• Tidak ada hasil yang ditemukan

RTRW Kota Ambon Tahun 2011-2031 (Perda No 24 Tahun 2012)

Dalam dokumen DUMMY LAPORAN PENDAHULUAN RTBL LEITIMUR (Halaman 61-68)

BAB V RENCANA KERJA DAN ORGANISASI PROYEK

RTRK / RTBLRDTRK

3. Zona Ruang Terbuka Tata Air

2.2.4 RTRW Kota Ambon Tahun 2011-2031 (Perda No 24 Tahun 2012)

2.2.4.1 Rencana Struktur Kota

Rencana Struktur Kota Ambon sesuai denga RTRW Kota Ambon Tahun 2011- 2031 yang disahkan melalui Perda No 24 Tahun 2012 dibagi ke dalam Rencana Sistem Pusat Perkotaan yang terdiri atas pembagian kawasan sebagai PKN, PKW, PKWp, PKL, PKLp dan PPL serta Rencana Sistem Jaringan dan Prasarana yang terdiri dari Prasarana Transportasi, Prasarana Energi, Prasarana Sumber Daya Air, Prasarana Telekomunikasi dan Prasarana Lainnya.

Adapun untuk lebih jelasnya mengenai masing-masing rencana struktur Kota Ambon dapat dilihat di dalam tabel berikut

Tabel 2.8 Rencana Struktur Kota Ambon

No Rencana Tata Ruang Kota Ambon Lokasi/Keterangan

Rencana Struktur Ruang Rencana Sistem Perkotaan

Pusat Kegiatan Nasional (tidak diatur dalam dokumen perencanaan penataan ruang daerah)

Pusat Kegiatan Wilayah (tidak diatur dalam dokumen perencanaan penataan ruang daerah) Pusat Kegiatan Wilayah

Promosi

(tidak diatur dalam dokumen perencanaan penataan ruang daerah) Pusat Kegiatan Lokal (tidak diatur dalam dokumen perencanaan penataan ruang daerah) Pusat Kegiatan Lokal

Promosi

(tidak diatur dalam dokumen perencanaan penataan ruang daerah) Pusat Pelayanan Kawsan

(PPK)

(tidak diatur dalam dokumen perencanaan penataan ruang daerah) PPL (Pusat Pelayanan

Lokal)

(tidak diatur dalam dokumen perencanaan penataan ruang daerah)

Rencana Sistem

Prasarana Transportasi Prasarana dan Sarana Jalan

No Rencana Tata Ruang Kota Ambon Lokasi/Keterangan Jaringan

dan Prasarana

penigkatan mutu dan daya tampung ruas jalan meliputi status, fungsi jaringan, sistim jaringan dan aturan penggunaan ruang di sepanjang jalan. Peningkatan maupun Pembukaan ruas-ruas jalan baru dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan transportasi darat serta menghindari “bottle neck” seperti yang terjadi di kawasan Passo, Batu Merah, dan Batu Gantung. Berikut ini adalah rencana Pengembangan prasarana dan sarana jalan di Kota Ambon meliputi : a. Pembangunan Jembatan Merah Putih yang menghubungkan

Negeri Hative Kecil dengan Desa Poka dan Negeri Rumah Tiga yang melewati TEluk Ambon Bagian Dalam.

b. Peningkatan mutu dan daya tampung ruas jalan nasional dan jalan arteri dari Laha ke pusat Kota Ambon

c. Peningkatan mutu dan daya tampung ruas jalan – jalan provinsi dan jalan kolektor yang meliputi :

• Ruas jalan Durian Patah ke Hitu • Ruas Jalan Passo ke Tulehu

• Ruas jalan Batu Gong – Toisapu - Hutumuri-Rutong – karang Panjang

• Ruas Jalan Hutumuri - Leahari – Hukurila – hatalai – Kusu-Kusu Sereh

• Ruas jalan Pusat Kota Ambon – Amahusu – Eri – Seilale – Latuhalat – Air Low - Eri

d. Peningkatan mutu dan daya tampung ruas jalan – jalan Kota pada ruas jalan –jalan kota.

e. Pembangunan ruas jalan baru, baik jalan nasional dan Arteri, jalan Provinsi dan Kolektor maupun jalan Kota termasuk bangunan pelengkapnya.

Rencana peningkatan mutu jaringan jalan di Kota Ambon baik pada jalan utama maupun jalan lokal dengan arahan sebagai berikut :

a. Perbaikan drainase dan membangun fasilitas jalan (trotoar, marka jalan, drainase dan lampu jalan) pada jalan utama, terutama di wilayah Pusat Kota Ambon.

b. Peningkatan kualitas perkerasan jalan pada jalan lokal dari perkerasan batu atau tanah menjadi perkerasan aspal.

c. Pelebaran jalan pada jalan utama dan jalan lokal.

d. Penyediaan lahan parkir dan mengurangi parkir On Street (parkir di badan jalan).

Sarana dan Prasarana Terminal

Terminal merupakan salah satu elemen kota yang memiliki pengaruh besar terhadap rencana tata ruang kota karena akan menyangkut asal dan tujuan pergerakan kendaraan, penumpang dan barang, dalam hal ini menyangkut rute perjalanan, yang akan berpengaruh terhadap sistem transportasi suatu wilayah.

Rencana Pengembangan Prasarana dan Sarana Terminal meliputi :

a. Peningkatan kelas dan daya tampung terminal angkutan kota di kawasan mardika untuk melayani angkutan penumpang dalam wilayah Kota Ambon;

b. Penyelesaian pembangunan terminal transit angkutan luar kota tipe B di kawasan Passo untuk melayani angkutan penumpang yang berasal dari luar (arah Timur), masuk kedalam wilayah Kota Ambon; dan

c. pembangunan terminal transit angkutan luar kota yang baru, tipe C, di kawasan Tawiri/Wayame, untuk melayani angkutan penumpang yang berasal dari luar (arah Barat), masuk ke wilayah Kota Ambon.

Rencana Pengembangan Prasarana dan Sarana Transportasi Penyeberangan meliputi:

a. peningkatan mutu pelayanan transportasi penyeberangan jalur Galala-Poka, termasuk prasarana dan sarana pendukungnya, sebagai alternatif dari Jembatan Merah-Putih;

b. pengadaan jalur transportasi penyeberangan yang baru dari Pusat Kota Ambon (Mardika) ke Kawasan Tawiri atau Wayame, termasuk prasarana dan sarana pendukungnya; dan c. peningkatan mutu dan daya tampung transportasi

penyeberangan lintas kabupaten/kota.

d. pelabuhan angkutan penyeberangan direncanakan akan ditingkatkan mutu dan daya tampungnya, termasuk prasarana dan sarana pendukungnya, sebagai alternatif Jembatan Merah-

No Rencana Tata Ruang Kota Ambon Lokasi/Keterangan Putih

e. pelabuhan angkutan penyeberangan yang baru direncanakan akan dibangun untuk elayani angkutan penumpang dari Terminal Tawiri atau Wayame ke Pusat Kota Ambon sebagai alternatif Jembatan Merah Putih

f. pengembangan dermaga angkutan penyeberangan di Negeri Halong dan Negeri Poka;

g. pengembangan dermaga angkutan penyeberangan lintas kabupaten/kota di Negeri Halong.

Sarana dan Prasarana Angkutan Umum

Sarana transportasi darat di Kota Ambon dilayani oleh 61 trayek angkutan umum (Hasil Monitoring Tahun 2008).

Berdasarkan jumlah trayek dan tujuan trayek yang ada telah mencakup keseluruhan wilayah Kota Ambon, namun seiring pertumbuhan dan mobilitas penduduk, diperlukan pembukaan trayek angkutan umum baru untuk melayani kebutuhan masyarakat terutama di ruas jalan Karang Panjang – Rutong – Leahari – Hukurila – Kilang. Oleh karena itu diperlukan adanya penambahan sub terminal di desa Hukurila agar memudahkan masyarakat sekitar menjangkaunya. Dari sisi jumlah armada angkutan di setiap trayek yang ada tidak semuanya sama, tergantung dengan tingkat permintaan masyarakat di wilayah tersebut. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Buku Analisa dan Fakta. Hampir semua trayek yang ada melalui pusat Kota Ambon sehingga menimbulkan kepadatan lalu lintas pada wilayah pusat kota terutama di daerah Terminal Mardika. Sebagai pelengkap dari Rencana Transportasi Darat perlu dilakukan studi khusus untuk menentukan Supply – Demand Angkutan umum di Kota Ambon. Hal ini bermanfaat untuk menentukan penambahan unit angkot yang sesuai dengan perkembangan wilayah yang terjadi. Selain Angkutan umum, juga terdapat Ojeg yang melayani daerah pinggiran Kota Ambon dan tersebar secara sporadis.

Rencana pengembangan angkutan umum/massal perkotaan direncanakan pelaksanaannya sesudah diadakan studi kelayakannya.

Prasarana Energi 1) Pembangkit Tenaga Listrik

Program pengembangan pembangkit tenaga listrik meliputi: a. peningkatan mutu dan kapasitas PLTD yang sudah ada; dan b. pengembangan PLT surya, angin, biogas, ombak, arus, dan mikro hydro, di lokasi-lokasi

yang akan ditentukan sesuai hasil studi kelayakannya. (2) Jaringan transmisi tenaga listrik

Program pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik meliputi: a. pembangunan gardu induk sebesar 70 KV di Kecamatan Teluk Ambon-Baguala dan Kecamatan Sirimau; dan

b. peningkatan mutu dan kapasitas jaringan transmisi sesuai dengan kebutuhan jaringan di Kota Ambon dengan mengikuti pola jaringan yang sudah ada, maupun pengembangan jaringan yang baru. Prasarana Sumber Daya

Air

(tidak diatur dalam dokumen perencanaan penataan ruang daerah) Prasarana Telekomunikasi (tidak diatur dalam dokumen perencanaan penataan ruang daerah) Prasarana Lainnya (tidak diatur dalam dokumen perencanaan penataan ruang daerah)

A. Satuan Wilayah Pengembangan (SWP)

Berdasarkan potensi lokasi dan kecenderungan perkembangan di Kota Ambon telah terbentuk sentra-sentra kegiatan yang cukup dominan yaitu : pusat pemerintahan, pusat perdagangan dan Jasa, pusat perhubungan antar wilayah, pusat pendidikan tinggi, pusat aktivitas wisata dan sejenisnya. Mengingat pola perkembangan Kota Ambon yang linier mengikuti pesisir dan dengan kondisi keterbatasan lahan bertopografi datar-landai, maka secara spesifik Kota Ambon cenderung membentuk struktur ruang dengan pusat-pusat

pelayanan utama kota yang tersebar linier berbaur dengan beberapa pemusatan fungsi kegiatan tersebut. Beberapa pemusatan fasilitas dan pemukiman terletak jauh dari pesisir ke arah selatan kota.

Tanpa perencanaan dan intervensi yang kuat, maka arah perkembangan kota akan terus berkembang di sekitar pusat-pusat yang ada dan secara ekstensif mengambil lahan- lahan dengan kelerengan hingga 15% lebih. Kelemahannya adalah adanya areal yang rawan bencana longsor dan erosi. Untuk penataan ruang Kota Ambon dimasa mendatang, maka rencana struktur ruang Kota Ambon dirumuskan dengan mengintegrasikan sentra- sentra kegiatan fungsional sebagai pusat pelayanan perkotaan secara hirarkis sehingga dapat memberikan pelayanan secara merata mengikuti perkembangan kota, dan ditujukan untuk pendistribusian kegiatan kota dari pusat kota saat ini.

Pengembangan dan pembentukan struktur ruang Kota Ambon diwujudkan dengan pengaturan lokasi dan sebaran kegiatan-kegiatan ekonomi dan sosial. Besaran ruang yang dikembangkan membentuk struktur ruang kota akan bergantung pada perkiraan kebutuhan ruang hingga tahun rencana; sedang pengarahan intensitas masing-masing kegiatan dan pusat-pusat pelayanan akan didasarkan pada pertimbangan karakteristik jenis kegiatan yang berkembang.

Dengan pengarahan dan pengaturan berdasar perencanaan dan intervensi pemerintah daerah, dapat diarahkan perkembangan kota dengan berbasis kawasan dan dipilih kawasan yang dapat menyediakan ruang yang layak dikembangkan dan dapat menampung berbagai kegiatan yang berkembang, minimal dengan kelerengan yang landai. Dengan intervensi dari pemerintah daerah selama ini dan melihat dari antusiasnya masyarakat Kota Ambon dalam mendukung dan mengembangkan Kota Ambon terkait dengan rencana-rencana yang ada, maka dapat diidentifikasi arah perkembangan Kota Ambon yang linier dari kawasan Pusat Kota ke arah Passo, dan dari Passo ke arah Poka- Rumah Tiga dan sekitarnya. Pemerintah Kota Ambon telah merencanakan pembangunan jembatan penyeberangan Galala-Poka dan pengembangan Passo dan sekitarnya sebagai kawasan pemukiman baru, pusat perdagangan regional, pusat industri kerajinan, perikanan, dan pusat pendidikan keterampilan.

Rencana Pengembangan Struktur Ruang Kota Ambon mempertimbangkan bahwa jumlah penduduk Kota Ambon di masa mendatang akan semakin meningkat. Untuk memudahkan pelayanan kota dan manajemen pembangunan maka untuk Kota Ambon akan dikembangkan sistem pusat-pusat pelayanan sehingga pelayanan kota dapat merata dan

sesuai dengan arah perkembangan kota. Sistem pelayanan secara hirarkis dan menyebar akan sangat memadai dikembangkan mengingat Kota Ambon memiliki kondisi fisiografis dan sebaran penduduk yang membutuhkan pelayanan umum dan sosial maupun ekonomi yang lebih mendekat ke lingkungan pemukiman.

A.1 Rencana Satuan Wilayah Pengembangan

Prinsip pembagian wilayah pelayanan adalah merata, dan optimasi pengembangan sentra kegiatan yang ada saat ini. Masing-masing Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) ditetapkan dengan kesatuan fungsi, terdapat batas-batas yang jelas dari batas administrasi atau batas fisik, dan membutuhkan kesatuan pengelolaan. Aspek yang membatasi pengembangan ruang Kota Ambon di antaranya adanya Bandara Pattimura di Laha dan standar keselamatan operasional penerbangan sehingga kawasan dalam radius pembatasan kegiatan tersebut , dalam struktur ruang Kota Ambon disebut sebagai SWP Kawasan Khusus yang mencakup sekitar Laha dan Tawiri.

Mengingat kedalaman materi perencanaan pada RTRW Kota Ambon adalah rencana umum maka skala pelayanan lingkungan yang dikembangkan diutamakan pada skala SWP. Sebagai pendukung sistem pusat pelayanan di dalam SWP juga diusulkan konsep pengembangan skala lingkungan pemukiman dan pelayanan unit-unit secara hirarkis hingga unit terkecil, yaitu dengan pembagian BWK dan unit-unit pelayanan pemukiman. Masing-masing SWP adalah sebagai berikut :

• SWP 1 Pusat Kota

Kawasan Pusat Kota dan sekitarnya, yaitu mulai dari Taman Makmur di sebelah barat sampai Galala di sebelah timur, sebagian kawasan teluk Ambon di utara dan di bagian selatan batas kelurahan Kudamati, Batu Gajah, Batu Meja, Desa Soya, Kelurahan Karang Panjang, Desa Batu Merah terus ke selatan Desa Galala. SWP 1 adalah sebagai SWP tersendiri dengan satu kesatuan fungsional sebagai pemusatan fungsi pelayanan kota primer. Hampir seluruh SWP ini merupakan kawasan perkotaan dengan fungsi pemerintahan, komersial, perdagangan, dan jasa serta permukiman. Batas SWP diintegrasikan dengan wilayah perairan/ teluk mengingat peran wilayah perairan terkait erat dengan keberadaan pelabuhan laut pada kawasan ini. SWP Pusat Kota ini memiliki potensi lahan datar yang relatif luas, sentral dalam arti memiliki akses tinggi ke seluruh kota dan adanya kelengkapan prasarana dan sarana kota. Luas SWP Pusat Kota adalah sekitar 4.259,67 Ha.

• SWP 2 Passo

Kawasan Passo dan sekitarnya dengan wilayah pelayanan cukup meluas hingga mencakup Teluk Ambon Dalam (TAD) sebagai satu kesatuan mengingat pengembangan Passo ke depan dan kelestarian TAD sangat erat terkait dan membutuhkan keterpaduan pengelolaan dan pembangunan. SWP 2 Passo di sebelah timur berbatasan dengan Teluk Baguala, sebelah barat dengan Desa Poka dan Galala, sebelah utara dengan daerah pegunungan dan Kabupaten Maluku Tengah, serta sebelah selatan dengan Kecamatan Leitimur Selatan. SWP ini memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi dan menjadi lokasi transit dari wilayah sekitar melalui pelabuhan laut penyeberangan di Hitu, Liang dan Tulehu. Di samping itu daerahnya memiliki lahan datar cukup luas, dekat pantai, dan daya tarik wisata. Luas SWP Passo adalah sekitar 7.164,83 Ha dan berorientasi ke pusat SWP di Passo.

• SWP Wayame

Kawasan Rumah Tiga-Poka-Wayame dan sekitarnya, mulai dari Desa Poka di sebelah timur terus sampai ke Desa Tawiri di sebelah barat, daerah pegunungan dan kabupaten Maluku Tengah di utara, dan sebagian kawasan Teluk Ambon yang berbatasan langsung dengan SWP 1 di selatan. SWP ini merupakan satu kesatuan dengan fungsi-fungsi pendidikan tinggi, penelitian, pemukiman, wisata, perikanan dan kawasan budidaya pertanian. SWP ini meliputi pula wilayah perairan/ teluk sebagai satu kesatuan dengan adanya kebutuhan kesatuan pengelolaan. SWP Rumah Tiga memiliki potensi pertumbuhan pesat sehubungan dengan lokasinya yang strategis. Penataan di sekitar jembatan Galala-Poka sangat diperlukan oleh karena akan menarik perkembangan berbagai kegiatan yang muncul dalam memanfaatkan akses yang tinggi setelah adanya jembatan baru tersebut. Luas SWP Rumah Tiga-Poka adalah sekitar 7.051,76 Ha dan berorientasi ke pusat SWP di Poka.

• SWP 4 Leitimur Selatan

Kawasan Leitimur selatan dengan batas-batas administrasi kecamatan dan pantai, mulai dari desa Hatalai di sebelah barat sampai Hutumuri di sebelah timur, Desa Soya, Batumerah, Halong, Passo di Utara, dan laut Banda di selatan. SWP ini adalah satu kesatuan wilayah pengembangan dengan kesamaan karakteristik sebagai kawasan berbukit bergunung. Akses yang menghubungkan SWP ini adalah

linier mengitari wilayah selatan yaitu ke arah barat dan ke arah timur untuk mencapai pusat primer kota. Sebagian besar SWP ini adalah merupakan kawasan kebun campuran dan hutan sekunder. Potensi yang tersimpan pada SWP ini adalah kebun campuran yang menghasilkan buah-buahan, pohon kayu putih (Melaleuca Leucadendron) penghasil minyak kayu putih, serta potensi perikanan dan pariwisata. Luas SWP Leitimur Selatan adalah sekitar 6.513,10 Ha dan berorientasi ke pusat SWP di Leihari

• SWP 5 Amahusu - Latuhalat

Kawasan di ujung Barat Jazirah Leitimur yang termasuk sebagian Kecamatan Nusaniwe. SWP ini merupakan kesatuan kawasan berfungsi sebagai daerah tujuan pariwisata bahari dan perikanan, berorientasi ke laut dan akses ke kawasan pusat kota. Selain itu SWP ini juga mempunyai potensi industri bahan bangunan di antaranya batu bata dan kapur. Sebagian besar SWP adalah kawasan hutan dan kebun campuran diselingi dengan kawasan industri kecil dan pariwisata. Kawasan ini relatif berada menjorok ke Laut Banda, sehingga cukup beresiko terhadap bencana tsunami. Luas SWP 5 adalah sekitar 4.042,92 Ha serta berorientasi ke pusat SWP di Latuhalat.

• SWP Kawasan Khusus Bandara

Di dalam pekerjaan penyusunan RTRW Kota Ambon dimana di dalamnya terdapat kawasan bandar udara, hal ini menjadi pertimbangan khusus mengingat kawasan ini memiliki ketetapan tersendiri. Keselamatan penerbangan di Bandar Udara Pattimura Ambon akan sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang ada. Oleh karena itu, selain mempersiapkan fasilitas-fasilitas serta sarana dan prasarana yang memadai bagi keselamatan penerbangan, dibutuhkan pula peran pemerintah untuk menjalankan fungsi regulasi terhadap Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan terutama dari sisi penataan ruang agar dibatasi pengembangannya sehingga tidak ada bangunan yang nantinya akan mengganggu aktivitas lalulintas udara di Bandar Udara Pattimura Ambon. SWP ini membentang dari Desa Laha, Desa Tawiri, Kompleks Bandar Udara Pattimura ke arah Utara sampai dengan perbatasan Kabupaten Maluku Tengah dengan luas sebesar 6.912,72 Ha. Untuk lebih jelasnya lokasi pembagian SWP di atas dapat dilihat pada Peta Satuan Wilayah Pengembangan.

Dalam dokumen DUMMY LAPORAN PENDAHULUAN RTBL LEITIMUR (Halaman 61-68)