• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

2.6 Keadaan Umum Daerah Penelitian 1 Letak dan Luas Wilayah

2.6.6 Keadaan Umum Perikanan Kota Ambon

Rumah tangga perikanan yang tercatat pada dinas kelautan dan perikanan Kota Ambon pada Tahun 2008 tidak mengalami perubahan yatiu tetap sebanyak 3.378 rumah tangga, namun jumlah perahu tanpa motor yang dimiliki

bertambah sebesar 62,87 % dari tahun sebelumnya, yaitu menjadi sebanyak 1.829 buah dari sebelumnya 1.123 buah.

Pada Tahun 2008, jumlah perahu/kapal penangkapan ikan di pusat pendaratan Kota Ambon tercatat 1834 buah, dibandingkan dengan Tahun 2007, terdapat peningkatan yang cukup berarti, yaitu sebesar 11,35 %. Produksi perikanan Tahun 2008 sebanyak 19.919,51 ton, dengan nilai produksi sebesar Rp 63.965.805.000. Produksi tersebut mengalami peningkatan drastis dari Tahun 2007, yaitu sebesar 83,21 %. Namun jika dilihat dari nilai produksinya, terlihat peningkatan yang dihasilkan sebesar 39,26 %. Berbeda dari tahun sebelumnya, pada Tahun 2008, produksi perikanan terbesar dihasilkan dari Kecamatan Nusaniwe yaitu sebesar 42,86 % dari total produksi Kota Ambon. Sementara produksi yang terendah dihasilkan dari Kecamatan Teluk Ambon sebesar 8,23 % dari total produksi.

(1) Potensi Sumberdaya Ikan Pelagis di Kota Ambon

Perairan Teluk Ambon Dalam (TAD) memiliki luas kurang lebih 11,03 km2, sedangkan perairan yang merupakan habitat sumberdaya ikan pelagis adalah seluas kurang lebih 9,387 km2. Jenis-jenis ikan pelagis yang umumnya dijumpai di perairan ini adalah ikan-ikan yang tergolong dalam kelompok jenis sumberdaya ikan pelagis kecil seperti ikan puri putih (Stolephorus indicus), puri merah (Stolephorus heterolobus), make (Sardinella spp.), lompa (Thrisina baelama), buarao (Selaroides sp.) dan lema/tatari (Rastrelliger kanagurta), sementara jenis-jenis ikan pelagis besar seperti cakalang (Katsuwonus pelamis) dan tatihu (Thunnus albacares) tidak dijumpai di perairan ini.

Perairan Teluk Ambon Luar (TAL) yang termasuk dalam wilayah Kota Ambon adalah seluas 98,78 km2. Terdapat lima jenis ikan yang mendominasi hasil tangkapan armada penangkapan (pukat cincin dan jaring insang hanyut) di perairan ini, yakni ikan momar (Decapterus spp.), kawalinya (Selar crumenopthalmus) ikan komu (Auxis thazard, Euthynnus affinis), dan lema (Rastrelliger spp.), sedangkan jenis-jenis ikan yang hadir tetapi dengan frekuensi dan kelimpahan yang rendah adalah ikan make (Sardinella spp.), ikan puri (Stolephorus spp.) dan paperek (Leiognatus spp.). Ikan momar dan kawalinya hadir sepanjang tahun, ikan komu umumnya hadir pada pertengahan musim Timur (Juni dan Juli) tapi kadang-kadang sangat melimpah pada awal hingga pertengahan musim Barat (November – Januari). Ikan lema lebih banyak berada pada perairan dekat pantai dan ditemukan sepanjang tahun, sedangkan ikan

make, ikan puri dan ikan paperek umumnya hadir pada musim Timur. Sama seperti di Teluk Ambon Bagian Dalam, di Teluk Ambon Luar juga jarang ditemukan ikan pelagis besar seperti cakalang dan tatihu.

Sumberdaya ikan pelagis yang terdapat di wilayah perairan Teluk Baguala hanyalah jenis-jenis dari kelompok sumberdaya pelagis kecil. Jenis ikan pelagis tersebut adalah ikan kawalinya (Selar crumenopthalmus), momar (Decapterus macrosoma, D. russelli.), make (Sardinella fimbriata, S. melanura.), komu (Auxis thazard), lema (Rastrelliger spp.), teri/puri (Stolephorus spp,

Encrasicholina spp).

Wilayah perairan Selatan Kota Ambon adalah perairan dengan sifat oseanis seluas 241,1 km2. Jenis-jenis ikan pelagis kecil yang dominan yang ditemukan di wilayah perairan ini adalah, ikan momar/layang (Decapterus spp.), kemudian diikuti oleh ikan kawalinya/selar (Selar crumenopthalmus) dan komu/tongkol (Auxis thazard), ikan terbang (Cypsilurus spp.) dan ikan tola (Elagatis spp.), selain itu jenis pelagis kecil bukan-ikan (non-ikan) yang dijumpai adalah cumi-cumi (Loligo spp.). Sumberdaya ikan pelagis besar yang umumnya terdapat di perairan Selatan Ambon adalah cakalang dan tatihu atau tuna.

Untuk mengetahui biomassa stok sumberdaya ikan pelagis kecil di perairan ini dalam skala waktu yang lebih luas, maka dilakukan kajian dengan pendekatan model Cadima, dengan asumsi dasar bahwa antara hasil tangkapan rata-rata per upaya penangkapan (CPUE) dengan biomassa stok memiliki hubungan linier, dan kematian alami sebesar 50 % pada populasi sumberdaya yang diestimasi. Hasil pendekatan dengan model tersebut diperoleh nilai kelimpahan sebesar 701,57 ton/tahun dengan nilai MSY sebesar 350,79 ton/tahun.

Pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil di perairan Teluk Ambon pada umumnya menggunakan alat pukat cincin mini (yang dominan), bagan, redi, dan jaring insang dasar, dengan tingkat pemanfaatan sebesar 181,68 ton/tahun. Hal ini menggambarkan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil di perairan ini baru mencapai 51,79 % dari nilai MSY. Dari nilai ini maka peluang peningkatan pemanfaatannya adalah sebesar 169,11 ton per tahun. Hasil survei dengan metode hidroakustik pada Musim Barat diperoleh nilai kepadatan rata-rata sumberdaya ikan pelagis kecil di perairan ini adalah sebesar 4,790 ton/km2 atau kelimpahannya sebesar kurang lebih 392 ton/bulan dengan nilai MSY sekitar 196 ton/bulan.

Pengusahaan sumberdaya ikan pelagis kecil di perairan Teluk Ambon Luar umumnya menggunakan alat-alat tangkap pukat cincin, jaring insang hanyut, pancing berangkai pancing tonda dan bagan, dengan produksi mencapai sekitar 158 ton/bulan. Hal ini berarti tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil di Teluk Ambon Luar yang termasuk dalam wilayah perairan Kota Ambon sudah mencapai 80,61%/bulan. Volume produksi didominasi oleh unit- unit pukat cincin (88,03 %, ≈ prosuksi12 unit pukat cincin) dari total produksi unit- unit penangkapan yang beroperasi di perairan ini. Unit-unit penangkapan pukat cincin dalam operasionalnya umumnya menggunakan rumpon sebagai alat bantu penangkapan dengan nilai catch per unit effort (CPUE) sebesar 450 kg.

Dari nilai tingkat pemanfaatan di atas, maka pengusahaan sumberdaya ikan pelagis kecil di Teluk Ambon Luar masih dapat dikembangkan. Untuk mencapai nilai MSY tersebut, maka dapat ditambah jumlah unit-unit penangkapan yang total produksinya kurang lebih sebesar 38 ton/bulan. Kepadatan sumberdaya ikan pelagis kecil di perairan ini adalah sebesar 0,434 ton/km2 dengan nilai kelimpahannya sebesar 24,196 ton/bulan atau nilai MSY sebesar 12,10 ton/bulan.

Pengusahaan sumberdaya ikan pelagis kecil di perairan Teluk Baguala umumnya menggunakan bagan (yang dominan), jaring insang hanyut, jaring insang lingkar (khusus untuk menangkap ikan lema), pancing tangan, pancing tonda dan tangguk, sebesar 5,32 ton/bulan. Hal ini berarti tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil telah mencapai 49,97 % dari nilai MSY. Dengan demikian, peluang pengembangan pemanfaatan sumberdaya pelagis kecil di perairan Teluk Baguala hanyalah sekitar 6,78 ton/bulan.

Kepadatan sumberdaya ikan pelagis kecil di perairan Selatan Kota Ambon adalah sebesar 4,1312 ton/km2 atau kelimpahannya sebesar kurang lebih 996,03 ton/bulan dengan nilai MSY sebesar 498,02 ton/bulan dan sumberdaya ikan pelagis besar di perairan ini adalah sebesar 2,574 ton/km2 atau kelimpahan sekitar 620,59 ton/bulan dengan nilai MSY sebesar 310,30 ton/bulan. Pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil di perairan Selatan Kota Ambon umumnya dengan menggunakan alat tangkap pukat cincin (yang dominan), jaring insang hanyut dan pancing berangkai adalah sebesar 53,459 ton/bulan atau 10,73 % dari nilai MSY. Intensitas penangkapan ikan pelagis kecil yang tinggi di perairan ini terjadi pada Musim Barat (Oktober–Maret) sedangkan yang rendah terjadi pada Musim Timur (April–September), karena kondisi laut

yang tidak memungkinkan untuk operasi penangkapan. Produksi sumberdaya pelagis kecil masih memiliki peluang pengembangan sekitar 444,561 ton/bulan lagi untuk mencapai nilai MSY di perairan ini. Pengusahaan sumberdaya ikan pelagis besar diperairan ini umumnya menggunakan huhate (pole and line) dan pancing tonda dengan produksi mencapai 127,113 ton/bulan atau 40, 96 % dari titik MSY. CPUE dari unit-unit huhate adalah sebesar 1.634 kg untuk cakalang dan 814 kg untuk tuna, sedangkan CPUE dari unit-unit pancing tonda sebesar 48,5 kg untuk ikan tuna dan 17, 13 kg untuk ikan cakalang. Produksi sumberdaya ikan pelagis besar di perairan Selatan Kota Ambon memiliki peluang peningkatan sekitar 161,702 ton/bulan lagi untuk mencapai nilai MSY sumberdaya ikan tersebut di perairan ini. Pengusahaan sumberdaya ikan pelagis besar di perairan ini dapat dilakukan sepanjang tahun.

(2) Potensi Sumberdaya Ikan Demersal di Kota Ambon

Luas perairan yang merupakan habitat sumberdaya ikan demersal di perairan Teluk Ambon Dalam adalah kurang lebih 5,965 km2. Spesies-spesies ikan demersal yang terdapat di perairan ini adalah ikan gurara (Lutjanus spp.), ikan bijinangka (Parupeneus spp.), ikan kapas-kapas (Gerres spp.), kerapu (Epinephelus spp.), gaca (Lethrinus spp.) dan lain-lain.

Luas perairan yang merupakan habitat sumberdaya ikan demersal di perairan Teluk Ambon Luar adalah kurang lebih 72, 69 km2. Spesies-spesies ikan demersal yang terdapat di perairan ini adalah ikan ikan bae (Etelis spp.) ikan silapa (Pristipomoides spp.) gurara (Lutjanus spp.), kerapu (Epinephelus spp.

dan Cephalopholis spp.), bijinangka (Parupeneus spp.), gaca (Lethrinus spp.) dan lain-lain.

Luas perairan yang merupakan habitat sumberdaya ikan demersal di perairan Teluk Baguala adalah kurang lebih 20, 731 km2. Spesies-spesies ikan demersal bernilai ekonomis penting yang terdapat di perairan ini adalah ikan silapa (Pristipomoides spp.), kakap merah (Lutjanus malabaricus) gurara (Lutjanus spp.), kerapu (Epinephelus spp., Cephalopholis spp. dan Variola sp.), bijinangka (Parupeneus spp.), gaca (Lutjanus sp.) dan lain-lain.

Luas perairan yang merupakan habitat sumberdaya ikan demersal di perairan Selatan Kota Ambon adalah kurang lebih 167,413 km2. Spesies- spesies ikan demersal terdiri dari ikan bae (Etelis spp.) ikan silapa (Pristipomoides spp.) gurara (Lutjanus spp.), kerapu (Epinephelus spp. dan

Cephalopholis spp.), bijinangka (Parupeneus spp), gaca (Lethrinus spp.) dan lainnya.

Estimasi kelimpahan sumberdaya ikan demersal di perairan Teluk Ambon Dalam hingga saat ini belum dilakukan. Pengusahaan sumberdaya ikan demersal di perairan ini umumnya dilakukan nelayan dengan menggunakan alat tangkap jaring insang dasar, bubu dan pancing, dengan tingkat pemanfaatan rata-rata sebesar 9,82 ton per bulan.

Nilai kelimpahan kelompok jenis sumberdaya ikan demersal di perairan TAL diduga sebesar kurang lebih 47,446 ton per bulan dengan nilai MSY sebesar 23,723 ton per bulan. Pengusahaan sumberdaya ikan demersal di perairan Teluk Ambon Luar umumnya dilakukan nelayan menggunakan alat tangkap pancing tegak dan jaring insang dasar, dengan tingkat pemanfaatan sebesar 11,490 ton per bulan atau 48,43 % dari nilai MSY-nya. Dengan demikian, peluang pemanfaatan kedepan untuk mencapai nilai MSY adalah sebesar 12, 233 ton per bulan.

Hasil estimasi diperoleh nilai kepadatan kelompok sumberdaya ikan demersal di perairan Teluk Baguala sebesar 0,614 ton/km2, atau nilai kelimpahan sebesar 12,734 ton per bulan dengan nilai MSY 6,367 ton per bulan. Pengusahaan sumberdaya ikan demersal di perairan ini umumnya dilakukan nelayan menggunakan alat tangkap pancing tegak, dengan tingkat pemanfaatan sebesar 4,5 ton per bulan atau 70,67 % dari nilai MSY-nya. Dengan demikian untuk mencapai nilai MSY tersebut masih memerlukan peningkatan produksi sebesar kurang lebih 1,867 ton per bulan lagi.

Nilai kepadatan sumberdaya ikan demersal di perairan Selatan Kota Ambon sebesar 1,076 ton/km2 atau kelimpahannya sebesar kurang lebih 180,071 ton per bulan dengan nilai MSY sebesar 90,036 ton per bulan. Pengusahaan sumberdaya ikan demersal di perairan Selatan Kota Ambon umumnya dilakukan nelayan menggunakan alat tangkap jaring insang dasar/lingkar dan pancing tangan, dengan tingkat pemanfaatan tergolong masih rendah yakni kurang lebih 10,059 ton per bulan atau 11,17 % dari nilai MSY.