Retno Widhiastuti
Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara email: biologi@fmipa.usu.ac.id; retnows2002@yahoo.com
ABSTRAK
Letusan Gunung Sinabung tahun 2010 telah mengakibatkan berbagai kerusakan fisik dan perubahan vegetasi di kawasan hutan Gunung Sinabung, terutama pada zona pegunungan atas hingga puncak. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi keanekaragaman jenis vegetasi Spermatophyta di zona pegunungan atas hutan Gunung Sinabung. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan April 2012. Eksplorasi vegetasi menggunakan metode jalur dengan lebar 2 m dan panjangnya sepanjnag jalur pendakian dari ketinggian 1.850 sampai dengan 2.150 m dpl. Jenis vegetasi yang ditemukan pada zona pegunungan atas sebanyak 67 jenis dari 35 famili, dengan jenis terbanyak dari famili Ericaceae (13 jenis) dan Orchidaceae (6 jenis). Ditemukan juga dua jenis vegetasi yang dilindungi menurut PPRI No.7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, yaitu Nephentesgymnomphora dan N. spectabilis.
Kata kunci : vegetasi bawah, Spermatophyta, Gunung Sinabung, pasca letusan
PENDAHULUAN
Gunung Sinabung merupakan gunung tertinggi di Sumatera Utara dengan ketinggian 2.451 m di atas permukaan laut. Secara administratif hutan Gunung Sinabung terletak di desa Kuta Gugung, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Hutan Gunung Sinabung dikenal secara lokal, nasional, maupun internasional sebagai kawasan ekowisata yang banyak dikunjungi oleh pencinta alam.
Akibat adanya peristiwa letusan Gunung Sinabung yang terjadi pada tahun 2010, telah mengakibatkan perubahan yang sangat drastis pada kondisi lingkungan maupun ekosistem yang menyebabkan kawasan hutan tersebut berbeda dengan kondisi awalnya. Perubahan kawasan hutan tersebut terutama pada vegetasi zona pegunungan atas hutan Gunung Sinabung.
Penelitian tentang biodiversitas hutan gunung Sinabung sebelum terjadi letusan telah dilakukan. Dari hasil penelitian Hibah Fundamental yang dilakukan oleh Widhiastuti dan Aththorick pada tahun 2007 dan 2008, menyatakan bahwa jenis-jenis pohon dari famili Fagaceae, Myrtaceae, Hammamelidiaceae dan Theaceae merupakan jenis-jenis pohon yang mendominasi, dan jenis tumbuhan bawah yang dilakukan oleh Siregar (2005) ditemukan 224 jenis tumbuhan bawah yang termasuk dalam 77 famili.
Zona pegunungan atas hutan Gunung Sinabung yang diteliti pada ketinggian 1.850 m dpl sampai dengan 2.150 m dpl di jalur pendakian ekowisata. Penelitian ini bertujuan menginventarisasi keanekaragaman jenis-jenis vegetasi Spermatophyta di zona pegunungan atas hutan Gunung Sinabung.
BAHAN DAN METODA
Eksplorasi vegetasi menggunakan metode jalur menurut Kusmana (1997) dengan lebar 2 m dan panjangnya sepanjang jalur pendakian dari ketinggian 1.850 m sampai dengan 2.150 m dpl. Setelah itu, semua vegetasi bawah Spermatophyta yang masuk ke dalam jalur dicatat nama daerahnya. Untuk mengetahui jenis-jeni vegetasi bawah Spermatophyta, sebelum diidentifikasi diperlukan pembuatan herbarium. Pembuatan herbarium dilakukan terhadap semua jenis vegetasi bawah Spermatophyta yang ditemukan di areal pengamatan. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pembuatan herbarium tersebut adalah :
a) Mengambil contoh herbarium dengan menggunakan gunting daun.
b) Contoh herbarium dimasukkan ke dalam kertas koran dengan memberikan label yang berukuran 3 cm x 5 cm. Label berisi keterangan tentang nomor jenis, nama lokal, lokasi pengumpulan dan nama pengumpul/kolektor,.
c) Selanjutnya beberapa herbarium disusun diatas sasak yang terbuat dari kayu dan disemprot atau direndam dengan alkohol 70%.
d) Herbarium dioven pada 50 o -70oC.
e) Herbarium yang sudah kering lengkap dengan keterangan-keterangan yang diperlukan diidentifikasi untuk mendapatkan nama ilmiahnya.
Identifikasi dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan FMIPA Universitas Sumatera Utara dengan bantuan buku-buku sebagai berikut : Malayan Wild Flowers Dicotyledon (Henderson, 1959), Tree Flora of Malaya. A Manual for Foresters Volume 1 (Whitmore, 1972), Tree Flora of Malaya. A Manual for Foresters Volume 2 (Whitmore, 1973), Latihan Mengenal Pohon Hutan : Kunci Identifikasi dan Fakta Jenis (Sutarno & Soedarsono, 1997), Malesian Seed Plants Volume 1 –
Spot-Characters An Aid for Identification of Families and Genera. (Balgooy, 1997), Malesian Seed Plants Volume 2 – Portraits of Tree Families (Balgooy, 1998), Flora ( Dr. C. G. G. J. Van Steenis, 1987), dan Plant Classification. (Berson , 1957).
Dilakukan juga inventarisai vegetasi yang dilindungi yang mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian keanekaragaman vegetasi bawah Spermatophyta di zona pengunungan atas hutan Gunung Sinabung ditemukan 67 jenis dari 35 famili, dengan jenis terbanyak dari famili Ericaceae (13 jenis) dan Orchidaceae (6 jenis). Data tersebut dapat diliht pada Tabel 1.
Tabel 1. Keanekaragaman vegetasi bawah Spermatophyta di zona pengunungan atas hutan Gunung Sinabung
No. Famili Jenis
1. Apiaceae Hydrocotyleasiatica
2. Apocynaceae Alyxia oleiofolia
3. Araliaceae Dendropanax maingayii
4. Arecaceae Pinanga sp.
5. Plectocomia griffithii
6. Asteraceae Ainslaea latifolia
7. Balsaminaceae Impatiens oncodioides
8. Campanulaceae Lobelia Montana
9. Capprifoliaceae Viburnum sambucinum
10. Cucurbitaceae Melothria sp.
11. Cyperaceae Tetraria borneensis
12. Gahnia javanica
13. Elaeocarpaceae Elaeocarpus leptomischus
14. Ericaceae Diplocosia elliptica
15. D. heteriphylla 16. D. resea 17. D. tetromera 18. Gaultheria abbroviata 19. G. mummularoides 20. Rhododendron acuminatum 21. R. fenschiallum 22. R. javanicum 23. R. retursum 24. Vaccinium sp. 25. V. korinchense 26. V. retivenum
27. Gentianaceae Villarsia aurantica
28. Gesneriaceae Agalmyla staminea
No. Famili Jenis
30. Graminae Isachne confuse
31. I. pangrangensis
32. Loganiaceae Fragrarea auriculata
33. Melastomaceae Melastoma malabathricum
34. M. speciosa
35. Myrsinaceae Ardisia nagelii
36. Embelia boorneensis
37. Myrtaceae Rhodamnia cinera
38. Nephentaceae Nephentes gymnomphora
39. N. spectabilis
40. Orchidaceae Appendicula ramose
41. Coelogyne swaniana
42. Dendrobium lepidum
43. D. paniferum
44. Hetaeria ophirensis
45. Spathoglotis plicata
46. Pandanaceae Freycinetia inbricata
47. Pandanus tectorius
48. Piperaceae Piper cubeba
49. Rosaceae Micromeles corymbifera
50. Rubiaceae Argostema involucratum
51. Hedyotis capitellata
52. H. congesta
53. Geophila humifusa
54. Schissandraceae Kadsura sp.
55. Schropulariaceae Didymocarpus malayana
56. Sellaginelaceae Sellaginella sp.
57. Smilacaceae Smilax leucophyla
58. S. macrocarpa
59. Theaceae Eurya nitida
60. E. obovata
61. Gordonia nombricata
62. Urticaceae Pauzolzia vimunea
63. Violaceae Viola pilosa
64. Vitaceae Vitis trifolia
65. Vitariaceae Vitaria ensiformis
66. Zingiberaceae Alpinia hookeriana
67. Hornstedtia scyphifera
Banyaknya jenis dari famili Ericaceae yang ditemukan di lokasi penelitian hingga 13 jenis
(Diplocosia elliptica, D. heteriphylla, D. resea, D. tetromera, Gaultheria abbroviata, G. mummularoides, Rhododendron acuminatum, R. fenschiallum, R. javanicum, R. retursum R. retursum, Vaccinium sp., V. korinchense, dan V. retivenum), dikarenakan vegetasi tersebut yang dapat
beradaptasi dengan lingkungan hutan pegunungan atas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Susantyo (2011) di hutan pegunungan atas Gunung Merapi juga banyak ditemukan jenis-jenis dari famili
Erycaceae yang didominasi oleh Rhododendron javanicum Benn, dan Vaccinium varingfolium Miq.
Damanik, et al (1992) juga menyatakan pegunungan atas ditandai oleh famili Ericaceae,
Hasil penelitian juga menunjukan bahwa vegetasi bawah pada zona pegunungan atas hutan Gunung Sinabung yang ditemukan kebanyakan merupakan jenis-jenis vegetasi anakan pohon. Hal tersebut mungkin karena letusan Gunung Sinabung tahun 2010 memberi pengaruh percepatan dormansi dari biji-biji pohon sehingga tumbuh semai-semai baru.
Makin ke atas di zona pegunungan atas hutan Gunung Sinabung, vegetasi yang banyak tumbuh berhabitus herba, semak dan perdu. Hal tersebut banyak faktor yang mempengaruhinya. Seperti yang dikemukakan oleh Marsono (1991), ada beberapa fakor yang menentukan suatu jenis habitus
tumbuhan ditemukan di suatu tempat, seperti : flora setempat, habitat (iklim, tanah, dan lain-lain), waktu dan kesempatan. Pada umumnya pertumbuhan tumbuhan bawah (herba, semak, perdu) sangat bergantung pada sinar matahari. Karena semakin banyak cahaya matahari yang menembus lantai hutan, maka akan memacu pertumbuhan vegetasi tumbuhan bawah. Menurut Rifai (1993) di tempat- tempat yang tidak ternaungi akan banyak ditemukan suku Melastomaceae, Graminiae dan Asteraceae.
Pada lokasi penelitian ditemukan dua jenis vegetasi yang dilindungi menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesi Nomor. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, yaitu Nephentes gymnomphora dan N. spectabilis. Jenis-jenis Nephentes merupakan jenis
bioindikator yang menunjukkan habitat tersebut miskin akan hara nitrogen. Sejalan dengan ketinggian tempat, selain suhu yang makin rendah di zona pegunungan atas, juga makin rendah pHnya, dan makin miskin unsur hara tanahnya. Sehingga hanya vegetasi tertentu saja yang dapat tumbuh.
Adanya vegetasi yang dilindungi tersebut perlu upaya pelestarian dari pihak terkait seperti : Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Kementrian Kehutanan, Dinas Kehutanan dan Dinas Pariwisata setempat, tokoh masyarakat dan masyarakat setempat, maupun seluruh masyarakat pencinta alam yang memanfaatkan Gunung Sinabung sebagai objek ekowisata.
Ucapan terima kasih
Terima kasih penulis sampaikan kepada Dirjen DIKTI Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Ketua Lembaga Penelitian Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dana penelitian melalui Skim Penelitian Hibah Bersaing tahun anggaran 2012. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua mahasiswa S1 maupun S2 Biologi yang tergabung dalam penelitian studi vegetasi hutan Gunung Sinabung pasca letusan tahun 2010.
DAFTAR PUSTAKA
Balgooy, M.M.J.V. 1997. Malasian Seed Plants. Volume 1 – Spot-Characters An Aid for
Identification of Families and Genera. Rijsherbarium/Hortus Botanicus. Leiden.
Damanik, J.S; J. Anwar, N.Hisyam dan A. Whitten. 1992. Ekologi Ekosistem Sumatera. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Henderson, M.R. 1959. Malayan Wild Flower Dicotyledon.Caxton Press Ltd. Kualalumpur.
Henderson, M.R. 1959. Malayan Wild Flower Monocotyledon.Caxton Press Ltd. Kualalumpur.
Kusmana. C. 1997. Metode Survey Vegetasi. Penerbit Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Marsono, D. 1991. Potensi dan Kondisi Hutan Hujan Tropika Basah di Indonesia. Buletin Instiper Volume 2. No. 2. Institut Pertanian STIPER. Yogyakarta.
Phil, F.S.P. Ng. D. 1978. Tree Flora of Malaya. A Manual for Foresters. Volume Three. Longman Group Limited. London.
Rifai. A.M. 1993. Peri Kehidupan alam Sepanjang Jalan Pegunungan. Panitia Program Nasional
UNESCO – MAB Indonesia. Jakarta.
Susantyo, J.M. 2011. Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi. Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor.
Van Steenis. C.G.G.J. 1987. Flora Untuk Sekolah di Indonesia. Penerbit PT. Pradya Paramita. Jakarta. Whitmore, T. C. 1972. Tree Flora of Malaya. A Manual for Foresters. Volume One. Edition-1.