinya dan bertanggung jawab penuh terhadap korban dan anak-anaknya kelak.

Menimbang, bahwa berdasarkan data diatas maka diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Bahwa terdakwa masih mempunyai kedua orang tua yang utuh untuk mengarahkan terdakwa ke jalan yang benar.

2. Bahwa terdakwa mengaku sangat menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulangi pelanggaran hukum.

3. Masyarakat setempat masih memberikan tanggapan yang positif terhadap diri terdakwa. Terdakwa selalu berperilaku baik kepada tetangga dan tidak pernah berbuat sesuatu yang meresahkan.

4. Bahwa orangtua terdakwa berjanji mampu untuk menjaga dan membina terdakwa untuk tidak melakukan pelanggaran hukum lagi.

Menimbang, bahwa lebih lanjut ada beberapa hal yang meringankan bagi terdakwa, yaitu:

1. Terdakwa bersikap sopan, mengaku terus terang dan menyesali perbuatannya serta berjanji tidak akan mengulanginya lagi. 2. Terdakwa masih muda dan besar harapan dapat memperbaiki

dirinya demi masa depan yang lebih baik.

3. Terdakwa dan orangtua terdakwa telah meminta maaf kepada korban dan bertanggung jawab atas semua kesalahan terdakwa. 4. Bahwa terdakwa tidak pernah berbuat yang meresahkan

masyarakat dan perilakunya dinilai baik dan sopan oleh masyarakat setempat.

Hal yang memberatkan terdakwa adalah orang tua korban tidak mau memaafkan terdakwa. Orang tua terdakwa sudah beberapa kali menemui orang tua korban dengan maksud musyawarah namun pembicaraan tidak mempunyai titik temu.

Menimbang, bahwa dengan memperhatikan fakta hukum tersebut di atas dihubungkan dengan dakwaan alternatif tersebut maka Pembimbing Kemasyarakatan (PK) merekomendasikan agar kepada terdakwa diberi putusan ‚Pidana Penjara seringan-ringannya‛ mengacu pada pasal 26 ayat 1 UU No 3 Th 1997 tentang Pengadilan Anak dan UU RI No 23 Th 2002 tentang Perlindungan Anak sehingga terdakwa dapat kembali bekerja dan menjadi warga Negara yang baik dikemudian hari.54

Tuntutan Jaksa

Terdakwa dituntut pidana penjara 3 tahun dan denda Rp60.000.000,- yang kemudian pidana denda diganti menjadi wajib bekerja di Dinas Sosial selama 60 hari (3 jam setiap harinya).

Putusan

1. Menyatakan terdakwa SYH terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana persetubuhan.

2. Menjatuhkan tindakan pidana penjara selama 2 tahun dan denda Rp40.000.000,- yang kemudian pidana denda diganti menjadi wajib bekerja di Dinas Sosial selama 40 hari (2 jam setiap harinya).55

Analisis Kasus

Di dalam KUHP diatur berbagai jenis tindak pidana atau delik, termasuk diantaranya delik kesusilaan namun KUHP tidak mengatur secara eksplisit tentang tindak pidana/ kejahatan kesusilaan, melainkan hanya mengatur tentang kejahatan terhadap kesusilaan. KUHP membagi delik kesusilaan menjadi dua kelompok tindak pidana yaitu:kejahatan kesusilaan yang diatur dalam Bab XIV Buku II dan pelanggaran kesusilaan yang diatur dalam Bab IV Buku III. Delik-delik yang termasuk kejahatan kesusilaan diatur pada Pasal 281 sampai dengan Pasal 303 KUHP. Adapun delik-delik yang termasuk pelanggaran kesusilaan diatur dalam Pasal 532 sampai dengan Pasal 547.

Di dalam Pasal 27 BW, seseorang dianggap oleh hukum telah melakukan perzinaan apabila bersetubuh dengan orang lain selain isteri

54 Hasil Kesimpulan dan Rekomendasi Penelitian yang dilakukan oleh PK Bapas Kelas II Bogor.

55Penulis mengikuti sidang anak di Pengadilan Negeri Bekasi pada 11 Desember 2013.

atau suaminya sendiri (berlaku asas monogami), sedangkan hubungan seksual di luar suatu pernikahan antara dua orang yang masih berstatus lajang sama sekali bukan merupakan tindakan perzinaan.56 Jika hukum ini digunakan di Indonesia jelas tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan masyarakat Indonesia yang religius dan mayoritas beragama Islam.

Dalam hukum Islam kasus asusila/ persetubuhan disebut dengan zina yang berarti fahishah (tindakan yang tidak terpuji). Zina dalam pengertian istilah adalah hubungan kelamin antara seorang lelaki dengan seorang perempuan yang satu sama lain tidak terikat dalam hubungan perkawinan, melakukan hubungan yang dinyatakan haram bukan karena syubhat dan atas dasar syahwat.57

Menurut Jumhur Ulama> pelaku zina yang dapat dikenai sanksi h}ad dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu: yang sudah menikah disebut juga muh}s}an /muh}s}anah dan yang belum menikah disebut dengan goiru muh}s}an /muh}s}anah. Hukuman bagi pelaku zina yang belum menikah di dasarkan pada ayat al-Qur’an surat An-Nu>r ayat 2:58

                          

Adapun bagi orang yang sudah menikah (muh}s}an /muh}s}anah) hukumannya adalah rajam59. Hukuman ini disandarkan pada sunah

56Laila Mulasari, ‚Kebijakan Formulasi Tentang Tindak Pidana Kesusilaan Di Dunia Maya Dalam Perspektif Hukum Islam‛, Jurnal Masalah-Masalah Hukum,

Jilid 41 No 1 (Januari 2012), 103.

http://ejournal.undip.ac.id/index.php/mmh/article/view/4165 (Diakses pada 28 Januari 2014).

57Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, 37.

58‚Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman‛

Nabi SAW ketika beliau merajam seorang laki-laki bernama Maiz yang telah berbuat zina dan hal ini disaksikan oleh para sahabat lalu disyariatkan.60

Hukuman h}ad pada zina lebih berat dibanding dengan jari>mah h}udu>d lainnya karena zina merupakan dosa besar.61 Seseorang dapat dikenai hukuman h}ad zina dengan beberapa syarat, diantaranya: a. orang yang melakukan zina haruslah dewasa, bagi anak-anak yang

belum dewasa maka tidak wajib baginya h}ad zina menurut kesepakatan ulama;

b. orang yang berzina haruslah orang berakal, dan tidak wajib dikenai h}ad zina bagi orang gila;

c. orang yang berzina haruslah orang Islam. Dalam hal ini beberapa ulama berbeda pendapat. Menurut ulama Malikiyah, orang yang 60 ُصِعاَي َءاَج َلاَق َةَسلْيَسُْ يِبَأ لٍَْع َتًََهَس يِبَأ لٍَْع ٍٔسلًَْع ٍِلْب ِدرًََّحُي لٍَْع ِوارََّٕعلْنا ٍُلْب ُ ارَّبَع اََُثرَّدَح َتَبلْيَش يِبَأ ٍُلْب ِسلْكَب ُٕبَأ اََُثرَّدَح ينَِِّإ َلاَق رَّىُث ُّلَُْع َضَسلْعَأَف ُجلْيَََش لْدَق ينَِِّإ َلاَق رَّىُث ُّلَُْع َضَسلْعَأَف ُجلْيَََش ينَِِّإ َلاَقَف َىرَّهَسَٔ ِّلْيَهَع ُ رَّالله ىرَّهَص نِّيِبرَُّنا ىَنِإ ٍكِناَي ٍُلْب ُةَزاَجِحلْنا ُّلْخَباَصَأ ارًََّهَف َىَجلْسُي لٌَْأ ِِّب َسَيَأَف ٍثارَّسَي َعَبلْزَأ رَّسَقَأ ىرَّخَح ُّلَُْع َضَسلْعَأَف ُجلْيَََش لْدَق َلاَق رَّىُث ُّلَُْع َضَسلْعَأَف ُجلْيَََش ُةَزاَجِحلْنا ُّلْخرَّسَي ٍَيِح ُُِزاَسِف َىرَّهَسَٔ ِّلْيَهَع ُ رَّالله ىرَّهَص نِّيِبرَُّهِن َسِكُرَف َُّعَسَصَف َُّبَسَضَف ٍمًََج ُيلْحَن ِِِدَيِب ٌمُجَز َُّيِقَهَف ُّدَخلْشَي َسَبلْ َأ ًُُُِٕخلْكَسَح رَّلآََف َلاَقَف Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Abbad bin Al Awwam dari Muhammad bin Amru dari Abu Salamah dari Abu Hurairah, ia berkata; "Maiz bin Malik datang menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata, 'Wahai Rasulullah aku telah berzina.' Akan tetapi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengacuhkannya. Lalu ia berkata kembali, "Aku telah berzina." Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun mengacuhkannya. Kemudian ia berkata lagi, "Aku telah berzina." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tetap mengacuhkannya. Lalu ia berkata kembali, "Aku telah berzina." Namun Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tetap tidak memperdulikannya sampai ia mengikrarkan perihal tersebut sebanyak empat kali. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan agar ia dihukum rajam. Di saat tubuhnya terkena lemparan batu, ia pun melarikan diri karena kesakitan. Kemudian bertemu dengan seorang yang membawa tulang rahang unta di tangannya, laki-laki ini akhirnya memukul Maiz sampai pingsan. Perihal larinya Maiz saat terkena lemparan batu itu diceritakan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu beliau bersabda: "Tidakkah sebaiknya kalian membiarkannya?" (Hadist Ibnu Majjah:2544)

61 Dalam surat Al-Isra> ayat 32 dijelaskan bahwa perbuatan zina merupakan perbuatan yang keji dan merupakan dosa besar.

        

‚Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.‛

dikenai h}ad zina adalah orang Islam, karena berzina dengan orang kafir dinamakan juga zina shubhat dan tidak menjadi disyariatkannya h}ad zina. Menurut Jumhur Ulama orang kafir yang melakukan zina juga wajib dikenai h}ad tetapi tidak dikenai hukuman rajam hanya dikenai hukuman dera (cambuk) saja;

d. orang yang melakukan zina dikenai h}ad zina apabila mengerjakannya bukan karena unsur paksaan;

e. orang yang diajak melakukan berzina (baik laki-laki atau perempuannya) haruslah sudah dewasa, apabila berzina dengan anak kecil maka tidak dikenai h}ad zina.62

Sanksi terhadap pelaku zina demikian berat mengingat dampak negatif yang ditimbulkan akibat perbuatan zina baik terhadap diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Di antara dampak negatif melakukan zina, antara lain sebagai berikut:

a. dapat terinfeksi penyakit kelamin seperti HIV / AIDS, penyakit gonorchoo atau siphilis, penyakit tersebut berjangkit melalui hubungan kelamin;

b. perbuatan zina menjadikan seseorang enggan melakukan pernikahan sehingga dampak negatif akibat keengganan seseorang untuk menikah cukup kompleks baik terhadap kondisi mental maupun fisik seseorang;

c. keharmonisan hubungan keluarga sebagai suami isteri berkurang lantaran salah satu pihak yaitu suami atau isteri telah mengadakan hubungan lawan jenis yang bukan suami/ istrinya yang sah.63

Dalam Undang-undang sistem peradilan anak, apabila seorang anak melakukan tindakan persetubuhan dengan seseorang yang juga masih dibawah umur maka pasal yang disangkakan terhadap tersangka anak adalah pasal 81 ayat (2) UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Ancaman hukumannya paling sedikit 3 tahun dan paling lama 15 tahun.64 Dalam putusannya aparat penegak hukum

62Wahbah Zuhaili>, al-Fiqh al-Isla>mi> wa Adilatuh, jilid 7, 5360-5361.

63Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, 51.

64Pasal 81 UU Perlindungan Anak berbunyi sebagai berikut:

‚(1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).

memperhatikan bahwa tersangka masih dibawah umur menurut batasan umur dalam Undang-Undang Peradilan Anak, maka penegak hukum memperhatikan UU RI No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak.

Dalam kasus ini terdakwa SYH melakukan tindak pidana Persetubuhan terhadap AK yang didasarkan atas suka sama suka. Hal ini menyebabkan perbuatan yang dilakukan oleh SYH bermasalah dengan hukum. Dalam kasus ini SYH dituntut oleh jaksa penuntut dengan pidana penjara selama 3 tahun dan denda wajib Rp60.000.000,- Kasus persetubuhan yang dilakukan SYH meskipun menurut pengakuan SYH kasus itu dilakukan secara ‚suka sama suka‛ tapi ia tetap dipidanakan. Demikian pula ketika kasus ini dibawa ke ranah mediasi, keluaga korban menolak untuk berdamai. Keluarga pelaku telah berulangkali meminta berdamai dengan keluarga korban, namun keluarga korban tetap tidak mau memaafkan dengan alasan bahwa pelaku tidak dapat bertanggung jawab.65 Dalam hal in SYH sudah berusaha untuk bertanggung jawab dengan menikahi AK.

Dalam Hukum Islam kasus persetubuhan atau zina yang dilakukan oleh SYH dan AK termasuk kategori goiru muh}s}an /muh}s}anah (belum menikah, masih berstatus lajang). Dalam kategori bulu>gh, SYH dan HK termasuk orang yang sudah dewasa jika dilihat dari syarat-syarat bulu>gh dalam Islam yaitu bisa menghamili wanita (bagi laki-laki) dan bisa hamil (bagi perempuan).

Jika seorang bikr (perawan/ perjaka) melakukan zina maka hukumannya adalah dengan di dera 100 kali (jild) dan diasingkan (taghri>b). Hukuman jild merupakan hukuman yang ditetapkan ukurannya dan bagi hakim tidak boleh untuk mengurangi atau menambahkannya dengan sebab apapun. Dalam hukuman jild tidak ada kompensasi pengganti hukum dan tidak ada pengampunan.

(2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.‛

Dengan adanya Undang-undang Perlindungan anak khususnya Pasal 81 maka dapat dikatakan bahwa Pasal 287 KUHP sudah tidak dapat diterapkan lagi bagi pelaku persetubuhan yang dilakukan terhadap anak, sebab dalam Pasal 81 Undang-undang Perlindungan Anak telah diatur secara khusus mengenai ketentuan pidana materiil delik persetubuhan yang dilakukan terhadap anak.

65Hasil wawancara dengan terdakwa di Pengadilan Negeri Bekasi 11 Desember 2013.

Selain hukuman jild seorang pezina bikr juga dikenai hukuman pengasingan, namun fuqaha> berbeda pendapat dalam kewajiban melaksanakannya. Imam Abu Hanifah tidak mewajibkan hukuman pengasingan tetapi membolehkan untuk menghukum dengan keduanya (jild dan taghri>b). Menurut Imam Malik dan Imam Syafi’i dan Imam Ahmad hukuman wajib bagi pezina bikr adalah menggabungkan hukuman jild dan pengasingan (taghri>b) karena pengasingan (taghri>b) merupakan hukuman had seperti jild. Menurut ‘Abdul Qadir ‘Audah pengasingan (taghri>b) termasuk hukuman h}ad seperti jild.66

Menurut mazhab Hanafiyah, hukuman taghri>b (diasingkan) dan jild (dera) tidak bisa dilakukan dalam satu hukuman. Menurut Imam Hanafi taghri>b bukanlah h}ad, namun jika menurut Imam/ hakim taghri>b mendatangkan kebaikan, boleh dilakukan. Menurut mazhab Syafi’i>yah dan Hanabilah, membolehkan untuk menggabungkan hukuman jild dan taghri>b dalam satu hukuman. Menurut Malikiyah bagi laki-laki hukuman taghri>b atau dimasukkan ke dalam penjara selama 1 tahun, sedangkan bagi perempuan tidak wajib baginya hukuman taghri>b.67

Dalam hal ini hakim menjatuhkan hukuman 2 tahun penjara dan wajib kerja di Dinas Sosial selama 40 hari setelah keluar dari penjara kepada pelaku. Hukuman yang diterima oleh terdakwa adalah hukuman ta‘zi>r yang bersifat penjara (h}abs). Maksud dari h}abs disini adalah menahan pelaku tindak pidana dan mencegahnya dari perbuatan maksiat terhadap Allah.68

Pidana penjara merupakan suatu pidana yang berupa pembatasan kebebasan seseorang untuk bergerak dengan mewajibkan orang tersebut untuk menaati peraturan tata tertib yang berlaku. Dengan dibatasinya kebebasan bergerak, jelas pidana penjara membuat SYH tidak dapat menjalankan tanggung jawabnya sebagai Kepala Keluarga dan tidak dapat menafkahi kebutuhan isteri dan anak-anaknya.

Dengan demikian dalam penjatuhan pidana terhadap SYH terdapat dua kepentingan yang bertentangan yakni kepentingan Negara untuk menjalankan hukum dan menghukum orang-orang yang melanggar hukum dan kepentingan korban dan anak korban yang akan

66‘Abdul Qadir ‘Audah, at-Tashri>‘ al-Jina>’i> al-Isla>mi>, 379-380.

67 Wahbah Zuhaili>, al-Fiqh al-Isla>mi> wa Adilatuh, 5363-5364.

mengalami penderitaan apabila SYH menjalani pidana penjara karena tidak dapat mencari nafkah dan tidak dapat menghidupi keluarganya. Kesimpulan

Dalam persidangan telah menjadi alasan umum terdakwa bahwa persetubuhan yang dilakukan terhadap korban atas dasar suka sama suka. Apa yang mereka lakukan didasari kehendak dan kemauan masing-masing meski terdakwa menyadari bahwa korban masihlah di bawah umur dan belum layak untuk dikawini begitu juga dengan pelaku yang belum cukup umur untuk melakukan pernikahan apabila melihat Undang-undang RI No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dimana bagi laki-laki harus berumur 19 tahun dan wanita 16 tahun.

Hukuman yang diterima oleh terdakwa adalah hukuman ta‘zi>r yang bersifat penjara (h}abs) yaitu hukuman 2 tahun penjara dan wajib kerja di Dinas Sosial selama 40 hari setelah keluar dari penjara kepada pelaku. Putusan majelis hakim terhadap terdakwa di dalamnya juga sedikit mengandung keadilan restoratif dengan dikurangi hukuman atas tuntutan jaksa terhadap pelaku, dan mengganti hukuman denda dengan wajib bekerja di dinas sosial.

E. Ringkasan Perbandingan Antar Kasus Pelaku Tindak Pidana Anak Berikut adalah laporan singkat terhadap hasil penelitian terhadap anak pelaku tindak pidana. Laporan ini diteliti berdasarkan aspek kondisi pelaku, kondisi keluarga pelaku, kondisi lingkungan pelaku, jenis tindak pidana yang dilakukan oleh pelaku, pasal yang disangkakan terhadap pelaku, modus operandi pelaku, motivasi pelakumelakukan tindak pidana, akibat yang ditimbulkan oleh perbuatan pelaku, tuntutan keluarga korban, reaksi masyarakat atas perbuatan pelaku, putusan aparat penegak hukum, pertimbangan dan putusan yang dijatuhkan kepada pelaku. Hal ini dapat dilihat pada matrik di bawah ini:

Matrik 4: Ringkasan Perbandingan Antar Kasus Pelaku Tindak Pidana Anak

Perihal Pelaku

Pembunuhan. Pelaku Pencurian dan Penggelapan Pelaku Penipuan Pelaku Tindak Asusila

Inisial Pelaku YI ARK RAR SYH

Umur Pelaku 8 tahun. 17 tahun. 16 tahun. 17 tahun. Jenis Kelamin Laki-Laki. Laki-Laki. Laki-Laki. Laki-Laki Kondisi Pelaku Tidak bersekolah,

dan sering menghabiskan waktunya di warnet dan mengamen dijalanan. Berhenti sekolah saat duduk di kelas 2 SMK karena kurang biaya sekolah sebab ayah pelaku menikah lagi dan tidak bertanggung jawab terhadap anak-anaknya. Pelaku bernah bekerja di sebuah warnet dengan gaji Rp 500.000 per bulan untuk tambahan biaya sekolah. Belakangan ini pelaku berhenti bekerja di warnet dan menganggur. Sudah tidak bersekolah lagi sejak berhenti di kelas 3 SMP. Pelaku mendalami tehnik Electronic Hand Phone dan sempat kursus Operasional Bongkar Pasang Telepon Selular di Jakarta. Pada saat melakukan tindak pidana pelaku masih duduk di