• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keabsahan Akta Kuasa Tanpa Sepengetahuan Pemberi Kuasa

Dalam dokumen Prosiding. Seminar Nasional dan Call For Paper (Halaman 178-181)

AKTA KUASA MENJUAL YANG DIBUAT DIHADAPAN NOTARIS TANPA SEPENGETAHUAN PEMBERI KUASA

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. Keabsahan Akta Kuasa Tanpa Sepengetahuan Pemberi Kuasa

Menurut Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang lain itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dari peristiwa ini, timbulah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis10. Dengan demikian, hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian itu menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan, di sampingnya sumber-sumber lain. Suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan, karena dua pihak itu setuju melakukan sesuatu. Dapat dikatakan bahwa dua perkataan (perjanjian dan persetujuan) itu adalah sama artinya11.

Unsur perjanjian ada 3 (tiga) yakni Essentialia, Naturalia, dan Accidentalia.

Unsur Essentialia merupakan bagian dari suatu perjanjian yang harus ada. Sehingga apabila bagian tersebut tidak ada maka perjanjian tersebut bukanlah perjanjian yang dimaksud oleh para pihak.12. Unsur Essentialia adalah kata sepakat diantara para pihak, sehingga tanpa keduanya tidak akan terdapat suatu perjanjian.

Unsur Naturalia adalah bagian dari suatu perjanjian yang menurut sifatnya dianggap ada tanpa perlu diperjanjikan secara khusus oleh pada pihak.13Unsur Naturalia dapat ditemukan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang bersifat tidak mengatur. Apabila para pihak tidak mengatur, maka ketentuan perundang-undangan akan berlaku.Unsur Naturalia adalah unsur yang lazim melekat pada perjanjian, yaitu unsur yang tanpa diperjanjikan secara khusus dalam perjanjian secara diam-diam dengan sendirinya dianggap ada dalam perjanjian. Unsur ini merupakan sifat bawaan (natuur) atau melekat pada perjanjian. Hal ini dapat ditemukan pada pasal 1476 KUHPerdata yang menyatakan “Biaya penyerahan dipikul oleh si penjual, sedangkan biaya pengambilan dipikul oleh si pembeli, jika tidak telah diperjanjikan sebaliknya”.14

Unsur Accidentalia adalah bagian dari perjanjian yang merupakan ketentuan yang diperjanjikan secara khusus oleh pada pihak15. Salah satu contoh pada unsur

9 Sugiyono, 2005, Memahami Penelitian Kualitatif,Bandung, Alvabeta, hlm 83

10Subekti, 1979, Hukum Perjanjian, Jakarta, PT Intermasa, hlm. 1

11Purwahid Patrik, 1988, Hukum Perdata Ii-Perikatan Yang Lahir Dari Undang-Undang Jilid I, FH Semarang UNDIP, hlm 1-3.

12Herlen Budiono, 2010, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan, Bandung, Citra Aditya, hlm 67.

13Ibid,.hlm. 70.

14Muhammad Noor, “Penerapan Prinsip-Prinsip Hukum Perikatan Dalam Pembuatan Kontrak”, Mahazab, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2015

15Ibid,.hlm 71.

Accidentalia adalah apabila terjadi perselisihan antara para pihak maka para pihak menentukan tempat yang dipilih untuk menyelesaikan perselisihan. Mengenai pilihan domisili, jangka waktu pembayaran, pilihan hukum dan penyerahan barang juga termasuk kedalam unsur Accidentalia.

Para pihak yang melakukan perjanjian diharuskan sepakat mengenai pokok-pokok perjanjian.16Menurut pasal 1320 KUH Perdata syarat sahnya perjanjian itu ada 4 yaitu:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan diri;

2. Kecakapan untuk membuat perjanjian;

3. Suatu hal tertentu;

4. Suatu sebab yang halal.

Syarat Nomor 1 dan 2 dinamakan syarat subjektif, karena berkenaan dengan para subjek yang membuat perjanjian. Sedang, syarat Nomor 3 dan 4 dinamakan syarat objektif karena berkenaan dengan objek dalam perjanjian.Masing-masing syarat (syarat subjektif maupun objektif) di atas memiliki konsekuensi kebatalan jika tidak terpenuhi salah satu unsur di dalamnya, yaitu:

1. Voidable; jika syarat pertama dan kedua, atau salah satunya tidak terpenuhi, maka salah satu pihak dapat memintakan kebatalan atas perjanjian itu melalui pengadilan. Selama tidak dibatalkan oleh hakim, maka perjanjian itu masih tetap dianggap sah dan mengikat kedua belah pihak.

2. Null and Void; jika syarat ketiga dan keempat, atau salah satunya tidak terpenuhi, maka perjanjian itu batal demi hukum. Yang berarti perjanjian itu dianggap tidak pernah ada.

Bila salah satu syarat subyektif tidak dipenuhi, perjanjiannya bukannya batal demi hukum, tetapi salah satu pihak dapat memintakan pembatalan itu.

Perjanjiannya sendiri tetap mengikat kedua belah pihak, selama tidak dibatalkan (oleh hakim) atas permintaan pihak yang berhak meminta pembatalan tadi (pihak yang tidak cakap atau pihak yang memberikan sepakatnya secara tidak bebas).17

Pemberian kuasa bersifat konsensual. Sifat perjanjian atau persetujuan kuasa adalah konsensual (consensuale overeenkomst), yaitu perjanjian berdasarkan kesepakatan (agreement) dalam arti hubungan pemberian kuasa, bersifat partai yang terdiri dari pemberi dan penerima kuasa. Hubungan hukum itu dituangkan dalam perjanjian pemberian kuasa, berkekuatan mengikat sebagai persetujuan antara kedua belah pihak (pemberi dan penerima kuasa). 18

Kewenangan notaris dalam membuat akta autentik menurut pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris yang selanjutnya disebut UUJN bersumber dari 2 (dua) hal, yakni atas permintaan para penghadap yang

16 P.N.H. Simanjunak, 2009, Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia, Jakarta, Djambatan, hlm. 334

17 http://www.hukumonline.com/Klinik/Detail/Cl3520/Batalnya-Suatu-Perjanjian.Diakses Pukul 23.30, 13 Oktober 2019

18Viswandro, Pembuatan Berkas-Berkas Perkara Perdata, Yogyakarta : Media Pressindo, 2018, Hlm. 5-6

berkeinginan perbuatan atau perjanjiannya dibuat dalam bentuk akta notaris dan ketetapan peraturan perundang-undangan yang mengharuskan perbuatan atau perjanjian tertentu dibuat dalam bentuk akta notaris. Namun, perlu dipahami bahwa akta-akta tersebut dibuat atas dasar permintaan para penghadap, yang berarti tanpa adanya permintaan para penghadap, notaris tidak dapat membuat akta-akta tersebut19..Akta otentik yang dibuat oleh notaris selaku pejabat umum merupakan alat bukti yang sah, terkuat dan terpenuh serta mempunyai peranan penting dalam setiap hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat. Kebutuhan terhadap akta otentik akan semakin meningkat sejalan dengan perkembangan hubungan kontraktual di dalam masyarakat. Akta otentik diperlukan seiring dengan tuntutan akan kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum di dalam kehidupan masyarakat20. Ada dua macam akta yaitu akta otentik dan akta dibawah tangan, yang menjadi dasar hukumnya adalah Pasal 1867 KUHPer yaitu pembuktian dengan tulisan dilakukan dengan tulisan-tulisan otentik maupun dengan tulisan-tulisan di bawah tangan. Akta kuasa adalah akta otentik yang dibuat dihadapan Notaris.

21Susunan dan anatomi dari akta kuasa menjual jika ditelaah sesuai dengan ketentuan Pasal 36 UUJN Perubahan adalah sebagai berikut:

A. Kepala atau Judul; “Kuasa Menjual“,menggambarkan mengenai isi atau jenis kesepakatan yang disepakati oleh para pihak . Dengan adanya judul atau kepala yang jelas dan tegas dapat menghindari adanya penafsiran terhadap kesepakatan termaksud. Kepala atau judul harus sesuai dengan isinya

B. Badan Akta memuat :

1. Nomor Akta, Jam/Pukul, tanggal,bulan dan tahun penandatanganan serta tempat kedudukan Notaris; penulisanJam/Pukul,tanggal, bulandan tahun penandatanganan serta tempat kedudukan Notaris pada satu akta(perjanjian kuasa)mutlak adanya dan diletakkan pada bagian awal .Hal ini sangat perlu dalam kaitannya dengan keabsahan kapasitas para pihak dan keabsahan dari kesepakatan yang telah dicapai

2. Komparisi (identitas para pihak); (kreditor dan debitor). Pada bagian ini juga harus tergambar dengan jelas dan tegas mengenai kecakapan atau kewenangan dari para pihak dalam bertindak, serta kapasitasnya dalam bertindak (kapasitas pribadi, mewakili badan hukum atau mewakili orang lain lain ataukah mewakili jabatan).

3. Premis; bagian ini penting untuk dituangkan dalam akta (perjanjian kuasa), karena dengan adanya premis pembaca dapat dengan mudah memahami alasan, dasar, maksud dan tujuan dilakukan / diadakannya akta (perjanjian kuasa) serta untuk memperjelas kepala/judul kontrak/perjanjian serta memudahkan para pihak atau orang lain menafsirkan isi perjanjian apabila terjadi perselisihan.

19 Mochammad Tanzil Multazam, “The Authority of Notary as Public Official in The Making of Land Deed and Auction Minutes Deed According to The Law Number 30 of 2004 on Notary,” Rechtsidee 1, no. 2 (June 1, 2014):

147, doi:10.21070/jihr.v1i2.94

20Abdul Ghofur Anshori, Lembaga Kenotariatan Indonesia Perspektif Hukum dan Etika, UII Press, Yogyakarta.2009, hal.19

21 R. Subekti , Hukum Perjanjian. Cet. 18. Jakarta : PT.Inter Masa, 2001, hlm. 463

4. Isi akta (kuasa menjual) yang biasanya memuat pasal-pasal yang bertujuan untuk mengatur hak dan kewajiban para pihak

5. Penutup akta (perjanjian kuasa); pada bagian ini menjelaskan bahwa akta (perjanjian kuasa) termaksud dibuat dan ditandatangani serta diselesaikan pada tempat, tanggal dan bulan serta tahun. Selain itu juga diatur mengenai ke berlakuannya satu akta (perjanjian kuasa) yang dibuat dan ditandatangani.

Pemberian kuasa notariil merupakan pemberian kuasa dalam bentuk tertulis yang dibuat oleh pejabat notaris. Kuasa notariil atau yang lazim disebut dengan akta kuasa adalah draft yang dibuat oleh dan atas buah pikiran dari pejabat notaris itu sendiri atau dapat juga draft tersebut merupakan draft standar yang telah ada dan lazim digunakan oleh pejabat notaris. Sebelum membuat akta kuasa, notaris menanyakan untuk kepentingan apa akta kuasa tersebut dibuat dan meminta data identitas masing-masing pihak, yaitu kartu tanda penduduk (KTP) pemberi dan penerima kuasa, kartu tanda penduduk (KTP) suami atau istri dari pemberi kuasa, kartu susunan keluarga (KSK) pemberi kuasa, atau surat nikah. Permintaan dokumen-dokumen tersebut terkait dengan kepentingan legalitas dan persyaratan yang dituntut oleh peraturan perundang – undangan, yaitu untuk melepaskan suatu hak kebendaan, seorang suami atau isteri wajib untuk mendapatkan persetujuan dari pasangannya. Selain itu, notaris akan menanyakan syarat – syarat khusus apa yang dibuat oleh para pihak, agar dapat dicantumkan dalam akta.

Contoh pendahuluan dan komparisi (penyebutan identitas para pihak) dalam akta kuasa22

“Pada hari ini ………., tanggal ………., pukul ………., menghadap kepada saya, ………., SH, notaris di

………., Tuan ………., pekerjaan ………., bertempat tinggal di ………. (jalan……….). Penghadap dikenal oleh saya notaries. Penghadap menerangkan dengan ini memberi kuasa kepada ………., ………., pekerjaan

………., bertempat tinggal di ………., jalan ……….., nomor …….., Kota …….”

Akta kuasa tanpa sepengetahuan pemberi kuasa, bahwa akta tersebut dibuat tanpa adanya kesepakatan penghadap, sehingga perjanjian tersebut bukanlah perjanjian yang dimaksud oleh para pihak. Salah satu syarat untuk sahnya suatu perjanjian yaitu sepakat mereka yang mengikatkan diri. Kata sepakat diantara para pihak, yang berarti tanpa adanya permintaan para penghadap, perjanjian tersebut tidak sah dan notaris tidak dapat membuat akta tersebut.

Dalam dokumen Prosiding. Seminar Nasional dan Call For Paper (Halaman 178-181)

Dokumen terkait