• Tidak ada hasil yang ditemukan

Review Penyusunan Sistem Tata Guna Lahan Sebagai Instrumen Zoning Regulation

Dalam dokumen DUMMY LAPORAN PENDAHULUAN RTBL LEITIMUR (Halaman 45-55)

BAB V RENCANA KERJA DAN ORGANISASI PROYEK

RTRK / RTBLRDTRK

3. Zona Ruang Terbuka Tata Air

2.1.4 Review Penyusunan Sistem Tata Guna Lahan Sebagai Instrumen Zoning Regulation

Penyusunan sistem guna lahan merupakan salah satu instrumen yang mutlak diperlukan dalam penyusunan zoning regulation. Penyusunan sistem guna lahan ini merupakan dasar dalam mengembangkan ketentuan-ketentuan yang akan dibuat dalam membentuk guna lahan yang hendak direncanakan. Di dalam penyusunan sistem guna lahan yang hendak direncanakan, sebelumnya diperlukan suatu tinjauan mengenai sistem guna lahan yang sudah ada baik berdasarkan peraturan yang dibuat maupun rencana- rencana yang sudah pernah dilakukan sebelumnya.

2.1.4.1 Sistem Guna Lahan Menurut Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997 tetang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

Klasifikasi pemanfaatan lahan menurut Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional didasarkan pada pertimbangan pada kriteria daya dukung lahan terutama berkaitan dengan daya dukung fisik lingkungan. Sistem penggunaan lahan berdasarkan peraturan pemerintah ini terdiri atas dua bagian besar, yaitu kawasan lindung dan budidaya. Masing-masing didetailkan jenis penggunaan lahan sampai pada hirarki ke-3.

Tabel 2. 2Hirarki Pemanfaatan Lahan Berdasarkan PP N0. 47 Tahun 1997 Tentang RTRWN

Klasifikasi Pemanfaatan Tanah

Hierarki 1 Hierarki 2 Hierarki 3

Kawasan Lindung

kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya

kawasan hutan lindung kawasan bergambut kawasan resapan air

Kawasan perlindungan setempat

sempadan pantai sempadan sungai

kawasan sekitar danau/waduk kawasan sekitar mata air

kawasan terbuka hijau kota termasuk di dalamnya hutan kota

Kawasan suaka alam cagar alam suaka margasatwa Kawasan pelestarian alam

taman nasional taman hutan raya taman wisata alam Kawasan cagar budaya -

Kawasan rawan bencana alam

kawasan rawan letusan gunung berapi. gempa bumi,

tanah longsor,

gelombang pasang dan banjir

Kawasan lindung lainnya.

taman buru; cagar biosfir;

kawasan perlindungan plasma nutfah; kawasan pengungsian satwa;

kawasan pantai berhutan bakau.

Budidaya

kawasan hutan produksi.

kawasan hutan produksi terbatas; kawasan hutan produksi tetap; kawasan hutan yang dapat dikonversi kawasan hutan rakyat. -

kawasan pertanian.

kawasan pertanian lahan basah; kawasan pertanian lahan kering; kawasan tanaman tahunan/perkebunan; kawasan peternakan;

kawasan perikanan kawasan pertambangan.

golongan bahan galian startegis, golongan bahan galian vital,

golongan bahan galian yang tidak termasuk dalam kedua golongan di atas.

kawasan peruntukan industri. tergantung penetapan oleh daerah kawasan pariwisata.

kawasan permukiman.

2.1.4.2 Sistem Guna Lahan Menurut Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung membagi hirarki kawasan lindung berdasarkan penetapan suatu kawasan sebagai kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya; berdasarkan kemiringan lereng, curah

hujan dan kepekaan tanah untuk menetapkan kawasan hutan lindung dan resapan air tanah; serta kondisi geologi, geografi, daerah banjir, data pantai dan sungai untuk menetapkan kawasan bergambut, kawasan perlindungan setempat dan kawasan rawan bencana. Klasifikasi pemanfaatan lahan menurut Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung dapat dilihat pada tebel berikut ini.

Tabel 2. 3 Hirarki Pemanfaatan Lahan Berdasarkan Keppres No. 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung

Klasifikasi Pemanfaatan Tanah

Hierarki 1 Hierarki 2 Hierarki 3

Kawasan Lindung

kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya

kawasan hutan lindung kawasan bergambut kawasan resapan air Kawasan perlindungan setempat

sempadan pantai sempadan sungai

kawasan sekitar danau/waduk kawasan sekitar mata air

Kawasan suaka alam dan cagar budaya

Suaka alam

Suaka alam laut dan perairan lainnya Kawasan pantai berhutan bakau

Taman nasional, Taman hutan raya dan taman wisata alam

Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan

Kawasan rawan bencana alam

kawasan rawan letusan gunung berapi. gempa bumi,

tanah longsor

2.1.4.3 Contoh Aplikasi Sistem Guna Lahan

(Studi Kasus: Kabupaten Bandung)

Sistem guna lahan di Kabupaten Bandung disusun berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi. Sistem guna lahan ini disusun sebagai dasar Izin Peruntukkan dan Penggunaan Tanah serta Peraturan Daerah Kabupaten Bandung untuk Ijin Perubahan Penggunaan Lahan. Pembagian guna lahan tersebut terdiri atas klasifikasi pemanfaatan lahan sebagai berikut.

Tabel 2. 4 Hirarki Pemanfaatan Lahan (Kabupaten Bandung)

Klasifikasi Pemanfaatan Tanah

Hirarki 1 Hirarki 2 Hirarki 3 Hirarki 4

Lindung Hutan Lindung Suaka alam, pelestarian, cagar budaya Sempadan sungai/

Klasifikasi Pemanfaatan Tanah

Hirarki 1 Hirarki 2 Hirarki 3 Hirarki 4

danau/waduk/mata air Cagar alam, suaka margasatwa, cagar budaya

Taman hutan raya/ wisata alam

Kawasan lindung lainnya/RTHK

Budidaya

Hutan Produksi

Hutan produksi tetap Hutan produksi terbatas

Hutan yang dapat dikonversi

Hutan Rakyat

Pertanian

Lahan basah

Sawah irigasi teknis Sawah irigasi desa Sawah tadah hujan Tanaman tahunan/perkebunan Lahan kering/kebun campuran Peternakan Perikanan Pariwisata Permukiman Permukiman perdesaan Permukiman rakyat Villa

Perumahan kepadatan sangat rendah rumah mewah/real estate/luas lahan lebih dari 2000 m2)

Permukiman perkotaan

Perumahan kepadatan sangat rendah rumah mewah/real estate/luas lahan 200- 2000 m2) Perumahan kepadatan sangat rendah rumah mewah/real estate/luas lahan 120- 200 m2) Perumahan kepadatan sangat rendah rumah mewah/real estate/luas lahan kurang dari 120 m2)

Fasilitas

sosial/umum/lingkungan Rekreasi indoor/olah raga Rumah sakit

Pendidikan tinggi Jasa dan perkantoran Perdagangan eceran Pasar tradisional Perdagangan grosir Pergudangan Perbengkelan

Terminal, parkir, stasiun KA, prasarana umum

Pertambangan

Kawasan/Zona Industri Industri kecil non- polutif

Klasifikasi Pemanfaatan Tanah

Hirarki 1 Hirarki 2 Hirarki 3 Hirarki 4

Industri sedang/besar non polutif

Industri kecil polutif Industri sedang/besar polutif

Sistem guna lahan di Kabupaten Bandung ini hanya cocok untuk wilayah perdesaan, sedangkan untuk wilayah perkotaan sistem guna lahan ini masih perlu untuk didetailkan lagi, mengingat banyaknya kegiatan atau penggunaan lahan yang belum termasuk di dalamnya. Hal ini menyebabkan berbagai persoalan dalam proses penerbitan Ijin Peruntukan dan Penggunaan Tanah serta proses perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Bandung.

(Studi Kasus: Singapura)

Klasifikasi pemanfaatan ruang di Singapura dan pengertian masing-masing jenis pemanfaatan ruang adalah sebagai berikut :

Tabel 2. 5 Hirarki Pemanfaatan Lahan (Singapore)

No Area Keterangan

1 Main Shopping : Daerah yang digunakan atau akan digunakan terutama untuk keperluan komersial, dimana sedikitnya lantai pertama yang digunakan sebagai tempat belanja. Bank-bank, kantor-kantor pos dan kantor-kantor agen perjalanan diijinkan untuk berada di lantai pertama.

2 Local shopping : Daerah yang digunakan atau akan digunakan terutama untuk perumahan dan keperluan local shopping. Jumlah lantai untuk local shopping dan penggunaan-penggunaan tersebut tidak melebihi 40% jumlah luas lantai keseluruhan yang didasarkan pada plot ratio yang diijinkan dengan variance yang disetujui oleh competent Authority.

3 Hotel : Daerah yang digunakan atau akan digunakan terutama untuk pembangunan hotel, pusat perbelanjaan dan penggunaan lain yang berhubungan dengan hotel akan dipertimbangkan oleh Competent

Authority yang menetapkan bahwa penggunaan-penggunaan tersebut tidak boleh melebihi 40 % jumlah luas lantai keseluruhan yang diijinkan dengan variance yang disetujui oleh Competent Authority.

4 Komersial : Daerah yang digunakan atau akan digunakan terutama untuk

pembangunan komersial. Intensitas pembangunan harus dikendalikan oleh

plot ratio. 5 Penggunaan

Campuran (Mixed- use)

: Daerah yang disediakan untuk penggunaan campuran yang terdiri atas penggunaan komersial dan non-komersial/perumahan, intensitas, tipe dan komposisi penggunaan dalam daerah tersebut harus ditentukan oleh

Competent Authority bergantung pada kepentingan lokal.

6 Industri : 1. Daerah yang digunakan atau akan digunakan terutama untuk keperluan industri.

2. Pengendalian pada tipe dan penggunaan bangunan dalam daerah industri harus dibedakan menurut kategori tipe industri (ringan, khusus, atau umum). Dalam pengendalian pembangunan industri tersebut,

No Area Keterangan sekitarnya.

3. Untuk setiap proposal pembangunan industri, luas lantai untuk keperluan industri tidak boleh kurang dari 60% jumlah luas lantai yang diijinkan dengan variance yang disetujuai Competent Authority. 7 Pergudangan

(warehouse)

: Daerah yang digunakan atau akan digunakan untuk kegiatan penelitian dan pengembangan dalam kondisi lingkungan yang mendukung intensitas pembangunan harus ditentukan oleh Competent Authority.

8 Perumahan : 1. Daerah yang digunakan atau akan digunakan terutama untuk

pembangunan perumahan yang ditunjukkan sebagai zona perumahan permanen atau sementara dengan maksud bahwa setiap pembangunan baru pada zona perumahan sementara harus merupakan bangunan perumahan permanen.

2. Di antara peta daerah pusat kota dan peta kota, intensitas pembangunan perumahan yang dikendalikan oleh kepadatan yang bervariasi dari satu daerah ke daerah lainnya bergantung pada karakter setiap daerah. Kuantum untuk semua kegiatan pendukung atau penggunaan non- residensial yang dibutuhkan untuk mendukung atau mengatur estate perumahan seperti pada pembangunan kondominium ditentukan oleh Competent Authority sesuai dengan skala pembangunan perumahan tersebut.

3. Daerah bungalow yang dimaksudkan untuk meletarikan dan mempertinggi karakter lingkungan suatu daerah dengan hanya mengijinkan pembangunan bungalow tersebut.

9 Pusat Desa dan Permukiman Desa

: 1. Zona pusat desa dan permukiman desa adalah daerah yang diusulkan atau telah ada untuk melayanai kesejahteraan sosial dan ekonomi populasi di daerah luar kota.

2. Dimaksudkan bahwa pembangunan perumahan dan kegiatan pendukung penggunaan perumahan harus memperoleh ijin di dalam daerah zona pusat desa dan permukiman desa dan permohonan ijin harus dipertimbangkan menurut manfaat masing-masing daerah tersebut.

10 Daerah Administrasi : Daerah yang digunakan atau akan digunakan untuk keperluan administrasi oleh pemerintah dan badan-badan lain yang berwenang.

11 Bangunan Pemerintah

: Daerah yang digunakan atau akan digunakan terutama untuk

pembangunan bangunan pemerintah seperti kantor polisi, kantor pos dan perpustakaan umum.

12 Bangunan Lingkungan

: Daerah yang digunakan atau akan digunakan terutama untuk fasilitas yang dibutuhkan oleh lingkungan seperti pusat lingkungan, teater budaya dan tempat-tempat perkumpulan.

13 Bioskop dan Taman Hiburan

: Daerah yang digunakan atau akan digunakan untuk pembangunan bioskop atau untuk keperluan taman hiburan.

14 Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan

: Daerah yang digunakan atau akan digunakan terutama untuk pelayanan medis seperti klinik, pusat kesehatan dan rumah sakit.

15 Institusi lain : Daerah yang digunakan atau akan digunakan terutama untuk institusi lain seperti tempat penampungan atau rumah amal, pusat pelatihan atau penjara.

16 Tempat Pemujaan : Daerah yang digunakan atau akan digunakan untuk bangunan keagamaan seperti gereja, mesjid dan kuil.

17 Prasarana/ Instansi Utama

: Daerah yang digunakan atau akan digunakan terutama untuk prasarana umum, termasuk pekerjaan-pekerjaan yang menyangkut instalasi air bersih, pembuanagan air kotor dan instalasi umum lainnya, seperti sub- pusat listrik dan stasiun tanpa kabel (wireless station). Tapak tambahan untuk keperluan-keperluan tersebut harus diamankan oleh instansi yang berwenang untuk setiap daerah/lokasi dimana permohonan dibutuhkan. 18 Daerah

Pembangunan Komprehensif

: Daerah yang digunakan untuk pembangunan atau pembangunan kembali untuk keperluan menghadapi kondisi lay out yang buruk atau

pembangunan yang tidak terpakai secara memuaskan atau untuk keperluan menyediakan relokasi populasi atau industri atau penggunaan lain

No Area Keterangan

ditunjukkan sebagai daerah pembangunan komprehensif. Untuk keperluan pengendalian pembangunan, zoning untuk daerah-daerah tersebut sebelum penetapan sebagai daerah pembangunan komprehensif harus digunakan sebagai dasar evaluasi dan perubahan zoning.

19 Institusi Pendidikan : 1. Daerah yang digunakan atau akan digunakan terutama untuk keperluan pendidikan termasuk pendidikan tersier.

2. Jika tidak terdapat tapak yang memadai untuk pembangunan sekolah, maka dimaksudkan untuk mengamankan tapak tersebut melalui pengendalian pembangunan dan perencanaan lain yang lebih rinci di daerah yang dimaksud.

20 Ruang Terbuka dan Rekreasi

: 1. Daerah yang digunakan atau akan digunakan terutama untuk keperluan ruang terbuka yang ditunjukkan sebagai zona ruang terbuka publik dan private. Daerah ini termasuk daerah rekreasi pinggir pantai. Secara umum dimaksudkan bahwa daerah tersebut tidak boleh dibangun dan harus digunakan sebagai taman raya dan taman yang juga untuk kegiatan rekreasi terbuka.

2. Sebagai tambahan untuk zona ruang terbuka publik dan private, terdapat daerah yang ditunjukkan sebagai zona rekreasi. Pada daerah ini, dimaksudkan bangunan untuk rekreasi, termasuk klab rekreasi dan kompleks oleh raga dapat dipertimbangkan.

3. Jika diperlukan, tapak tambahan untuk ruang terbuka, maka competent harus mengamankan daerah tersebut melalui proses pengendalian pembangunan dan perencanaan yang lebih rinci di daerah yang dimaksud.

21 Daerah Perdesaan : Daerah yang digunakan atau akan digunakan terutama untuk keperluan perdesaan.

22 Situs yang dilestarikan

: Daerah dimana suatu penggunaan khusus telah ditentukan sebagai situs yang dilestarikan. Daerah-daerah itu dimaksudkan untuk pembangunan yang sesuai dengan ketentuan terkait dengan penggunaan daerah tersebut dan sekitarnya.

23 Daerah yang Belum Direncanakan

: Daerah perencanaan tambahan dimana belum ada pembangunan yang dipertimbangkan selama periode perencanaan. Daerah ini secara umum tetap dalam penggunaan yang telah ada.

24 Daerah Drainase dan Perairan

: Daerah yang digunakan atau akan digunakan untuk keperluan drainase, termasuk kolam/waduk. Catatan yang yang dipergunakan untuk menunjukkan penjajaran atau lebar drainase secara tepat. Drainase merupakan subyek untuk pelebaran dan perbaikan; kebutuhan yang ditentukan oleh instansi yang berwenang. Penambahan drainase harus diamankan oleh instansi yang berwenang di setiap daerah.

25 Bandar

Udara/Lapangan Udara

: Bandara Internasional Changi ditunjukkan sebagai zona Bandar

Udara/Lapangan Udara pada Peta Pulau. Lapangan Udara ditemukan pada Zona Penggunaan Khusus. Jenis penggunaan ini dimaksudkan untuk menekankan pembatasan ketinggian di sekitar Bandar Udara/Lapangan Udara.

26 Daerah Pelabuhan : Daerah yang digunakan atau akan diperuntukkan terutama untuk pelabuhan dan kegiatan lain yang berhubungan.

27 Penggunaan Khusus : Daerah yang digunakan atau akan diperuntukkan terutama untuk penggunaan khusus.

28 Parkir/Depot Transport

: Daerah yang digunakan atau akan diperuntukkan terutama untuk parkir kendaraan.

29 Rute Mass Rapid Transit/Stasiun

: Menunjukkan rute mass rapid transit yang disetujui dan lokasi stasiun. Catatan yang ditunjukkan berupa diagram dan tidak dimaksudkan untuk menunjukkan penjajaran atau lokasi stasiun yang tepat. Bangunan di sepanjang rute-rute ini harus memiliki set-back yang cukup yang ditentukan oleh competent authority. Jenis guna lahan ini dimaksudkan bahwa lahan sekitar stasiun mass rapid transit harus dibangunan dan dikendalikan untuk melengkapi fungsi stasiun-stasiun tersebut. 30 Jalur Kereta/Lahan : Jalur kereta yang telah ada yang ditunjukkan sebagai zona jalur

No Area Keterangan

Jalur Kereta kereta/lahan jalur kereta.

31 Jalan : 1. Jalan utama yang telah ada atau yang diusulkan termasuk jalur cepat ditunjukkan di daerah yang sesuai. Catatan yang digunakan untuk mendelineasi rute jalan berupa diagram dan tidak dimaksudkan untuk menunjukkan lebar atau penjajaran secara tepat.

2. Semua jalan, termasuk persimpangannya merupakan subyek untuk kegiatan pelebaran dan perbaikan, kebutuhan untuk hal tersebut harus dijelaskan dan diinterpretasikan oleh instansi yang berwenang. 3. Dimaksud untuk membuat buffer sepanjang jalan dalam hubungannya

dengan kebutuhan tersebut sesuai dengan yang ditentukan oleh

competent authority.

(Studi Kasus: Jepang)

Sistem guna lahan di Jepang dikembangkan untuk menanggapi permasalahan perkotaan seperti pencegahan terjadinya urban sprawl mengingat kebutuhan akan lahan terus meningkat sehingga besar kemungkinan akan terjadi ekspansi lahan; kesesuaian lahan untuk fungsi permukiman, perdagangan, bisnis, industri; serta penyusunan peraturan yang rinci mengenai rancang kota dan pertamanan untuk mempertahankan kualitas lingkungan. Tipe peraturan guna lahan yang digunakan di Jepang adalah sebagai berikut:

Area Division: The Urban Promotion Area (UPA) and the Urbanization Control Area (UCA). Pembagian kawasan menjadi Urbanization Promotion Area (UPA) dan Urbanization Control Area (UCA) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1968 dengan tujuan untuk mencegah terjadinya urban sprawl yang disebabkan oleh pesatnya pertumbuhan penduduk di kawasan perkotaan. Prinsip dasar sistem Area Division adalah sebagai berikut :

 Membagi rencana kota menjadi UPA dan UCA.

 UPA didefinisikan sebagai suatu kawasan yang sudah terbangun dan merupakan kawasan yang harus direncanakan dan diprioritaskan untuk dikembangkan dalam kurun waktu lebih kurang sepuluh tahun. Secara lebih rinci, UPA akan dijabarkan dalam peraturan Land Use District yang berisikan peraturan mengenai penggunaan bangunan, kepadatan pembangunan, serta ukuran dan bentuk bangunan.

 UCA didefinisikan sebagai suatu kawasan dimana kegiatan urbanisasi harus dikontrol. Pertumbuhan kegiatan seperti permukiman dan perdagangan tidak diperbolehkan pada kawasan ini.

Zoning Guna Lahan yang terdiri atas 12 jenis guna lahan dan zonasi tambahan lainnya.

Rencana Kawasan

Rencana kawasan adalah sistem rencana guna lahan yang detail dan menyeluruh yang diperuntukkan untuk suatu kawasan dengan luas beberapa hektar, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan dalam kaitannya dengan karakteristik tiap-tiap distrik. Distrik plan meliputi komponen pernyataan visi (vision statement) dan rencana pengembangan distrik (District improvement plan) yang meliputi jalan akses dan taman kecil dan peraturan guna lahan yang mengatur penggunaan bangunan, kepadatan, bentuk, batasan setback dan desain fasade bangunan.

Tabel 2. 6 Dua Belas Jenis Guna Lahan Di Jepang

No Kategori Keterangan Ilustrasi

1 Kategori I, kawasan

perumahan dengan jumlah lantai rendah

Kawasan ini diperuntukkan untuk

mempertahankan lingkungan yang memfasilitasi keberadaan perumahan dengan jumlah lantai rendah. Bangunan yang memiliki banyak fungsi pada area ini pada umumnya dipergunakan untuk ruang kantor dengan ukuran kecil. Sekolah dasar dan sekolah lanjutan juga dapat dibangun pada area ini.

2 Kategori I, kawasan perumahan menengah keatas

Kawasan ini diperuntukkan untuk

mempertahankan lingkungan yang memfasilitasi keberadaan apartemen, baik bangunan

apartemen dengan jumlah lantai sedang maupun tinggi. Rumah sakit, perguruan tinggi, dan beberapa tipe penggunaan komersial sampai dengan luas 500m2 dapat dibangun juga pada area ini

3 Kategori I, kawasan perumahan

Kawasan ini diperuntukkan untuk

mempertahankan lingkungan permukiman, pertokoan, perkantoran, dan hotel sampai dengan luas 3000m2 dapat dibangun juga pada area ini 4 Kategori II, kawasan perumahan dengan jumlah lantai rendah

Kawasan ini diperuntukkan untuk

mempertahankan lingkungan yang memfasilitasi

low-rise housing. Sekolah dasar dan lanjutan, serta beberapa tipe pertokoan sampai dengan luas 150 m2 dapat dibangun pada area ini.

No Kategori Keterangan Ilustrasi 5 Kategori II,

kawasan perumahan menengah keatas

Kawasan ini untuk mempertahankan lingkungan yang memfasilitasi apartemen, baik dengan jumlah lantai sedang maupun jumlah lantai tinggi. Rumah sakit, perguruan tinggi, dan beberapa tipe pertokoan serta perkantoran dapat dibangun pada kawasan ini dengan keterbatasan lahan yang dapat dibangun yaitu 1500 m2 6 Kategori II,

kawasan perumahan

Kawasan ini diperuntukkan untuk

mempertahankan lingkungan permukiman. Pertokoan, perkantoran, hotel pachinko parlors, karaoke dan sejenisnya, dapat dibangun pada kawasan ini

7 Kawasan perumahan semu (Quasi-residential district)

Area ini terletak di sepanjang jalan berkaitan dengan fasilitas kendaraan bermotor dan melindungi lingkungan perumahan agar tetap harmonis. 8 Kawasan Komersial Neighborhood (Neighborhood commercial district)

Kawasan ini diperuntukkan untuk

mengembangkan usaha dengan menempatkan pertokoan dengan jarak tempuh yang relatif dekat sehingga masyarakat di kawasan tersebut dapat berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari. Pabrik kecil juga dapat dibangun pada kawasan ini

9 Kawasan Perdagangan

Kawasan ini diperuntukkan untuk mengembangkan perdagangan dan usaha lainnya dengan menempatkan bank, bioskop, restoran, pusat pertokoan, dan perkantoran. Perumahan dan pabrik kecil dapat pula dibangun pada kawasan ini

10 Kawasan industri semu (Quasi industrial district)

Kawasan ini untuk mengembangkan kegiatan usaha, terutama untuk industri ringan yang memberikan sedikit kemungkinan terhadap penurunan kualitas lingkungan. Hampir semua tipe bangunan, kecuali pabrik kecil, yang menyebabkan kerusakan yang serius atau penurunan kualitas lingkungan dapat dibangun pada kawasan ini.

11 Kawasan industri Kawasan ini diperuntukkan untuk mengembangan usaha, terutama industri. Berbagai tipe bangunan pabrik dapat dibangun di area ini. Perumahan dan pertokoan juga dapat dibangun tapi tidak untuk sekolah, rumah sakit, atau hotel

No Kategori Keterangan Ilustrasi 12 Kawasan industri

eksklusif

Kawasan ini diperuntukkan untuk mengembangkan usaha, terutama secara eksklusif diperuntukkan untuk industri. Berbagai tipe bangunan pabrik dapat dibangun pada kawasan ini, tapi tidak untuk perumahan, pertokoan, sekolah, rumah sakit, ataupun hotel

Tujuan pembagian guna lahan berdasarkan distrik tersebut diatas adalah sebagai berikut:

 Untuk mencegah gangguan yang disebabkan oleh penggunaan lahan yang bercampur dan untuk mempertahankan atau mengusahakan lingkungan yang baik, yang sejalan dengan target yang telah direncanakan.

 Sebagai pedoman untuk penetapan lokasi yang tepat serta sebagai tata cara terhadap penetapan tingkat kepadatan yang rasional pada lingkungan permukiman, perdagangan dan fungsi lain, yang bertujuan untuk menyelaraskan visi kota di masa yang akan datang serta mengusahakan efisiensi dalam kegiatan perkotaan.

2.2 TINJAUAN KEBIJAKAN

Dalam dokumen DUMMY LAPORAN PENDAHULUAN RTBL LEITIMUR (Halaman 45-55)