• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Notaris Dalam Pelaksanaan Pemberian Hak Guna Bangunan Bagi Persekutuan Komanditer (CV)

Dalam dokumen Prosiding. Seminar Nasional dan Call For Paper (Halaman 193-200)

PERAN NOTARIS DALAM PELAKSANAAN PEMBERIAN HAK GUNA BANGUNAN UNTUK PERSEKUTUAN KOMANDITER (CV)

PERAN NOTARIS DALAM PELAKSANAAN PEMBERIAN HAK GUNA BANGUNAN UNTUK PERSEKUTUAN KOMANDITER (CV)

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Peran Notaris Dalam Pelaksanaan Pemberian Hak Guna Bangunan Bagi Persekutuan Komanditer (CV)

Hingga saat ini, orang-orang yang bergiat dalam dunia usaha cenderung membentuk suatu badan atau biasa yang lebih dikenal sebagai badan usaha dengan tujuan yang berbeda-beda. Baik yang bertujuan untuk mencari keuntungan, kemitraan atau hanya sebatas mengedepankan sosial dan agama saja.

Badan usaha terdiri atas 2 (dua) bentuk badan usaha yakni badan usaha yang tidak berbadan hukum dan badan usaha yang berbadan hukum. Badan usaha yang bukan berbadan hukum terbagi lagi menjadi badan usaha perorangan yang antara lain meliputi Usaha Dagang (UD) dan badan usaha yang bersifat kemitraan yang meliputi Maatschaap, Firma, Perseroan Komanditer (Commanditaire Vennootschap).

Badan usaha yang berbadan hukum dapat dibedakan menjadi badan hukum yang bertujuan untuk profit oriented antara lain yaitu Perseroan Terbatas dan Koperasi dan badan hukum yang bertujuan nirlaba (non profit) yang meliputi Yayasan dan Perkumpulan.10

Persekutuan Komanditer (CV) merupakan badan usaha yang tidak berbadan hukum. Sehingga seharusnya tidak bisa memiliki hak atas tanah berupa Hak Guna Bangunan. Menurut Pasal 36 UUPA, yang dapat mempunyai Hak Guna Bangunan ialah Warga Negara Indonesia dan badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.11Menurut Pasal 19 PP No 40/1996 yang dapat menjadi pemegang Hak Guna Bangunan adalah Warga Negara Indonesia dan badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.12Sedangkan menurut Pasal 18 Kitab Undang-undang Hukum Dagang, Persekutuan Komanditer adalah Perseroan yang terbentuk dengan cara meminjamkan uang atau disebut juga perseroan komanditer, didirikan antara seseorang atau antara beberapa orang persero yang bertanggung jawab secara tanggung renteng untuk keseluruhannya dan satu orang atau lebih sebagai pemberi pinjaman uang.13

Dalam Pasal 1 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2018 Tentang Pendaftaran Persekutuan Komanditer, Persekutuan Firma, dan Persekutuan Perdata, yang diumaksud dengan Persekutuan Komanditer adalah persekutuan yang didirikan oleh satu atau lebih sekutu komanditer dengan satu atau lebih sekutu komplementer untuk menjalankan usaha secara terus menerus.14

10Hendricus Subekti, Badan Usaha, Pengertian, Bentuk dan Tata Cara Pembuatan Akta-aktanya,(Yogyakarta:

Cakrawala Media, 2012), hlm. v-vi.

11 Undang-undang Pokok Agraria Tahun 1960

12 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah

13 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

14 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2018 Tentang Pendaftaran Persekutuan Komanditer, Persekutuan Firma, dan Persekutuan Perdata,

Menurut Mulyoto, Persekutuan Komanditer (CV) adalah suatu badan usaha/

perusahaan yang bukan badan hukum dan sama sekali tidak mempunyai kewenangan hak untuk memiliki bidang tanah tertentu dengan status hak apapun (Hak Milik, HGB, HGU, bahkan hak pakai pun tidak dibenarkan dimiliki oleh perusahaan/badan usaha yang bukan badan hukum baik UD/UP, Firma, Maatschap).15 Sehingga dapat disimpulkan, karena CV bukan badan hukum, CV tidak mempunyai legal standing untuk menjadi pemilik atas bidang tanah tertentu dengan status hak apapun, baik HM, HGB, bahkan Hak Pakai.

Jika HGB diatas namakan anggota komanditer dan/atau anggota komplementer atau masing – masing anggota tersebut dengan persetujuan dari anggota komanditer dan anggota komplementer, bagaimana dengan peralihan haknya jika salah satu sekutu ada yang meninggal dunia atau mengundurkan diri.

Jika meninggal dunia apakah kepemilikan HGB diturunkan oleh ahli waris atau tidak. Berbagai macam potensi resiko akan timbul saat sekutu namanya tercantum dalam akta keluar dari Persekutuan Komanditer (CV). Permasalahan juga timbul jika menyangkut kewajiban perpajakan dalam pengajuan HGB. Bagaimana, tanggung jawab hukumnya, karena persekutuan komanditer (CV) bertanggung jawab secara tanggung renteng. Namun, dengan belum adanya peraturan perundang-undangan yang menjadi payung hukum dalam mendirikan akta mengenai sekutu yang namanya dicatatkan dalam sertifikat HGB, banyak notaris masih ragu.

Penyuluhan hukum seharusnya diberikan agar notaris paham mengenai substansi surat edaran Menteri Agraria / Tata Ruang tersebut.

Pemberian HGB bagi Persekutuan Komanditer (CV) menjadi permasalahan tersendiri dikalangan Notaris. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut, peran Notaris sebagai Pejabat umum pembuat akta autentik sangat diperlukan. Peran menurut Soerjono Soekanto, yakni aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibanya sesuai dengan kedudukannya, maka orang tersebut menjalankan suatu peranan. Terkait akta yang terkait dengan aturan dalam surat edaran, Notaris berperan untuk membuat akta tersebut berdasarkan hak dan kewajiban yang diperolehnya. Notaris merupakan Pejabat umum yang berwenang membuat akta autentik. Hak dan kewajiban seorang Notaris terkait pembuatan akta pendirian Persekutuan Komanditer telah tertuang didalam Pasal 15 ayat (1) UUJN terkait kewenangan seorang Notaris, yang berbunyi:

“Notaris berwenang membuat akta autentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta autentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.”

Jika dianalisis pada kata “dan/atau” didalam Pasal 15 ayat (1) UUJN, maka terdapat 3 (tiga) unsur Notaris dapat membuat suatu akta autentik. Pertama, apabila

15 Mulyoto, Legal Standing, Cakrawala Media, Yogyakarta, 2016, Hal 31

bentuk dari akta tersebut telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.

Kedua, apabila para pihak yang datang menghadap kepada Notaris serta mengkehendaki kepentingannya dinyatakan kedalam akta. Ketiga adalah perpaduan dari keduanya, yakni para pihak datang kepada Notaris dan menginginkan kepentingannya dituangkan kedalam akta, dimana akta tersebut mempunyai peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang bentuknya.

Berdasarkan analisis tersebut dapat dijelaskan bahwa meskipun Persekutuan Komanditer merupakan badan usaha, tapi dalam Surat Edaran ini dianggap sebagai entitas yang sama dengan Badan Hukum, Persekutuan Komanditer masih belum mempunyai peraturan perundang-undangan tersendiri yang belum ada pengaturan khusus mengenai aturan baku tentang Persekutuan Komanditer bisa mengajukan permohonan HGB. Notaris harus bisa mengkonstantir keinginan para sekutu agar Persekutuan Komanditer (CV) bisa memiliki aset HGB atas dasar permintaan para sekutu yang datang menghadap kepada Notaris.16

Hal ini berlandaskan pada asas Kebebasan Berkontrak yang merupakan tiang sistem hukum perdata, khususnya hukum perikatan yang diatur Buku III KUHPerdata. Dengan asas kebebasan berkontrak, orang dapat menciptakan jenis kontrak baru yang sebelumnya tidak dikenal di dalam perjanjian bernama dan isinya menyimpang dari kontrak bernama yang diatur oleh undang-undang, yakni Buku III KUHPerdata. kontrak tersebut dikenal sebagai kontrak tidak bernama.17 Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, juga mengakui asas kebebasan berkontrak dengan menyatakan bahwa semua perjanjian yang dimuat secara sah mengikat para pihak sebagai undang-undang. Kewenangan yang diberikan kepada Notaris oleh UUJN telah dipandang cukup sebagai landasan Notaris dalam membuat akta kesepakatan.

Namun dalam prakteknya tidak semua Notaris dapat membuat akta kesepakatan sekutu tersebut. Masih banyak Notaris yang tidak bisa mengimplementasikan surat edaran dan tidak bisa menuangkannya dalam bentuk akta.

Berdasarkan teori kewenangan serta teori tanggung jawab hukum, tugas Notaris adalah mengkonstantir hubungan hukum antara para pihak dalam bentuk tertulis dan format tertentu, sehingga menjadi suatu akta autentik. Ia adalah pembuat dokumen yang kuat dalam suatu proses hukum. Sehingga, apabila mengacu pada kewenangan Notaris yang terdapat dalam Pasal 15 UUJN, maka tugas Notaris bukanlah semata-mata membuat akta autentik saja, tetapi juga memberikan pengertian kepada masyarakat tentang hubungan hukum yang akan mereka lakukan.

16 Wawancara Ibu Mei Herlina, SH., Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Kabupaten Magetan, wawancara dilakukan pada tanggal 10 September 2019

17 Ridwan Khairandy, Hukum Kontrak Indonesia, Dalam Perspektif Perbandingan (Bagian Pertama), (Yogyakarta:FH UII Press, 2013), hlm. 87

2. Akta-Akta yang Dibuat Oleh Notaris Berdasarkan Implementasi Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Ruang No. 2/SE-HT.02.01/VI/2019 tentang Pemberian Hak Guna Bangunan untuk Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennotschap/CV)

Pada akhirnya, jika tetap menerapkan aturan dalam surat edaran, Notaris harus bisa berinovasi dalam membuat akta untuk memformulasikan keinginan para pihak.

Utamanya, Notaris harus memahami bahwa surat edaran dibuat agar Persekutuan Komanditer/CV bisa memiliki Hak Atas Tanah melalui sekutunya, bukan atas nama Persekutuan Komanditer/CV itu sendiri. Dalam pelaksanaan pemberian Hak Guna Bangunan untuk Persekutuan Komanditer/CV, Notaris harus membuat sejumlah akta keluar masuk sebagai sekutu dalam persekutuan.

Yang harus diimplementasikan oleh para Notaris untuk kepentingan masyarakat yang memintanya, berdasarkan wawancara dengan Notaris sebagai narasumber, akta-akta yang harus disiapkan antara lain ;

a. Akta Pendirian (baru) Persekutuan Komanditer dengan mencantumkan modal yang disetor oleh para pendiri.

b. Akta Perubahan Persekutuan Komanditer (CV) dengan mencantumkan modal yang disetor oleh para pendiri

c. Akta Kesepakatan Para Sekutu-Persekutuan Komanditer-SETUJU-dalam sertifikat Hak Guna Bangunan dicantumkan semua sekutu.

d. Akta Persetujuan dari Para Sekutu-Persekutuan Komanditer-SETUJU-Dalam sertifikat Hak Guna Bangunan tidak semua sekutu dicantumkan dalam sertifikat Hak Guna Bangunan.

e. Akta Pengembalian Modal Sekutu yang keluar dari Persekutuan karena dalam sertifikat Hak Guna Bangunan milik Persekutuan Komanditer tertulis nama sekutu yang keluar tersebut

f. Akta Masuk Sebagai Sekutu dan menyetorkan modal kepada persekutuan dan agar dalam sertifikat Hak Guna Bangunan Milik Persekutuan Komanditer tertulis nama sekutu yang masuk tersebut.

g. Akta Keluar Sebagai Sekutu tanpa memperoleh kompensasi dari persekutuan.

h. Akta Masuk Sebagai Sekutu tanpa menyetorkan modal ke dalam persekutuan.

(HBA – INC).

Berdasarkan wawancara dengan notaris terkait, akta-akta tersebut diatas cukup mewakili setiap perbuatan hukum yang dilakukan oleh para sekutu Persekutuan Komanditer. Karena belum ada standarisasi baku dalam pembuatan akta CV, setiap notaris memiliki redaksi sendiri sendiri, dan karena belum adanya aturan pelaksana terkait surat edaran yang diatur oleh pemerintah.

D. PENUTUP Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah, peran Notaris dalam pemberian HGB bagi CV mengacu pada Surat Edaran Menteri ATR dan berlandaskan pada asas Kebebasan Berkontrak dalam rangka pemberian hak guna bangunan untuk CV masih dirasakan beberapa kendala terkait keberadaan persekutuan komanditer itu sendiri. Apabila pesero aktif dan pasif dari suatu perseroan komanditer menginginkan untuk mengajukan permohonan hak maka akan lebih aman jika dilakukan peningkatan dari CV menjadi perseroan terbatas/PT. Selain itu memberikan kesempatan bagi para pesero untuk terbebas dari tanggung jawab hingga harta pribadi. Dalam kaitan pembahasan CV, sebaiknya perlu dilakukan agenda prioritas pembahasan Rancangan Undang-Undang yang mengatur badan usaha terutama CV agar memiliki payung hukum yang tegas.

Saran

Dengan belum adanya peraturan perundang-undangan yang menjadi payung hukum dalam mendirikan akta mengenai sekutu yang namanya dicatatkan dalam sertifikat HGB, banyak Notaris masih ragu. Penyuluhan hukum seharusnya diberikan agar Notaris paham mengenai substansi surat edaran Menteri Agraria / Tata Ruang tersebut.

Sebaiknya diadakan seminar atau simposium yang lebih mendalam serta memberikan masukan bagi pemerintah Indonesia untuk memberikan payung hukum yang tegas terhadap rancangan Undang-undang yang mengatur badan usaha terutama Persekutuan Komanditer (CV), serta yang berkaitan dengan standar Akta Badan Persekutuan Komanditer(CV). Sebab selama ini dalam prakteknya, masing-masing Notaris memiliki variasi sendiri-sendiri terhadap Akta (CV), tanpa petunjuk dan standarisasi. Hal ini menyebabkan, Notaris selaku pejabat umum mempunyai potensi yang rentan, karena dapat dikrimininalisasi baik Perdata maupun Pidana.

DAFTAR PUSTAKA Buku

Bambang Sunggono, 2002. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Habib Adjie, 2011. Hukum Notaris Indonesia Tafsir Telematik Terhadap Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Bandung:

PT. Refika Aditama

Henricus Subekti, 2018. Badan Usaha, Pengertian, Bentuk dan Tata Cara Pembuatan Akta- Aktanya,Cetakan II, Cakrawala,Yogyakarta.

H.U.Adil .Samadani. 2013. Dasar-Dasar Hukum Bisnis.Mitra Wacana Media. Jakarta.

Mulyoto, 2016 .Legal Standing, Cakrawala Media, Yogyakarta.

M.Yahya Harahap.2009. Hukum Perseroan Terbatas.Sinar Grafika.Jakarta.

Peter Mahmud Marzuki.2010. Penelitian Hukum, Kencana Persada Group, Jakarta, 2010.

Ridwan Khairandy, 2013 Hukum Kontrak Indonesia, Dalam Perspektif Perbandingan (Bagian Pertama).Yogyakarta: FH UII Press.

Ridwan Khairandy.2014. Hukum Perseroan Terbatas. FH UII Press. Yogyakarta.

Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. 1986 (Jakarta: Universitas Indonesia Pers,)

R.T.Sutantya R.Hadhikusuma, Dr.Sumantoro.1991. Pengertian Pokok Hukum Perusahaan.Raja Grafindo Persada.Jakarta.

Jurnal

Muhammad Algar, Peran Notaris dalam pembuatan Akta Pendirian Perkumpulan Berbadan Hukum, Jurnal Law Reform, Juni 2018

Ricco Survival Yubaidi, Analisis Yuridis Pemberian Hak Guna Bangunan Untuk Perseroan Komanditer, Artikel Hukum, 2019

Kadek Rima Anggen Suari I Nengah Suantra, Tanggung Jawab sekutu terhadap persekutuan komanditer yang mengalami pailit, Jurnal Law Reform Universitas Udayana, 2013

Peraturan Perundang-Undangan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang ;

Undang- undang Republik Indonesia Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria Tahun 1960;

Undang- Undang Nomor 2 tahun 2014 perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah;

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah;

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2018 Tentang Pendaftaran Persekutuan Komanditer, Persekutuan Firma, dan Persekutuan Perdata;

Surat Edaran Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2/SE-HT.02.01/VI/2019 tentang Pemberian Hak Guna Bangunan Untuk Persekutuan Komanditer (CV).

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITUR ATAS

Dalam dokumen Prosiding. Seminar Nasional dan Call For Paper (Halaman 193-200)

Dokumen terkait