• Tidak ada hasil yang ditemukan

29Koran Sindo, ‚Kasus Pembunuhan Anak di Bawah Umur‛, http://m.koran-sindo.com/node/311726 Terbit online 08 November 2013.

Pakar Hukum Pidana Indonesia, Andi Hamzah dari kunjungannya ke Belanda, berpendapat bahwa ternyata 60% perkara yang ada di tangan jaksa di Belanda diselesaikan melalui afdoening buiten process atau settlement out of judiciary (penyelesaian perkara di luar pengadilan) atau dengan kata lain dengan menerapkan restorative justice. Menurut Andi Hamzah, Indonesia yang menganut asas legalitas, Lembaga Pemasyarakatannya semakin sesak karena banyak perkara-perkara pidana ringan yang dilimpahkan ke pengadilan, salah satunya pencurian ringan. Penjatuhan pidana penjara kepada pelaku belum tentu menimbulkan efek jera dan diduga menjadi pembelajaran yang negatif bagi seorang narapidana, sebagaimana dikatakan ‚too short for rehabilitation, too long for corruption‛ (di dalam penjara, terlalu singkat untuk pemulihan dan terlalu lama untuk pembusukan).30

Fenomena yang terjadi di masyarakat menunjukkan tindak pidana yang dilakukan oleh anak mengalami peningkatan dari waktu ke waktu termasuk kasus pencurian. Faktor anak melakukan tindak pidana disebabkan karena adanya keinginan untuk memiliki, hal ini dikarenakan faktor ekonomi yang kurang, tidak adanya pendidikan moral dalam keluarga, atau sekedar menarik perhatian, dan lingkungan pergaulan yang salah.

Pencurian yang dilakukan oleh anak di bawah umur mungkin dapat diartikan sebagai pencurian khusus atau pencurian yang bersifat lebih ringan, namun tidak menutup kemungkinan dapat diancam dengan hukuman penjara lima tahun atau lebih dari pidana yang diancamkan dalam Pasal 362 KUHP.31 Dalam pemeriksaan terhadap anak pelaku tindak pidana harus diperhatikan tujuan peradilan dengan melakukan koreksi dan rehabilitasi sehingga anak dapat kembali ke kehidupan yang normal dan tidak merusak masa depannya.

Kronologi Peristiwa

30Albert Aries, ‚Penyelesaian Perkara Pencurian Ringan dan Keadilan Restoratif‛,

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt519065e9ed0a9/penyelesaian-perkara-pencurian-ringan-dan-keadilan-restoratif, Terbit Online Kamis 13 Juni 2013 (Diakses pada 8 Oktober 2013).

31Pingkan F. Tambalean, ‚Penegakan Hukum atas Tindak Pidana Pencurian yang dilakukan oleh Anak di bawah Umur‛, Lex et Societatis Vol 1 No 2 (April-Juni 2013).

Dalam kasus ini bahwa terdakwa ARK pada hari Jum’at tanggal 15 Februari 2013 sekitar pukul 11.00 WIB atau setidak-tidaknya dalam waktu lain pada bulan Februari 2013 bertempat di Kel. Sukamaju Kec. Cilodong Depok ‚mengambil suatu barang berupa handphone yang seluruhnya kepunyaan saksi korban RIN dengan maksud untuk memiliki dan menjual kembali HP tersebut guna dipakai terdakwa jajan dan ke warnet‛. Perbuatan tersebut dilakukan terdakwa sebagai berikut:

Bahwa pada hari Jum’at 15 Februari 2013 sekitar pukul 06.00 WIB terdakwa dan kedua orang temannya RIN dan HF pulang pagi dari Pasar Agung Depok. Mereka pulang kerumah terdakwa lalu mereka tidur di rumah terdakwa di Depok. Sekitar pukul 11.00 WIB terdakwa bangun dan melihat di dekat RIN tergeletak sebuah HP merk Cross lalu terdakwa mengambil dan menyimpannya di lemari pakaian. Sekitar pukul 13.00 RIN dan HF menanyakan pada terdakwa tentang HP nya namun terdakwa mengatakan tidak mengetahui dan tidak mengambilnya. Setelah sore hari ketika teman terdakwa pulang dari rumah terdakwa, terdakwa langsung menjual HP tersebut ke tetangga terdakwa seharga Rp.50.000. Pada saat terdakwa menyetel lagu-lagu HP terdakwa di dengar oleh korban dan kawa-kawannya, akhirnya korban mengetahui bahwa terdakwa yang mencuri HP korban ketika tidur di rumah terdakwa.

Perbuatan terdakwa mengambil sebuah handphone tidak memiliki izin dari pemilik sehingga saksi korban RIN mengalami kerugian atas kehilangan handphonenya dan rugi waktunya dijadikan saksi Korban. Perbuatan terdakwa diancam Pasal 362 KUHP dan Pasal 26 ayat (1) UU No 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.32

Pertimbangan Hukum

Menimbang, bahwa saat melakukan tindak pidana terdakwa masih merupakan anak dibawah umur yaitu tepatnya berusia 17 tahun. Dalam melakukan tindak pidana ini, anak tersebut belum dapat dipertanggungjawabkan sepenuhnya atas pidana yang dilakukan karena anak sebagai pelaku tindak pidana bukanlah sebagai pelaku murni akan tetapi anak sebagai pelaku juga korban.

32Laporan Hasil Penelitian Kemasyarakatan yang dilakukan oleh petugas PK Bapas Kelas II Bogor, No Register 14/Lit.PN/II/2013 memenuhi surat permintaan dari Ka. Polsek Sukmajaya No. B/…/II/2013Sek SKJ 22 Pebruari 2013.

Dalam hal ini anak sebagai korban ekonomi (kemiskinan keluarga) dan korban kurang perhatian dari orang tua karena kedua orang tua terdakwa bercerai. Ibu terdakwa bekerja sebagai pembantu rumah tangga, sedangkan ayah terdakwa tidak bertanggung jawab atas biaya kehidupan terdakwa dan keluarga, sehingga dapat dikatakan anak melakukan suatu perbuatan tindak pidana bukanlah atas kehendak pribadi akan tetapi adanya faktor dorongan eksternal.

Dalam hal ini anak tidak seharusnya bertanggung jawab sepenuhnya atas perbuatan yang dilakukannya. Anak pelaku tindak pidana haruslah dilindungi hak-haknya, haruslah dipulihkan menjadi anak bangsa yang memiliki masa depan sebagai harapan bangsa.

Menimbang, bahwa adanya keterangan dari orang tua/ ibu kandung terdakwa bahwa orang tua terdakwa masih mampu mendidik dan membimbing anak tetapi tidak mampu menyekolahkan anak karena faktor ekonomi. Untuk mencari nafkah ibu terdakwa bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

Dalam hal ini, sebagai orang tua akan berusaha meneruskan niat terdakwa untuk mendukung cita-cita terdakwa yang ingin sukses dibidang Informatica Telecomunication (IT) walaupun harus belajar secara otodidak (belajar sendiri) karena tidak ada biaya untuk bersekolah. Dalam permohonannya, orang tua terdakwa mengharapkan agar terdakwa dikembalikan kepada orang tua.

Menimbang, bahwa dalam forum mediasi di kepolisian telah ditandatangani kesepakatan perdamaian pada hari Selasa tanggal 19 Februari 2013 oleh pihak-pihak terkait dengan tujuan pemulihan dan keadilan bagi pelaku, korban dan masyarakat yang pada pokoknya klausul-klausul kesepakatan tersebut sebagai berikut:

1. Bahwa korban telah mencabut laporannya kepada polisi.

2. Bahwa terdakwa dan orang tua telah meminta maaf kepada korban, dan sebaliknya korban telah memafkan perbuatan terdakwa.

3. Bahwa korban berharap terdakwa tidak mengulangi perbuatannya lagi.

4. Bahwa orangtua terdakwa berjanji mampu untuk menjaga dan membina terdakwa untuk tidak melakukan pelanggaran hukum lagi.

Menimbang, bahwa lebih lanjut ada beberapa hal yang meringankan bagi terdakwa, yaitu:

1. Terdakwa bersikap sopan, mengaku terus terang dan menyesali perbuatannya serta berjanji tidak akan mengulanginya lagi. 2. Terdakwa masih muda dan besar harapan dapat memperbaiki

dirinya demi masa depan yang lebih baik.

3. Terdakwa dan orangtua terdakwa telah meminta maaf kepada korban dan keduanya telah saling bermaafan.

4. Bahwa terdakwa baru pertama kali berhadapan dengan hukum dan belum pernah berbuat yang meresahkan masyarakat dilingkungan tersebut.

Menimbang, bahwa dengan memperhatikan fakta hukum tersebut di atas, maka aparat kepolisian memberhentikan penyidikan terhadap anak pelaku tindak pidana didasarkan oleh adanya pencabutan laporan dari korban, serta adanya kesepakatan mediasi antara kedua belah pihak. Dalam hal ini terdakwa dapat dibebaskan dan dapat segera mencari pekerjaan untuk membantu ekonomi ibunya dan menjadi warga negara yang baik.33

Putusan

1. Dengan adanya pencabutan laporan korban atas terdakwa dan adanya kesepakatan perdamaian antara kedua belah pihak, maka perkara diberhentikan dan tidak dilanjutkan ke persidangan.

2. Dalam forum mediasi juga telah ditandatangani kesepakatan perdamaian pihak-pihak terkait dengan tujuan pemulihan dan keadilan bagi pelaku, korban dan masyarakat dengan pokok kesepakatan seperti yang telah disebutkan diatas.

3. Putusan Diskresi Kepolisian kepada terdakwa untuk dikembalikan kepada orang tuanya berdasarkan pencabutan laporan yang dilakukan oleh korban di tempat korban melapor.

Analisis Kasus

Menurut Undang-undang yang berlaku bagi tindak pidana di Indonesia pada kasus pencurian mengacu pada pasal 362- 367

33Hasil Kesimpulan dan Rekomendasi Penelitian yang dilakukan oleh PK Bapas Kelas II Bogor.

KUHP.34Adapun dalam sistem peradilan Anak apabila ia melakukan tindakan pidana maka diberi putusan pidana mengacu pada pasal 26 ayat 1 UU No 3 Th 1997 tentang Pengadilan Anak dan UU RI No 23 Th 2002 tentang Perlindungan Anak.35

Dalam Hukum Islam pencurian termasuk jari>mah h}udu>d. Dasar hukum penjatuhan sanksi bagi jari>mah as-Sari>qoh adalah firman Allah al-Maidah ayat 38:36              

Jika sudah ditetapkan seseorang sebagai pencuri wajib baginya dikenai hukuman h}ad potong tangan, atau dikenai denda ganti rugi apabila tidak wajib baginya dikenakan h}ad potong tangan.37

34‚Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah‛. Dalam hal perkara pencurian ringan sangatlah tidak tepat apabila di dakwa dengan menggunakan pasal 362 yang ancaman pidananya 5 tahun. Dalam hal pencurian ringan seharusnya masuk ke dalam kategori tindak pidana ringan dengan ancaman pidananya 3 bulan penjara dan denda 250,00. Sedangkan dalam masalah pidana denda diatur dalam Perma dalam hal pidana denda, Mahkamah Agung menyatakan bahwa untuk penyesuaian nilai rupiah berpedoman pada harga emas. Pada tahun 1960 harga emas murni perkilogram adalah 50.510,80, sementara itu harga emas per 2012 adalah 509.000. Berdasarkan perbandingan ini maka MA menetapkan bahwa pidana denda dikali 10.000 dari jumlah denda yang ditetapkan di undang-undang. Hal ini dimaksudkan agar para penegak hukum mudah dalam memutuskan perkara.

35Pasal 26 ayat 1 UU no 3 Th 1997 menyatakan ‚Pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, paling lama ½ (satu perdua) dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang dewasa‛.

36‚Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.‛

37Ulama sepakat apabila barang yang dicuri masih ada ditangan pencuri maka wajib untuk dikembalikan kepada pemiliknya, namun apabila barang tersebut sudah tidak ada pada si pencuri, ada beberapa perbedaan pendapat. :

- Menurut Hanafiyah: apabila barang sudah tidak ada di tangan pencuri, maka pencuri wajib dikenai hukuman h}ad potong tangan atau denda sesuai nilai barang tersebut, apabila pencuri memilih untuk membayar denda ganti rugi maka tidak wajib baginya hukuman h}ad potong tangan.

Mencuri berarti mengambil hak orang lain yang menyebabkan kerugian sepihak. Ketentuan potong tangan bagi para pencuri menunjukkan bahwa pencuri yang dikenai sanksi hukum potong tangan adalah pencuri yang profesional bukan pencuri iseng atau bukan karena keterpaksaan.38

Dalam Islam hukuman potong tangan dapat dilaksanakan apabila terpenuhi syarat-syaratnya. Adapun syarat pertama: barang/ harta yang diambil/ dicuri oleh pelaku dilakukan secara diam-diam dengan tanpa diketahui dan sudah berpindah dari penguasaan si pemilik ke penguasaan si pencuri; kedua: barang/ harta yang dicuri harus memiliki nilai. Hukuman potong tangan tidak akan dijatuhkan bagi pencuri rumput atau pasir atau juga barang-barang yang tidak legal seperti minuman atau makanan; ketiga: barang/ harta yang dicuri berasal dari tempat yang aman; keempat: barang/ harta yang dicuri merupakan milik orang lain; kelima: barang/ harta yang dicuri haruslah mencapai nilai mínimum tertentu (nis}a>b).39

Jumhur Fuqaha> (Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i, Imam Malik dan Imam Ahmad bin Hanbal), sepakat bahwa mencuri barang yang tidak berharga (tidak mempunyai nilai) tidak dikenai h}ad potong tangan. Menurut Syafi’iyah, Malikiyah dan Hanbali, yang dimaksud dengan benda berharga adalah benda yang dimuliakan syara’ dan bukanlah benda yang diharamkan oleh syara’ seperti mencuri anjing, babi, khamr (minum-minuman keras) karena menurut Islam dan kaum muslimin benda tersebut tidak ada harganya, maka tidak wajib bagi si pencuri dikenai h}ad potong tangan. Menurut Imam Abu Hanifah yang

‚Jika sudah dikenai hukuman potong tangan maka ia tidak wajib membayar ganti rugi‛.

- Sedangkan menurut Syafi’iyyah dan Hanabillah: wajib bagi pencuri dikenakan hukuman h}ad potong tangan dan ganti rugi barang yang dicurinya karena ganti rugi merupakan hak wajib terhadap manusia sedangkan potong tangan merupakan hak terhadap Allah.

- Menurut Wahbah Zuhaili> pendapat Syafi’iyyah dan Hanabillah adalah pendapat yang ra>jih karena hadits yang dipakai oleh Hanafiyah adalah hadits d}o‘ i>f. Wahbah Zuhaili>, al-Fiqh al-Isla>mi> wa Adilatuh, 5425-5426.

38Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), 67.

39Menurut Imam Malik nis}a>b/ batasan minimum barang curian adalah sebesar harga ¼ dinar atau lebih. Sedangkan menurut Imam Abu Hanifah nis}a>b pencurian senilai 10 dirham atau 1 dinar. Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam- Penegakan Syari’at Dalam Wacana dan Agenda (Jakarta: Gema Insani, 2003), 28-29.

dimaksud dengan benda berharga adalah benda yang dapat menyebabkan si pencuri menjadi kaya dengan hasil curiannya.40

Seorang pencuri dapat dikatakan mencuri apabila dia mengambil barang curiannya dari tempat penyimpanan harta (h}irz). Para ulama sepakat bahwa tempat penyimpanan harta (h}irz) dikategorikan menjadi 3 macam: pertama: h}irz bi al maka>n yaitu tempat penyimpanan harta yang berbentuk bangunan seperti rumah, gedung, toko, kandang dan sebagainya yang berbentuk bangunan; kedua: h}irz bi nafsihi yaitu penyimpanan harta yang dijaga oleh diri sendiri seperti cincin yang sedang dipakai; ketiga: h}irz bi al h}a>fiẓ atau h}irz bi goirihi yaitu suatu tempat yang bukan untuk menyimpan barang tetapi tempat itu bisa dijadikan h}irz jika ada yang menjaganya seperti di tempat parkiran, lapangan, masjid dan lain-lain.41

Ketentuan yang mengatur masalah pengembalian anak sebagai pelaku tindak pidana kepada orang tua, wali atau orang tua asuhnya diatur dalam ketentuan Pasal 24 ayat 1 huruf a Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. Dalam pasal ini dinyatakan bahwa tindakan yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal adalah mengembalikan kepada orang tua, wali atau orang tua asuh. Adapun aturan lebih lanjutnya tidak diatur sehingga dalam prakteknya aparat penegak hukum masih mengacu pada Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

Pengembalian seorang anak kepada orang tua, wali atau orang tua asuhnya harus dengan memperhatikan hal-hal di bawah ini:

1. Bahwa pada waktu melakukan penuntutan terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana haruslah belum berumur 18 tahun ataupun belum pernah menikah sebelum umur 18 tahun.

2. Bahwa tujuan dikembalikan anak kepada orang tua, wali atau orang tua asuhnya adalah agar anak dapat dididik sendiri dengan memperhatikan tindakan-tindakan lain yang perlu diambil agar jangan sampai anak melakukan tindakan pidana kembali.

Undang-undang tidak mengatur jenis tindak pidana yang membolehkan anak pelaku tindak pidana dikembalikan kepada orang tua, wali atau orang tua asuh. Dalam hal ini bukan merupakan suatu hambatan bagi aparat penegak hukum untuk memerintahkan agar anak dikembalikan kepada orang tua, wali atau orang tua asuh. Aparat

40‘Abdul Qa>dir ‘Audah, at-Tashri>’ al-Jina>’i> al-Isla>mi>, 547.

41Muhammad Idris as-Shafi‘i> , al-Um (Cairo: al- Faniyah Muttahidah, 1961), juz 6, 148.

penegak hukum haruslah memiliki keyakinan bahwa pendidikan untuk membentuk kembali pribadi dan kepribadian dari anak tersebut dapat dipercayakan kepada orang tua, wali atau orang tua asuhnya.

Dalam kasus ini terdakwa ARK dan korban RIN (pelaku dan korban) saling mengenal karena mereka adalah teman main band. Keputusan pelaku untuk memaafkan kesalahan korban yang telah mencuri Hp miliknya adalah putusan yang tepat setelah mendapat pengarahan dari para penegak hukum (Polisi dan PK Bapas). Korban juga telah memaafkan dan telah mengadakan perdamaian dengan pelaku dihadapan kepolisian, bapas dan masyarakat setempat. Apabila korban tidak memaafkan pelaku, hal ini bisa mengakibatkan pelaku masuk ke dalam sel penjara hanya karena urusan yang kecil. Pelaku juga sudah mengakui kesalahannya dan merasa malu dengan teman-teman pelaku lainnya karena ketahuan mencuri barang milik teman-temannya sendiri.

Pencurian yang dilakukan oleh ARK adalah termasuk pencurian kecil. Menurut ‘Abdul Qadir ‘Audah pencurian kecil adalah mengambil harta orang lain secara sembunyi-sembunyi. Kategori hukuman bagi pencuri ada 2 macam yaitu pencurian yang diancam dengan hukuman ta‘zi>r apabila syarat-syarat pelaksanaan hukuman h}ad tidak terpenuhi dan hukuman h}ad potong tangan bagi pencuri yang mencapai nis}a>b barang curiannya.

Rukun pencurian adalah sesuatu yang sangat penting karena apabila salah satu rukunnya tidak terpenuhi maka hukuman h}ad potong tangan tidak akan dilaksanakan. Menurut ‘Abdul Qadir ‘Audah rukun pencurian ada 4 (empat) yaitu: (a) barang yang dicuri harus diambil secara sembunyi-sembunyi atau secara diam-diam; (b) barang yang diambil adalah harta; (c) barang/ harta tersebut milik orang lain; (d) adanya maksud/ niat jahat atau niat berbuat tindakan pencurian.42

Menurut Sayid Sabiq syarat seorang pencuri dikenai hukuman h}ad potong tangan adalah sebagai berikut:

a. takli>f (cakap hukum) yaitu pencuri tersebut sudah ba>ligh dan berakal. Apabila pencuri tersebut adalah seorang yang gila atau anak kecil, maka tidak wajib baginya hukuman h}ad potong tangan. Adapun bagi anak kecil yang mencuri dapat dikenakan sanksi yang bersifat mendidik;

b. kehendak sendiri/ kemauan sendiri dan bukan karena paksaan. Apabila ia terpaksa mencuri maka tidak dianggap sebagai pencuri,

karena paksaan meniadakan ikhtia>r tidak adanya ikhtia>r menggugurkan takli>f. Apabila seseorang mencuri karena suatu paksaan maka dia tidak dijatuhi hukuman h}ad karena pencurian yang dia lakukan adalah bukan kehendak sendiri melainkan suatu paksaan;

c. sesuatu yang dicuri bukan merupakan barang yang syubhat. Jika yang dicuri adalah barang syubhat maka pencuri tidak divonis potong tangan.43

Sanksi potong tangan dalam tindak pidana pencurian menurut ulama merupakan sanksi maksimal. Dengan demikian, tidak setiap pencurian dikenakan sanksi potong tangan. Hal ini dibuktikan dengan ditentukannya syarat dan rukum pencurian, apabila salah satu syarat atau rukunnya tidak dipenuhi maka sanksi potong tangan diganti dengan alternatif sanksi lainnya. Dalam hal pencurian yang dilakukan oleh anak disini termasuk kategori jari>mah ta‘zi>r dan bukanlah jari>mah h}udu>d. Pencurian yang dilakukan oleh ARK tidak mencapai nis}a>b.

Hukuman ta‘zi>r merupakan hukuman yang tidak ditetapkan ketentuannya dalam syari’at. Ketentuan hukuman ta‘zi>r diserahkan kepada Wali> al ‘Amr/ Negara. Hukuman ta‘zi>r ditentukan sesuai dengan tujuan pencegahan dan perbaikan dilihat dari besar kecilnya perbuatan jari>mah. Hukuman ta‘zi>r terdapat pada setiap jari>mah yang tidak ada hukuman h}adnya dan tidak juga ada kaffarah, meskipun menyangkut hak Allah (seperti makan pada siang hari di bulan Ramadhan tanpa alasan yang jelas, riba, meninggalkan shalat, dll), maupun hak adami (seperti berkhalwat, mencuri suatu barang yang tidak mencapai nis}ab, mencuri barang yang tidak dijaga, berbuat curang/ penipuan, dll).44

Dalam kasus pencurian ini ARK masih berusia 17 tahun. Dalam hukum yang berlaku di Indonesia, ARK masuk ke dalam kategori peradilan anak dan kesalahannya belum dapat dipertanggungjawabkan sepenuhnya atas pidana yang dilakukan oleh anak tersebut. Anak sebagai pelaku tindak pidana bukanlah sebagai pelaku murni akan tetapi anak sebagai pelaku juga korban. Dalam hal ini ARK termasuk sebagai korban ekonomi (kemiskinan keluarga) dan korban kurang perhatian dari orang tua karena kedua orang tua ARK bercerai.

43Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah (Beirut: Da>r al-Fikr, 1998), Juz 2, 441.

Dalam hukum Islam, ARK tetaplah sebagai pelaku pencurian, karena dia mengambil barang dengan cara diam-diam dan dengan niat jahat. Pengertian niat jahat adalah terpenuhinya unsur niat jahat apabila si ja>ni> (pencuri) mengambil sesuatu dan ia mengetahui bahwa mengambilnya itu diharamkan. Jika mengambil sesuatu yang telah dibuang maka hukumnya muba>h dengan syarat si pengambil mengetahui bahwa pemiliknya telah membuang benda tersebut dan yakin bahwa si pemilik akan ridho jika ia mengambil barang yang telah dibuang oleh si pemilik.45

Dalam putusannya aparat penegak hukum melihat bahwa sistem peradilan pidana anak yang dilakukan dengan mengadili anak oleh badan-badan peradilan anak tidak mengutamakan pidananya saja tetapi juga ikut serta memikirkan bagaimana tindak lanjutnya bagi kesejahteraan anak yang berhadapan dengan hukum. Dengan demikian putusan aparat penegak hukum untuk mengembalikan pelaku ARK kepada orang tua dirasa lebih baik, karena pelaku sudah mendapatkan sanksi untuk menjalani hukumannya di penjara selama masa penyidikan. Hal ini dirasa oleh pihak kepolisian sudah cukup membuat pelaku sadar atas kesalahannya. Aparat penegak hukum juga sudah melihat bahwa korban sudah mencabut laporannya serta memaafkan pelaku.

Pemaafan yang diberikan korban kepada pelaku merupakan salah satu konsep restorative justice. Keputusan diskresi dari