• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN KEMITRAAN

4. LEPP-M3 Property right :

5.2.2 Organisasi Pelaksana

Struktur organisasi pelaksana program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP) mengacu pada struktur organisasi yang diatur berdasarkan aturan departemen kelautan dan perikanan. Proses kerjasama kemitraan yang terbangun dengan kelompok masyarakat pemanfaat (KMP) di Kota Ambon dilakukan oleh konsultan manajemen (KM) yang diangkat oleh dinas kelautan dan perikanan Kota Ambon dan mereka bertugas menyeleksi setiap peserta. Keputusan untuk melakukan kerjasama kemitraan tetap harus mendapat persetujuan dari dinas kelautan dan perikanan Kota Ambon. Struktur organisasi program PEMP dilihat pada Gambar 8.

Sruktur organisasi yang disajikan pada Gambar 8, memperlihatkan bahwa ada 3 (tiga) kelompok yang terlibat di dalamnya yakni ;1) pemerintah yang terdiri dari dinas kelautan dan perikanan, 2) konsultan manajemen kota yang termasuk di dalamnya tenaga pendamping desa (TPD) yang berfungsi mendampingi pelaksanaan program PEMP, 3) lembaga ekonomi masyarakat yang terdiri atas KMP dan LEPP. Upaya untuk menciptakan jaringan kemitraan tersebut difasilitas dengan mempertemukan antara semua actor terkait dalam pembangunan dan pengembangan ekonomi masyarakat pesisir yaitu dari unsur masyarakat, pihak swasta dan pihak aparat pemerintah daerah.

Dari struktur organisasi program PEMP tersebut, terlihat bahwa LEPP-M3 adalah merupakan lembaga ekonomi yang dibentuk di Kota Ambon, yang bertugas mengkoordinir kegiatan KMP dalam rangka pengembangan modal

usaha. Kepengurusan LEPP-M3 terdiri dari wakil-wakil KMP desa dengan struktur yang disesuaikan dengan kebutuhan.

Gambar. 8. Struktur organisasi program PEMP Keterangan : = Garis Komando

= Garis Koordinasi = Garis Kerjasama = Garis Pendampingan

Pembentukan LEPP-M3 difasilitasi oleh dinas kelautan dan perikanan Kota Ambon, dan konsultan manajemen serta camat. LEPP-M3 yang terbentuk di kecamatan Nusaniwe di beri nama “TAGALAYA”, sedangkan pada Kecamatan Sirimau dan Baguala diberi nama “BASUDARA” dengan struktur organisasinya seperti tertera pada Gambar 9.

Instansi Terkait Departemen Kelautan & Perikanan

Dinas Propinsi

BAPPEDA Dinas Kab/Kota KM Kab/Kota

Camat Wakil KMP desa LEPP Profesional Mitra Pengembangan o Pengusaha o Lembaga Keuangan o Perguruan Tinggi Mitra desa o Aparat Desa o Tokoh Masyarakat Adat/Agama o PPL Diskan KMP Desa A KMP Desa B Pendampingan TPD KMP A1 KMP A2 KMPA3 KMPA…. KMP B1 KMP B2 KMP B3 KMP B….

Gambar

Gambar 9. Struktur organisasi LEPP-M3 Kota Ambon

Secara umum LEPP-M3 mempunyai peran untuk memberikan dukungan operasional kepada mitra desa dan kelompok masyarakat pemanfaat (KMP). Sedangkan fungsi LEPP-M3 adalah mengelola keuangan PEMP di tingkat kecamatan, mengkoordinir aktivitas mitra desa dan KMP serta mengkoordinasikan berbagai kemitraan dengan dibantu oleh konsultan manajemen.

Struktur kelembagaan kelompok masyarakat pemanfaat (KMP) disusun secara sederhana dan diatur sepenuhnya oleh anggota yang tergabung dalam kelompok, kemudian dibina oleh LEPP-M3. Bagan struktur organisasinya seperti terdapat pada Gambar 10. LEPP-M3 berperan dalam menyalurkan modal untuk kelompok masyarakat pemanfaat dalam bentuk dana ekonomi produktif yang penyalurannya diatur berdasarkan ketentuan yang berlaku. Pembiayaan yang dilakukan dalam bentuk kredit modal kerja dan kredit investasi.

Pembina Rapat Anggota

Pengurus Pengawas

KET WKL SKR WASEK BEND KET SEK ANG

Manager

Karyawan

Anggota

= Garis Koordinasi = Garis Komando

= Garis Pembinaan dan Pengawasan = Garis Pelayanan

= Garis Pengawasan Keterangan :

Gambar 10. Struktur organisasi kelompok masyarakat pemanfaat

Ketua kelompok menjalankan fungsi pengawasan koordinasi. Untuk memudahkan koordinasi, meningkatkan pola hidup kerjasama, memudahkan proses monitoring dan menguatkan posisi tawar nelayan dalam kompetisi pasar, maka nelayan dikelompokkan dalam KMP dan diketuai oleh salah seorang nelayan yang diangkat atas kesepakatan seluruh anggota kelompok.

Pendampingan dilakukan kepada nelayan mitra oleh konsultan manajemen kota (KMK) dan tenaga pendamping desa (TPD). LEPP-M3 dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang besar baik oleh kelompok masyarakat pemanfaat (KMP) maupun LEPP-M3 sendiri, maka kelompok diberdayakan dengan cara bekerjasama dengan lembaga terkait untuk melatih kemampuan tangkap yang menghasilkan ikan dengan mutu ekspor dalam jumlah maksimal, mencari alternatif pasar yang mampu membeli ikan dengan harga bersaing serta mengajak nelayan untuk mampu mengelola pendapatan guna peningkatan kesejahteraannya.

Gibson (1997) mengatakan bahwa struktur organisasi merupakan pola formal kegiatan dan hubungan di antara berbagai subunit dalam organisasi. Dua aspek penting dari struktur organisasi adalah desain pekerjaan dan desain organisasi. Desain pekerjaan mengacu pada proses yang digunakan para pemimpin atau manejer untuk merinci isi, metode dan hubungan setiap pekerjaan untuk memenuhi tuntunan organisasi dan individu. Sedangkan desain organisasi menunjukkan keseluruhan struktur organisasi.

KMP KMP A2 Ketua Kelompok Anggota 1, 2,…… KMP A1 Ketua Kelompok Anggota 1, 2 ……… KMP A………

Untuk dapat bekerja secara efektif dalam organisasi, maka seorang pemimpin atau manejer harus memiliki pemahaman yang jelas tentang struktur organisasi. Dengan memandang suatu bagan organisasi, kita hanya bisa melihat suatu susunan posisi, tugas-tugas pekerjaan dan garis wewenang dari bagian- bagian dalam organisasi. Akan tetapi struktur organisasi lebih rumit daripada yang digambarkan dalam bagan tersebut.

Struktur organisasi menggambarkan bagaimana organisasi itu mengatur dirinya sendiri, bagaimana mengatur hubungan antar orang dan antar kelompok. Setiawan (2003) mengatakan bahwa struktur organisasi adalah suatu keputusan yang diambil oleh organisasi itu sendiri berdasarkan situasi, kondisi dan kebutuhan organisasi. Struktur organisasi berbeda antara organisasi yang satu dengan organisasi lainnya karena situasinya berbeda. Struktur organsiai ada kaitannya dengan tujuan, sebab struktur organisasi adalah cara organisasi itu mengatur dirinya untuk bisa mencapai tujuan yang ingin dicapainya.

Mencermati kondisi yang terjadi di lapangan terhadap struktur organisasi kemitraan, sebernarnya secara konsep telah sesuai dengan kaidah organisasi. Namun dalam implementasinya belum dapat berfungsi sesuai tugas dan peran dari masing-masing bagian yang terlibat dalam struktur tersebut. Hal ini berakibat pada tidak efisiennya keterlibatan berbagai pihak dalam pelaksanaan program PEMP tersebut, bahkan status dalam organisasi tersebut hanya bersifat simbolistis. Dari hasil wawancara terhadap mitra desa misalnya, didapatkan bahwa mereka tidak pernah terlibat dalam pendampingan terhadap kelompok masyarakat pemanfaat (KMP), walaupun secara struktur organisasi mereka berperan sebagai pendamping. Demikian halnya dengan instansi terkait, belum sepenuhnya bertanggungjawab dan rasa memiliki serta mengambil bagian dalam proses koordinasi terhadap kelancaran kemitraan melalui program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir tersebut.

Selain itu, dari struktur yang dianalisis belum sepenuhnya memberikan kesempatan atau akses kepada kelompok masyarakat pemanfaat (KMP) untuk melakukan relasi langsung dengan instansi atau lembaga dalam proses penguatan kelembagaan kemitraan tersebut. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa semua kegiatan dari KMP hanya diperankan oleh ketua kelompok. Anggota KMP hanya mengandalkan faktor kepercayaan kepada ketua kelompok, padahal mekanisme seperti ini tidak sepenuhnya bisa diandalkan dalam memperkuat bargaining position dalam memberdayakan usahanya.