• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kawasan Lindung Geolog

Dalam dokumen DUMMY LAPORAN PENDAHULUAN RTBL LEITIMUR (Halaman 122-126)

BAB V RENCANA KERJA DAN ORGANISASI PROYEK

NO JENIS RTH SYARAT VEGETASI JENIS POHON JENIS PERDU JENIS HERBA besar,perdu, rumput dan

A.6 Kawasan Lindung Geolog

Kawasan Lindung Geologi di wilayah Kota Ambon adalah kawasan kars (batuan karang) Kawasan ini mempunyai fungsi sebagai daerah resapan air sekaligus sebagai kawasan yang terletak pada zona patahan aktif ( kawasan yang rawan terhadap gerakan tanah ).

Lokasi kawasan kars meliputi : Desa Latuhalat, Desa Amahusu, Kelurahan Benteng, Kelurahan Kudamati, Kawasan Gunung Nona, Kelurahan Karang Panjang, Desa Hative Kecil/Galala, Desa Halong, Kelurahan Lateri, Desa Passo, Desa Huttumuri, Desa Rumah Tiga dan Desa Hative Besar.

Rencana pengelolaan Kawasan Lindung Geologi diarahkan untuk pengamanan kawasan tersebut dengan pembuatan jalur hijau ( green belt ) dengan radius 100 m sepanjang garis patahan dan dilarang membangun .

A.7 Kawasan Lindung Lainnya

Rencana kawasan lindung lainnya meliputi : kawasan Terumbu Karang dan Padang Lamun ini dimaksudkan untuk menjaga kelestarian biota pesisir dimana terumbu karang dan padang lamun dapat menjadi habitat tempat hidup ikan yang ada di wilayah perairan Kota Ambon.

1. Rencana Kawasan terumbu karang dan kawasan padang lamun meliputi :

a. Kawasan Terumbu Karang terletak di Sepanjang pesisir timur Kecamatan Leitimur Selatan dan sepanjang pesisir selatan Kecamatan Nusaniwe dengan luas ±1.350 Ha.

b. Kawasan Padang Lamun terletak di sepanjang pesisir Hutumuri - Leahari dengan luas ±103 Ha.

2. Rencana pengelolaan kawasan terumbu karang dan padang lamun meliputi :

a. Pemeliharaan dan mempertahankan kondisi terumbu karang dan padang lamun yang masih baik

b. Konservasi dan rehabilitasi kawasan terumbu karang dan padang lamun yang telah rusak.

B. Rencana Kawasan Budidaya

Pola ruang untuk Kawasan Budidaya direncanakan meliputi: 1. Kawasan perumahan;

2. Kawasan perdagangan dan jasa; 3. Kawasan perkantoran;

4. Kawasan industri kecil dan menengah; 5. Kawasan pariwisata;

6. Kawasan ruang terbuka non hijau; 7. kawasan ruang evakuasi bencana;

8. kawasan peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal; dan 9. Kawasan peruntukan lainnya

B.1 Kawasan Perumahan

Pengembangan perumahan di Kota Ambon sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Penyediaan perumahan beserta lahannya ditentukan oleh :

1. Daya beli masyarakat

2. Kemampuan pemerintah dalam menyediakan sarana dan prasarananya 3. Tersedianya lahan yang layak untuk pembangunan perumahan.

Pengadaan perumahan tersebut ditunjang pula dengan adanya suatu kelembagaan yang dapat memenuhi pengadaan perumahan. Aspek kelembagaan adalah salah satu aspek penting dalam penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman karena mengatur siapa yang melakukan dan apa yang dilakukan, sesuai dengan azas pengorganisasian yang dianut oleh sistem pemerintahan kita, yaitu azas pembagian tugas dan azas fungsionalisasi.

Dalam UU No. 4 Tahun 1992 mengenai Perumahan dan Permukiman disebutkan bahwa kelembagaan pemerintah dititikberatkan pada fungsi pembinaan daripada fungsi pelaksanaan, hal ini diakibatkan permasalahan perumahan dan permukiman yang begitu kompleks yang jika penanganannya dilakukan tidak secara struktural kurang dapat mengatasi permasalahan yang timbul. Hal ini sejalan dengan UU No. 32 Tahun 2004 mengenai Otonomi Daerah yang menitikberatkan pemberdayaan potensi lokal termasuk di dalamnya masyarakat dalam proses pembangunan. Oleh karena itu, dengan keterbatasan yang dimiliki oleh pemerintah dalam pembangunan perumahan dan permukiman maka diperlukan upaya-upaya dari pemerintah untuk mendorong masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam pembangunan perumahan dan permukiman melalui mobilisasi sumber daya secara kolektif dalam suatu wadah/ organisasi formal. Kondisi tersebut perlu segera dirintis dan diwujudkan mengingat sifat pendekatan dari atas (Top Down) dalam

mengorganisasikan partisipasi masyarakat seringkali menghasilkan komitmen yang lemah dari para anggota, ketergantungan yang tinggi pada pemerintah, dan harapan yang berlebihan untuk mendapatkan bantuan dan subsidi yang justru akan mematikan prakarsa dari bawah (Bottom Up). Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem kelembagaan yang transparan, koordinatif, dan kooperatif serta berkelanjutan. Untuk itu diperlukan 3 (tiga) prinsip dasar, antara lain :

1. Pengkondisian

a. Peningkatan kepedulian

b. Pengkoordinasian masyarakat/ penyiapan komunitas c. Penyiapan lokasi

2. Pemberdayaan

a. Peningkatan sumber daya manusia b. Fasilitasi dana dan stimulasi lainnya 3. Perlindungan

a. Pengaturan yang berkeadilan b. Perlindungan pada yang lemah

Kawasan perumahan di Kota Ambon direncanakan meliputi:

1. Kawasan perumahan berkepadatan sedang/rendah, kawasan perumahan berkepadatan tinggi, dan kawasan cadangan perumahan, yang masih memerlukan penelitian tentang kelayakannya sebagai kawasan perumahan

2. Kawasan perumahan berkepadatan sedang/rendah direncanakan terletak di: sebelah Timur Desa Galala, sebelah Selatan Desa Halong, sebelah Barat Desa Nania, sebelah Utara Desa Passo, sebelah Barat dan Utara Desa Hunuth, sekitar Desa Waiame, sebelah Utara Desa Poka, sepanjang Desa-desa Leahari sampai dengan Hutumuri, sekitar Desa-desa Naku dan Kilang, sekitar Desa-desa Seilale dan Latuhalat, dan sekitar Desa-desa Tawiri dan Laha dengan luas seluruh kawasan ini adalah: 1.798 ha

3. Kawasan perumahan berkepadatan tinggi direncanakan terletak di: sekitar Gunung Nona, Kelurahan Kuda Mati, Kelurahan Benteng, Dusun Kusu-kusu Sereh, Kelurahan-kelurahan Karang Panjang dan Amantelu, dan sebelah Barat-laut dan Timur Dusun Air Louw. Luas seluruh kawasan adalah 1.313 ha.

4. Kawasan cadangan perumahan direncanakan terletak di: sebelah Selatan dan Tenggara Desa Latta, sebelah Tenggara Kelurahan Lateri, sebelah Utara dan

Timur-laut Desa Nania, sebelah Utara Desa Waiheru, dan sebelah Barat-laut Desa Poka dengan luas seluruh kawasan adalah 1.813 ha.

Rencana pengembangan ruang kawasan perumahan meliputi :

1. Kawasan peruamahn perkotaan diarahkan pada kawasan Hative Kecil dan Kawasan Passo 328,67 ha

2. Kawasan perumahan perdesaan seluas 105,18 ha diarahkan pada Kawasan Passo, Poka-Rumah Tiga, Waiame, dan Kecamatan Leitimur Selatan.

3. Kawasan perumahan yang ada di kawasan hutan lindung, kawasan resapan air dan kawasan sekitar mata air, serta kawasan pantai berhutan bakau tidak boleh melakukan pengembangan.

4. Kawasan untuk Pertumbuhan kawasan perumahan perkotaan (termasuk real estate), dan perumahan pedesaan harus sesuai dengan peruntukan kawasan dalam RTRW kota dan tidak pada kawasan yang rawan terhadap becana alam dan kawasan dengan kemiringan lereng lebih dari 15%.

B.2 Kawasan Jasa dan Perdagangan

Sektor perdagangan dan jasa merupakan salah satu indikator kegiatan ekonomi masyarakat. Kegiatan para pedagang atau perusahaan kecil menggerakkan ekonomi dan kegiatan kota secara konsisten.

Untuk sektor yang mengalami pertumbuhan dengan nilai yang tinggi seperti, sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta jasa-jasa pertumbuhannya perlu dipertahankan. Kawasan Perdagangan dan Jasa direncanakan berada di kawasan Pusat Kota Ambon Lama, Kawasan Passo, serta sepanjang Teluk Ambon bagian dalam dengan luas total ± 377 Ha. Penentuan kawasan ini selain didasarkan atas pertimbangan rencana sebaran penduduk yang diarahkan di kedua wilayah ini, juga didasarkan pada pusat Kota Ambon yang berada di Kecamatan Sirimau dan pengembangan sub pusat kota di Passo. Kedua wilayah ini direncanakan berkembang sebagai kawasan perdagangan dan jasa selain fungsinya sebagai pusat pemerintahan Provinsi Maluku. Sehingga terjadi guna lahan campuran di kawasan ini antara perkantoran pemerintahan dan perdagangan serta jasa-jasa. Untuk lebih jelasnya secara lokasi, kawasan ini dapat dilihat di Peta Pola Ruang.

Rencana pengembangan ruang kawasan jasa dan perdagangan diarahkan untuk sektor perdagangan, hotel, restoran, industri kecil/ rumah tangga, dan jasa lainnya di Kawasan Pusat Kota Ambon dan Kawasan Passo, seluas 377 ha.

Dalam dokumen DUMMY LAPORAN PENDAHULUAN RTBL LEITIMUR (Halaman 122-126)