• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kawasan Perkantoran

Dalam dokumen DUMMY LAPORAN PENDAHULUAN RTBL LEITIMUR (Halaman 126-138)

BAB V RENCANA KERJA DAN ORGANISASI PROYEK

NO JENIS RTH SYARAT VEGETASI JENIS POHON JENIS PERDU JENIS HERBA besar,perdu, rumput dan

B.3 Kawasan Perkantoran

Kawasan Pemerintahan dan Perkantoran direncanakan berada di pusat Kota Ambon yaitu di Kecamatan Sirimau yang merupakan bagian dari SWP I dan Kecamatan Teluk Ambon Baguala yang merupakan bagian dari SWP II. Penentuan kawasan ini selain didasarkan atas pertimbangan rencana sebaran penduduk yang diarahkan di kedua wilayah ini, juga didasarkan pada pusat Kota Ambon yang berada di Kecamatan Sirimau dan pengembangan sub pusat kota di Passo. Sesuai dengan fungsinya sebagai pusat pemerintahan, kedua wilayah ini direncanakan juga berkembang sebagai kawasan perdagangan dan jasa. Sehingga terjadi guna lahan campuran di kawasan ini antara perkantoran pemerintahan dan perdagangan serta jasa-jasa.

B.4 Kawasan Industri Kecil dan Menengah

Kegiatan industri di Kota Ambon direncanakan terkonsentrasi di wilayah Passo khususnya daerah Batu Gong dengan luas kurang lebih 10 ha dengan mengembangkan, meningkatkan, serta memanfaatkan fasilitas yang sudah ada. Dipilihnya Passo sebagai sentra kegiatan industri, tidak terlepas dari sudah adanya fasilitas pelabuhan pergudangan milik industri kerajinan serta banyaknya industri kecil yang berlokasi di kawasan ini. Selain industri kerajinan yang dikembangkan, di wilayah Passo juga akan dikembangkan industri perikanan karena di wilayah ini merupakan pintu gerbang perhubungan laut dari arah timur Ambon

B.5 Kawasan Pariwisata

Kota Ambon memiliki cukup banyak objek wisata baik yang alami maupun wisata sejarah, namun belum dikelola secara optimal. Objek wisata kelautan dan objek wisata agro memiliki potensi yang cukup besar untuk dijadikan sebagai objek wisata.

Dari sisi keruangan maka peningkatan kualitas objek wisata yang ada menjadi penting agar objek tersebut mampu menjadi daya tarik wisatawan dari lokal, nasional maupun mancanegara serta mampu menyumbangkan devisa dan nilai tambah bagi pemerintah kota dan masyarakat. Fasilitas penunjang sektor ini seperti perhotelan, perhubungan udara maupun darat, fasilitas perbankan, telekomunikasi, dan teknologi informatika sudah cukup tersedia namun masih perlu ditingkatkan. Faktor keamanan dan stabilitas masyarakat juga merupakan prasyarat bagi suksesnya sektor pariwisata ini.

Kawasan Pariwisata direncanakan meliputi : 1. Kawasan Wisata Alam

2. Wisata Budaya 3. Wisata Religi 4. Wisata Sejarah.

B.5.1 Kawasan Wisata Alam

Kawasan Wisata Alam direncanakan meliputi Kawasan Wisata Alam Bahari dan Kawasan Wisata Alam Agro

1. Wisata Alam Bahari

Lokasi yang diarahkan untuk Kawasan Wisata Bahari / pantai adalah :

a. Sepanjang Pantai Selatan Kecamatan Nusaniwe (Tanjung Nusaniwe – Latuhalat – Airlouw - Seri – Desa Amahusu)

Difokuskan bagi kegiatan wisata minat khusus menyelam. Pantai yang berhadapan dengan Laut Banda terdiri dari pantai pasir putih dan pantai karang yang menyajikan aneka ragam biota laut yang cantik. Keseluruhan kawasan ini menjual pantai sebagai daya tarik utamanya. Pantai-pantai yang terdapat di kawasan ini terletak dalam satu tempat dan dapat dicapai dengan berjalan kaki, terkecuali Pantai Pintu Kota dan Felawatu yang letaknya terpisah. Kondisi kawasan ini sudah memiliki fasilitas dasar seperti toilet, penginapan dan juga beberapa tempat makan. Sekalipun fasilitas tersebut tidak berada di seluruh pantai, tapi dapat dipergunakan bersama-sama. Aktivitas wisata yang dapat dikembangkan adalah pemandangan alam pantai, renang, snorkling, scuba-diving, wind surfing, memancing, dan hiking. Dengan demikian maka kawasan ini dikembangkan sebagai pusat kegiatan wisata pantai “Dive Centre”. Berbagai fasilitas yang tersedia perlu ditingkatkan terutama menyangkut fasilitas dasar seperti toilet, penginapan dan tempat makan. Demikian juga dengan fasilitas- lainnya seperti kolam renang, sarana telekomunikasi, panggung seni, dan pengamanan tepi pantai termasuk talud-talud pemecah gelombang dan pengendalian arus.

b. Pantai Timur Kecamatan Leitimur Selatan (sepanjang pantai Leahari, Toisapu, Desa Hukurila dan Desa Hutumuri)

Adalah pantai yang berhadapan dengan Teluk Ambon Baguala dan Laut Banda. Pantai-pantai ini menyimpan kekayaan alam bawah laut yang dapat dieksplorasi guna kepentingan penelitian, sehingga kawasan ini difokuskan pada kegiatan minat khusus wisata bawah laut, dengan tema yang dikembangkan yaitu “Pusat Wisata Eksplorasi dan Penelitian Flora serta Fauna”. Kondisi fasilitas pendukung wisata di kawasan ini belum tersedia, baik fasilitas dasar maupun non dasar. Pengembangan wisata pantai diarahkan untuk pemandangan alam Laut Banda, matahari terbit (Sunrise), memancing, dan scuba diving. Untuk itu fasilitas yang perlu ditingkatkan adalah penginapan, toilet, rumah makan, fasilitas scuba, dan telekomunikasi.

c. Teluk Baguala (Desa Halong, Desa Laha dan Desa Tawiri)

Pantainya terdiri dari hamparan pasir putih. Tema yang dapat dikembangkan di kawasan ini adalah “Pusat Rekreasi Air”. Saat ini kondisi kawasan ini belum memiliki fasilitas pendukung wisata baik fasilitas dasar maupun fsailitas non dasar, kecuali di Pantai Passo Natsepa yang telah memiliki fasilitas dasar seperti lapangan parkir dan toilet. Pengembangan wisata pantai diarahkan untuk wisata kuliner sambil menikmati pemandangan Sunset, boating, memancing, dan menikmati festival teluk. Untuk itu maka berbagai fasilitas perlu ditingkatkan seperti penginapan, rumah makan, telekomunikasi, panggung seni, sarana-prasarana festival teluk.

Rencana pengembangan kawasan wisata alam bahari diarahkan untuk Pantai Kota, Pantai Leilissa, Pantai Namalatu, Taman Laut Nusaniwe, Pantai Nusaniwe, Hutan Mangrove Waiheru, Negeri Lama, Passo, dan Lateri, Pantai Tanjung Marthafons, Pantai Waiame, Pantai Air Manis, Pantai Tihulessy, Pantai Weserisa, Pantai Pantai Lawena, dan Pantai Toisapu.

2. Wisata Alam Agro

Lokasi yang diarahkan untuk pengembangan wisata alam agro meliputi :

a. Kawasan hutan lindung di Kawasan Gunung Nona, Kawasan Gunung Sirimau dan sebagian Kawasan Gunung Salahutu dan sebagian Kawasan Gunung Leihitu;

b. Kawasan hutan bakau di Halong, Lateri, Passo, Waiheru, Poka Rumah Tiga, Hative Besar, Tawiri dan Laha.

Selain itu, wilayah perairan di TAD direncanakan untuk fungsi pariwisata yang berbatasan langsung dengan fungsi lindung di pantai berhutan bakau di sisi timur teluk. Pariwisata dikembangkan dengan memanfaatkan pemandangan sekitar dan tetap mempertahankan adanya perahu-perahu penyeberangan saat ini sebagai akomodasi wisata.

B.5.2 Kawasan Wisata Budaya

Kawasan Wisata Budaya pada hahkekatnya merupakan suatu kawasan yang terkait dengan obyek-obyek peninggagalan budaya local daerah yang perlu dijaga dan dipertahankan kelestariannya.

Untuk pengembangan kawasan wisata budaya diarahkan pada kawasan Museum Siwalima dan desa-desa adat dalam wilayah kota Ambon

B.5.3 Kawasan Wisata Religi

Kawasan Religi merupakan suatu kawasan yang memiliki keterkaitan erat dengan faktor kepercayaan atau faham dari suatu agama yang ditandai dengan dengan suatu bangunan monumental atau yang terkait dengan masuknya suatu aliran kepercayaan di daerah tersebut. Untuk Kota Ambon Kawasan Wisata Religi dapat dilihat pada masuknya penyebaran agama islam dan agama kristen ..

Untuk kawasan Religi diarahkan pengembangannya pada Mesjid Jami/Alfatah dan Makam Pdt. Josef Kam.

B.5.4 Kawasan Wisata Sejarah

Kawasan wisata sejarah ini merupakan suatu kawasan yang direncanakan sebagai zona budidaya wisata dan penelitian, berupa areal terbuka, dengan akses bagi masyarakat untuk wisata, penelitian dan kunjungan temporal. Direncanakan pengembangan kawasan ini meliputi Benteng Victoria di pusat kota Ambon, Tugu Martha Chistina Tiahahu di Karang Panjang, Tugu Pattimura/ Thomas Matulessy di pusat kota Ambon, Tugu Trikora di pusat kota Ambon, Tugu Doland di Kuda Mati, Makam Pahlawan Tentara Australia di Tantui, Makam Jozef Kam di Kelurahan Karang Panjang, Rumah Radja di Desa Soya, Baileo di Desa Soya, Mesjid Djame di Kelurahan Honipopu, Gereja tua di Desa Passo dan

Desa Hutumuri, Tugu Christina Martha Tiahahu di Kelurahan Amantelu dan Kawasan Museum Siwalima di Desa Amahusu.

B.6 Kawasan Ruang Terbuka Non Hijau

Yang dimaksud dengan Ruang Terbuka Non Hijau adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diperkeras (paved) maupun ruang terbuka biru (RTB) yang berupa permukaan sungai, danau, maupun areal-areal yang diperuntukkan sebagai kolam-kolam retensi (Lokakarya RTH, 30 November 2005). Arahan pengembangan kawasan ini berupa pengembangan lapangan olah raga baik skala lingkungan, kecamatan maupun kota. Pengembangan fasilitas Olah Raga direncanakan pada setiap SWP mulai dari SWP I hingga SWP V yang jumlahnya didasarkan pada kebutuhan wilayah dan standar kebutuhan. Kebutuhan fasilitas olah raga terbanyak berada di SWP I dan SWP II mengingat kawasan ini yang menjadi pusat kota dan menjadi kawasan strategis di Kota Ambon. Jenis fasilitas olah raga yang direncanakan beragam, tidak hanya berupa lapangan olah raga saja tetapi dapat berupa taman, lapangan/ taman bermain anak, jogging track, lahan parkir, hingga lapangan sepak bola atau futsal. Keberadaan fasilitas olah raga ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dengan baik, karena pada umumnya fasilitas olah raga ini terletak di sekitar pemukiman penduduk.

Kawasan ruang terbuka non hijau direncanakan pengembangannya meliputi: a. Lapangan olahraga sejumlah

b. Terminal seluas c. Pelabuhan laut d. Bandar udara

e. Kawasan monumen pahlawan nasional

B.7 Kawasan Evakuasi Bencana

Zone evakuasi dalam pengembangannya diarahkan untuk Desa-desa Latuhalat, Kilang, Poka, Tawiri, dan di setiap kawasan yang terletak 25 m diatas permukaan laut.

Pada Kota Ambon, jalur evakuasi yang direncanakan untuk bencana tsunami sebagian besar berada di wilayah pantai selatan Kota Ambon (Latuhalat - Seri dan Kilang - Rutong). Hal ini berkaitan dengan letak geografis daerah tersebut yang mengarah ke laut lepas. Pada area tersebut, jalur evakuasi bencana tsunami diarahkan menjauhi wilayah tepi pantai menuju ketempat yang relatif lebih tinggi/perbukitan. Jalur evakuasi untuk bencana

gempa diarahkan pada wilayah-wilayah luar pusat kota dan area dengan kepadatan rendah. Hal ini berkaitan dengan bahaya gempa yang disebabkan runtuhan bangunan yang terjadi akibat getaran gempa.

B.8 Kawasan Peruntukan Ruang Bagi Kegiatan Sektor Informal

Sektor informal memiliki peranan penting dalam memberikan sumbangan bagi pembangunan perkotaan, karena sektor informal mampu menyerap tenaga kerja (terutama masyarakat kelas bawah) yang cukup signifikan sehingga mengurangi problem pengangguran di perkotaan dan meningkatkan penghasilan kaum miskin di perkotaan. Selain itu, sektor informal memberikan kontribusi bagi pendapatan pemerintahan kota.

Namun, pertumbuhan sektor informal yang cukup pesat tanpa ada penanganan yang baik dapat mengakibatkan ketidak-teraturan tata kota. Sebagaimana kita ketahui, banyak pedagang kaki lima yang menjalankan aktifitasnya di tempat-tempat yang seharusnya menjadi Public Space. Public Space merupakan tempat umum dimana masyarakat bisa bersantai, berkomunikasi, dan menikmati pemandangan kota. Tempat umum tersebut bisa berupa taman, trotoar, halte bus, dan lain-lain.

Trotoar yang digunakan untuk berjualan dapat mengganggu para pejalan kaki, seringkali kehadiran pedagang kaki lima tersebut mengganggu arus lalu lintas karena para konsumen pengguna jasa memarkirkan kendaraannya di pinggir jalan. Ketidakteraturan tersebut mengakibatkan Public Space kelihatan kumuh sehingga tidak nyaman lagi untuk bersantai ataupun berkomunikasi.

Sempitnya peluang kerja di Kota Ambon menyebabkan lapangan kerja sektor informal tumbuh subur, hal ini disebabkan sektor tersebut tidak memerlukan pendidikan khusus seperti pedagang kaki lima, tukang ojek, dan tukang becak. Walaupun keberadaan mereka mampu mengurangi jumlah penganggur, namun kurangnya penataan membuat jalanan di Kota Ambon semrawut.

Hal pertama yang harus dilakukan oleh pemerintah kota adalah relokasi bagi para pedagang kaki lima. Pemerintah harus menyedikan tempat yang dapat digunakan mereka untuk berjualan. Hal tersebut ditujukan agar pedagang kaki lima tidak mengganggu kepentingan umum karena berjualan di lokasi Public Space. Selain itu, relokalisasi dapat menumbuhkan perasaan aman bagi pedagang karena mereka tidak perlu khawatir ditertibkan oleh aparat pemerintah. Namun demikian perlu arahan penataan lokasi agar sesuai dengan peruntukan dan tidak mengganggu kegiatan lain.

Penataan kawasan untuk Pedagang Kaki Lima berupa desain lokasi penempatan pedagang Kaki Lima yang diijinkan. Penataan sektor informal di Kota Ambon secara umum berlokasi di SWP 1 dan SWP 2, selebihnya memerlukan perencanaan dengan skala lebih detil seperti RDTR.

Rencana pengembangan sektor informal diarahkan pada lokasi pasar mardika, ruko Batu Merah dan kawasan terminal transit passo.

B.9 Kawasan Peruntukan Lainnya

Kawasan peruntukan lainnya diencanakan meliputi : 1. kawasan pertambangan golongan c

2. kawasan pertanian 3. kawasan perikanan 4. kawasan penyangga 5. Kawasan pelayanan umum 6. Kawasan militer

7. kawasan khusus Bandara

B.9.1 Kawasan Pertambangan Golongan C

Kota Ambon memiliki daerah pertambangan tipe C, walaupun jenis pertambangan ini merupakan sektor yang kurang strategis dibanding dengan sektor-sektor lainnya.

Kawasan pertambangan Golongan C direncanakan pengembangannya diarahkan di Kawasan Hative Besar, Tawiri, Laha, dan Passo seluas 43 ha.

B.9.2 Kawasan Pertanian

Sektor pertanian memiliki nilai tambah bagi masayarakat di Kota Ambon. Sektor pertanian menghasilkan tanaman holtikultura yang diusahakan oleh pertanian rakyat dengan hasil seperti jagung, kacang tanah, ubi, singkong, sayur-sayuran, buah-buahan, dan lainnya. Produksi pertanian yang dihasilkan cukup terserap untuk konsumsi domestik masyarakat.

Kota Ambon yang memiliki lahan dengan potensi yang tinggi untuk dikembangkan menjadi kawasan pertanian yang direncanakan meliputi :

2. Kawasan Pertanian Tanaman Tahunan/Perkebunan

Pola pengelolaan kawasan ini antara lain untuk pengembangan kawasan pertanian lahan kering diarahkan untuk pengembangan tanaman pangan dan hortikultura sedangkan untuk tanaman tahunan/perkebunan direncanakan pengembangannya pada desa – desa Latuhalat, Urimessing, Batu Merah, Rutong, Hutumuri, Hukurila, hatalai, naku, Kilang, Soya, Ema, Halong, Passo, Negeri Lama, waiheru, Hunuth, Poka, Rumah Tiga, waiyame, Hatiwe Besar sampai Laha dan untuk pengembangan kawasan pertanian yang diarahkan untuk tanaman buah-buahan, kayu-kayuan dan tanaman perkebunan lokal .

B.9.3 Kawasan Perikanan

Sektor perikanan memberi kontribusi cukup besar bagi perekonomian Kota Ambon, namun demikian potensi ini belum sepenuhnya optimal untuk dieksploitasi baik oleh nelayan tradisional maupun oleh pengusaha. Melihat potensi yang besar serta adanya peluang melakukan kegiatan pararel dengan kegiatan lain seperti wisata dan olah raga air, maka potensi ini perlu dikembangkan.

Kawasan Perikanan direncanakan meliputi : 1. Kawasan Budidaya Keramba / jaring apung 2. Perikanan tangkap.

Secara spasial kawasan-kawasan pesisir teluk Ambon , teluk Ambon luar dan sepanjang pantai selatan dapat dikembangkan menjadi kawasan-kawasan yang potensial untuk dikembangkan menjadi pusat pengelolaan perikanan di Kota Ambon.

Arah pengembangan kawasan keramba/ jaring apung diarahkan ke kawasan pesisir Teluk Ambon, dari Desa-desa: Latta, Lateri, Passo, Negeri Lama, Nania, Waiheru, Hunuth, Poka, Rumahtiga, Waiame, dan Hatiwe Besar dengan luas perairan 583 ha sedangkan pengembangan kawasan perikanan tangkap, diarahkan terletak di Teluk Baguala, Teluk Ambon Luar, dan Pesisir Selatan Pulau Ambon dan pengembangan hasil perikanan perikanan diarahkan berlokasi di Kawasan Toisapu sampai Desa Latuhalat, Desa Waiame sampai Desa Laha.

B.9.4 Kawasan Penyangga

Kawasan penyangga dengan rencana pengembangannya diarahkan pada daerah sebelah Selatan Desa-desa Halong dan Latta, sebelah Utara Desa-desa Leahari sampai dengan Hutumuri, sebelah Barat Desa Hutumuri sampai kawasan Batu Gong dari Desa

Passo, sebelah Utara dan Barat-laut Desa Hunuth, sebelah Utara Desa-desa Hatiwe Besar sanpai Laha dengan luas seluruh kawasan adalah 7.847 ha.

B.9.5 Kawasan Pelayanan Umum

1. Pendidikan

Kawasan pendidikan meliputi:

a. kawasan pendidikan tinggi di Desa Poka - Rumah Tiga

b. kawasan pendidikan menengah menyebar di seluruh pusat-pusat pelayanan kota;

c. kawasan pendidikan dasar menyebar di seluruh pusat-pusat pelayanan lingkungan;

Rencana pengembangan pendidikan terdiri dari:

a. revitalisasi dan pengembangan prasarana pendidikan tinggi ke arah skala internasional, dengan penekanan pada keunggulan dalam bidang ilmu dan teknologi kelautan;

b. revitalisasi dan pengembangan prasarana pendidikan menengah umum dan kejuruan ke arah skala internasional, dan mencapai perbandingan ideal antara jumlah sekolah menengah umum dengan sekolah menengah kejuruan;

c. evitalisasi dan pengembangan prasarana pendidikan dasar ke arah skala internasional;

d. revitalisasi dan pengembangan prasarana pendidikan anak usia dini (PAUD) ke arah skala internasional

e. revitalisasi dan pengembangan prasarana pendidikan luar biasa ke arah skala internasional

2. Kesehatan

Rencana pengembangan kesehatan terdiri dari:

a. peningkatan kelas RSUD Dr Haulussy menjadi RSU tipe A di Kelurahan Benteng;

• pengembangan RSU tipe C di kawasan Passo;

• peningkatan puskesmas di Desa Latuhalat, Rutong/Leahari, dan Wayame menjadi Puskesmas dengan kapasitas rawat inap;

• pengembangan rumah sakit akademis di Kampus Unpatti di Poka/Rumahtiga; dan

• revitalisasi dan/atau pengembangan Rumah Sakit Tentara, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Polisi

3. Peribadatan

Rencana pengembangan pelayanan umum peribadatan dilakukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan diarahkan sesuai dengan hierarki fungsi kawasan

4. Keamanan dan Keselamatan.

Kawasan keamanan dan keselamatan meliputi:

a. kantor Polisi yang tersebar di Kota Ambon, baik tingkat provinsi maupun kota

b. kantor pemadam kebakaran.

c. Rencana pengembangan kantor polisi merupakan kewenangan dari POLRI. d. Ketentuan pengembangan pemadam kebakaran akan ditentukan lebih lanjut

oleh Walikota.

B.9.6 Kawasan Militer

Kawasan militer meliputi:

a. kawasan markas TNI-AD, meliputi Kodam Pattimura, dan markas tentara yang tersebar di wilayah Kota Ambon;

b. kawasan markas TNI-AL, meliputi Lantamal IX di Desa Halong; dan c. kawasan markas TNI-AU di Desa Laha, dekat Bandar Udara Pattimura. Rencana pengembangan kawasan militer merupakan kewenangan dari Pemerintah Pusat.

B.9.7 Kawasan Khusus Bandara

Kawasan khusus Bandara dalam pengembangannya diarahkan untuk Desa-desa Laha dan Tawiri, dengan luas seluruh kawasan adalah 73.4 ha.

2.2.4.3 Rencana Kawasan Strategis

Rencana Kawasan Strategis Kota Ambon sesuai dengan RTRW Kota Ambon Tahun 2011-2031 yang disahkan melalui Perda No 24 Tahun 2012 dibagi ke dalam Pengembangan Kawasan Strategis Provinsi dan Pengembangan Kawasan Strategis Kota.

Adapun untuk lebih jelasnya mengenai masing-masing rencana Kawasan Strategis Kota Ambon dapat dilihat di dalam tabel berikut

Tabel 2.12 Rencana Kawasan Strategis Kota Ambon

No Rencana Tata Ruang Kota Ambon Lokasi/Keterangan

Kawasan Strategis Kota

Kawasan Strategis Provinsi di Kota

(tidak diatur dalam dokumen perencanaan penataan ruang daerah)

Kawasan Strategis Kota Kawasan Strategis Kepentingan Ekonomi direncanakan pada : 1. Kawasan Pusat Kota Ambon, diarahkan pengembangnnya

sebagai kawasan pusat pelayanan jasa perhubungan, jasa perdagangan, pemerintahan provinsi, pemerintahan kota, dan penempatan fasilitas umum dengan skala pelayanan provinsi dan kota

2. Kawasan pelabuhan laut Yos Sudarso yang diarahkan pengembangannya sebagai kawasan pelabuhan internasional 3. Kawasan sekitar bandara udara Pattimura diarahkan

pengembangannya sebagai kawasan permukiman berkepadatan rendah dengan memperhatikan fungsi Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP)

4. Kawasan Passo diarahkan pengembangannya sebagai kawasan pelayanan jasa perhubungan, jasa perdagangan, sentra industri, dan penempatan fasilitas umum dengan skala pelayanan kota 5. kawasan pesisir Teluk Ambon diarahkan pengembanganya

sebagai kawasan produk unggulan perikanan dan pariwisata bahari

6. Kawasan pesisir Kota Ambon diarahkan pengembangannya sebagai kawasan produk unggulan pertanian, perikanan, dan pariwisata bahari

Kawasan Strategis Kepentingan Sosial Budaya direncanakan pada :

1. kawasan pendidikan tinggi untuk pengembangan teknologi tinggi di bidang Kelautan dan Perikanan diarahkan di Desa Poka dan Negeri Rumah Tiga

2. kawasan pelestarian adat istiadat/budaya diarahkan pada semua negeri-negeri di Kota Ambon

Kawasan Strategis Kepentingan Lingkungan Hidup direncanakan pada :

1. Kawasan hutan lindung di wilayah kota Ambon, diarahkan di : kawasan hutan lindung Gunung Sirimau, kawasan hutan lindung Gunung Nona; dan kawasan hutan lindung di Leihitu dan Salahutu di Jazirah Leihitu.

2. kawasan hutan mangrove diarahkan di Waiheru, Poka, Negeri Lama, Passo, Lateri, Laha, Tawiri, Rutong dan Leahari. 3. Kawasan ekosistem terumbu karang, yang diarahkan di: Teluk

Ambon Luar yaitu di Negeri Eri sampai dengan pesisir Negeri Seilale, Negeri Laha , pesisir sebelah timur kecamatan Leitimur Selatan dan di sepanjang pesisir Selatan pulau Ambon

Kawasan strategis adalah merupakan kawasan yang membutuhkan pengembangan/penanganan mendesak atau kawasan yang mempunyai potensi

pengembangan yang dapat memajukan perekonomian wilayah, social dan budaya dan atau kawasan yang mempunyai permasalahan yang harus segera ditangani

Kawasan Strategis berfungsi :

1. Untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi dan atau mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan dan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam mendukung penataan ruang wilayah kota

2. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan pertumbuhan ekonomi, social dan budaya serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup dalam wilayah kota yang dinilai mempunyai pengaruh sanagt penting terhadap wilayah kota bersangkutan.

A. Kawasan Strategis Nasional

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pembangunan nasional untuk Provinsi Maluku yang akan diwujudkan dalam jangka panjang adalah sebagai berikut :

1. Sistem Perkotaan Nasional

Pemerintah Pusat akan mengembangkan beberapa kota di Provinsi Maluku sebagai pusat-pusat perkotaan. Kota-kota tersebut adalah sebagai berikut : Kota Ambon sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN); Kota-kota Masohi, Werinama, Kairatu, Tual, Namlea sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW); dan Kota-kota Saumlaki, Ilwaki, Dobo sebagai Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN).

2. Kawasan Andalan Tingkat Nasional

Beberapa kawasan di Provinsi Maluku akan dikembangkan sebagai kawasan andalan. Kawasan andalan ini dikembangkan sesuai dengan sektor unggulan yang ada di kawasan tersebut. Kawasan andalan yang akan dikembangkan di Provinsi Maluku adalah sebagai berikut.

Tabel 2.13 Kawasan Andalan Provinsi Maluku

KAWASAN ANDALAN SEKTOR UNGGULAN

1 2 Kawasan Seram - Pertanian - kehutanan - perkebunan - perikanan - pariwisata -

Kawasan Kei-Aru- P. Wetar- P. Tanimbar - perikanan - pertanian

KAWASAN ANDALAN SEKTOR UNGGULAN

Dalam dokumen DUMMY LAPORAN PENDAHULUAN RTBL LEITIMUR (Halaman 126-138)