• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumberdaya Pengelola LEPP M3 (Potensi Sumberdaya Manusia) (1) Pengembangan dan Ketrampilan Anggota

Kerjasama Inti Plasma

7.1 Kondisi Sumberdaya Kelembagaan Kemitraan 1 Pengembangan Visi PEMP

7.1.3 Sumberdaya Pengelola LEPP M3 (Potensi Sumberdaya Manusia) (1) Pengembangan dan Ketrampilan Anggota

Pengembangan dan ketrampilan anggota dari kepengurusan LEPP-M3 merupakan salah satu karakteristik sumberdaya yang termasuk dalam bagian analisis tentang sumberdaya manusia. Dalam kerangka kerja pengembangan kelembagaan dapat digambarkan dalam lima komponen kunci : (1) kemampuan/ ketrampilan, (2) partisipasi anggota dalam manajemen, (3) keahlian anggota, (4) pengembangan profesi dan (5) penilaian kinerja. Gambaran tentang sistem monitoring dan evaluasi dari organisasi LEPP-M3 diuraikan berdasarkan kondisi eksisting yang teridentifikasi menurut setiap komponen kuncinya.

Dalam organisasi LEPP-M3, telah adanya bagan organisasi. Biasanya suatu organisasi akan dilengkapi dengan bagan organisasi, yang secara tidak langsung memberikan gambaran tentang posisi dan jenis ketrampilan atau keahlian yang dimiliki oleh anggota organisasi dimaksud. Dalam perjalanannya, organisasi LEPP-M3 belum pernah mengupayakan kegiatan-kegiatan yang bersifat profesional untuk kepentingan pengembangan profesi anggota LEPP- M3. Di sisi lain, penilaian kinerja anggota pengurus LEPP-M3 juga belum dilakukan. Bila dicermati dengan baik, kondisi ini akan sangat menghambat upaya-upaya pengembangan organisasi LEPP-M3.

Dari hasil penilaian terhadap kelima komponen kunci yang terdapat dalam pengembangan ketrampilan anngota ini, ternyata masih berada pada tahapan permulaan. Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan kriteria untuk setiap tahapan progresif dari komponen kunci kemampuan/ketrampilan ternyata masih berada pada tahapan permulaan yakni ada bagan organisasi namun tidak menjelaskan berbagai fungsi yang harus diperankan oleh anggotanya dengan baik. Sementara komponen kunci partisipasi anggota dalam manajemen berada pada tahapan permulaan, yakni peran dan tanggung jawab anggota tidak jelas, dan sering saling menggantikan. Selanjutnya komponen kunci keahlian anggota berada pada tahapan permulaan, yakni anggota belum sepenuhnya mampu memenuhi tuntutan ketrampilan untuk posisi mereka, sedangkan komponen kunci pengembangan profesi berada pada tahapan permulaan, yakni tidak ada strategi dan praktek pengembangan anggota yang sengaja dibuat. Demikian pula komponen kunci penilaian kinerja juga masih berada pada tahapan permulaan, yakni tidak atau hampir tidak ada pengakuan untuk kinerja anggota.

(2) Keterwakilan Masyarakat Lokal

Keterwakilan kelompok masyarakat pemanfaat (KMP) secara bersama dengan pengembangan dan ketrampilan anggota kepengurusan LEPP-M3 merupakan karakteristik sumberdaya yang termasuk dalam bagian analisis tentang sumberdaya manusia. Dalam kerangka kerja pengembangan kelembagaan dapat digambarkan dalam tiga komponen kunci : (1) pengangkatan anggota lokal/jender, (2) komposisi anggota dan (3) komposisi dewan pembina. Gambaran tentang keterwakilan KMP diuraikan berdasarkan kondisi eksisting yang teridentifikasi menurut setiap komponen kuncinya.

Operasionalisasi organisasi LEPP-M3 sebagaimana disebutkan sebelumnya telah mengakomodasi keragaman seluruh KMP melalui pengangkatan tiap ketua kelompok sebagai pengurus dalam LEPP-M3. Di sisi lain, keanggotaan dewan pembina yang memang tidak terakomodasi karena otoritas dewan pembina berada di tangan dinas kelautan dan perikanan, sehingga nilai-nilai keragaman dan jender belum menjadi perhatian dalam operasionalisasi LEPP-M3 di Kota Ambon. Konsultan manajemen kota (KMK) dan tenaga pendamping desa (TPD) yang berperan dalam melakukan pendampingan terhadap kelompok masyarakat pemanfaat (KMP), dalam pengrekrutannnya belum dapat mengakomodir keterwakilan masyarakat lokal yang sebenarnya lebih memahami kondisi wilayahnya dan lebih mengenal karakteristik masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian maka kriteria untuk setiap tahapan progresif dari komponen kunci pengangkatan anggota lokal/jender masih berada pada tahapan permulaan, yakni organisasi tidak tertarik pada keragaman atau hampir tidak memilki kesadaran mengenai pentingnya keragaman. Demikian halnya dengan komponen kunci komposisi anggota juga masih berada pada tahapan

permulaan, yakni keterwakilan perempuan dan warga lokal dalam anggota sangat rendah. Sementara komponen kunci komposisi dewan pembina juga masih berada pada tahapan permulaan, yakni keterwakilan perempuan dan warga lokal pada komposisi dewan pembina belum ada.

7.1. 4 Sumberdaya Keuangan LEPP- M3

Satu-satunya karakteristik dalam sumberdaya keuangan LEPP-M3 ialah pengelola keuangan. Dalam kerangka kerja pengembangan kelembagaan dapat digambarkan dalam tujuh komponen kuncinya, masing-masing : (1) anggaran

digunakan sebagai alat manajemen, (2) kesehatan keuangan, (3) transparansi keuangan, (4) pendendalian kas, (5) audit, (6) penghimpunan dana dan (7) kesanggupan keuangan. Gambaran tentang pengelola keuangan dari organisasi LEPP-M3 diuraikan berdasarkan kondisi eksisting yang teridentifikasi menurut setiap komponen kuncinya.

Sumberdaya keuangan LEPP-M3 umumnya berasal dari DEP, sebagian kecil berasal dari hasil pengelolaan LEPP-M3 sebagai pendapatan organisasi. Walaupun perencanaan anggaran tidak ada, namun alokasi dana untuk setiap kegiatan disesuaikan dengan ketersediaan dana. Sering juga ditemukan adanya kekurangan dana yang digunakan untuk setiap kegiatan. Dan penggunaan dana yang dimiliki sama sekali tidak diperuntukan untuk kepentingan manajemen organisasi.

Tidak adanya pengelola keuangan secara resmi, menyebabkan penggunaan keuangan tidak disertai dengan pencatatan yang baik. Sistem penanganan keuangan yang belum profesional menyebabkan tidak adanya pemberitahuan penggunaan keuangan bagi KMP. Sedangkan informasi keuangan umumnya hanya terbatas pada internal pengurus LEPP-M3. Hal ini juga yang menyebabkan tidak ada pencatatan masuk-keluarnya dana secara baik, apalagi kegiatan audit keuangan di tingkat LEPP-M3 belum dilakukan.

Sumber-sumber penerimaan keuangan pada organisasi LEPP-M3 di Kota Ambon, berasal dari pendapatan organisasi berupa dana DEP. Sumber-sumber keuangan yang kurang variatif ini secara riil dapat mengakomodasi kegiatan- kegiatan LEPP-M3 yang bersifat jangka pendek atau yang bersifat insidentil.

Berdasarkan kriteria untuk setiap tahapan progresif dari komponen kunci pada sumberdaya keuangan tersebut, ternyata tiga komponen kuncinya masing- masing, anggaran digunakan sebagai alat manajemen berada pada tahapan

perkembangan, yakni anggaran dikembangkan untuk kegiatan, tapi pengeluaran sering lebih atau kurang hingga 20%. Komponen kunci penghimpunan berada pada tahapan perkembangan, yakni hingga 5% dari biaya operasional tidak terbatas berasal dari penghasilan organisasi, pemberi yang diperbolehkan, dan

fee yang didapatkan organisasi. Komponen kunci kesanggupan keuangan juga berada pada tahapan perkembangan, yakni pendanaan tersedia untuk membiayai biaya-biaya kegiatan jangka pendek.

Sementara ketiga komponen kunci lainnya lainya yaitu kesehatan keuangan berada pada tahapan permulaan, yakni catatan keuangan tidak

lengkap dan sulit dipahami, komponen kunci transparansi keuangan berada pada tahapan permulaan, yakni dari segi transparansi manajemen masyarakat pengguna sumberdaya perikanan tidak mengetahui penghasilan organisasi, meraca keuangan, operasi dan badan pengelola, dan komponen kunci pengendalian kas juga masih berada pada tahapan permulaan, yakni tidak ada prosedur yang jelas untuk pembayaran dan penerima uang serta komponen kunci audit juga masih berada pada tahapan permulaan, yakni audit tidak dilaksanakan.