• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam dokumen Prosiding Seminar Nasional Biologi USU 2012 (Halaman 30-34)

ISOLASI SENYAWA STEROID/ TRITERPENOID DARI EKSTRAK N-HEKSAN TERIPANG ( Stichopus horrens ) DARI PERAIRAN PANTAI SIBOLGA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil identifikasi yang telah dilakukan oleh Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI, Jakarta terhadap hewan laut yang diteliti adalah hewan teripang filum Echinodermata, kelas Holothuroidea, jenis Stichopus horrens. Hasil pemeriksaan makroskopik teripang yang segar yaitu panjang 7-16 cm,

lebar 2-4 cm, berwarna hitam, bentuknya bulat panjang seperti timun dan berbau spesifik. Hasil makroskopik simplisia adalah simplisia yang berwarna hitam, berbau amis dan berkerut. Tujuan karakterisasi dilakukan yaitu untuk mengetahui karakter/ciri-ciri dari sampel yang digunakan apakah memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan.

Gambar: 1. Teripang segar Stichopus horrens 2..Simplisia teripang Stichopus horrens

Tabel 1. Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia

No Penetapan Kadar (%)

1 Kadar sari yang larut dalam air 12,05

2 Kadar sari yang larut dalam etanol 9,18

3 Kadar abu total 8,82

4 Kadar abu tidak larut asam 0,21

5 Kadar air 9,28

Hal ini menunjukkan bahwa hasil pemeriksaaan karakterisasi simplisia Stichopus horrens

sesuai dengan persyaratan mutu simplisia dan standar mutu teripang kering, dimana kadar air simplisia tidak boleh lebih dari 10%, sedangkan menurut standar mutu teripang kering (SPI-kan /02/29/1987) sesuai dengan surat Keputusan Menteri Pertanian No.701/Kpts/TP>830/10/1987 yaitu kadar air maksimum 20% dan kadar abu tidak larut asam maksimum 7% (Ditjen POM, 1995 ; Martoyo, 2006). Ekstraksi dilakukan secara perkolasi menggunakan pelarut n-heksan, diperoleh ekstrak kental n-heksan sebanyak 2,63 g

Ekstrak kental n-heksan dianalisis secara KLT dengan fase gerak yang baik adalah n-heksan - etilasetat perbandingan (80:20) karena menghasilkan pemisahan bercak yang baik setelah dicoba dengan beberapa perbandingan, .bercak yang diperoleh tiga berwarna coklat, dua berwarna ungu, satu berwarna merah ungu dan satu berwarna hijau.

Gambar 2. Kromatogram hasil KLT ekstrak n-heksana teripangStichopus horrens Keterangan: Fase

diam silika gel GF254, fase gerak n-heksan – etilasetat (80:20), penampak bercak Liebermann - Burchard, h = hijau, u = ungu, mu = merah ungu, c = coklat, tp = titik penotolan, bp = batas pengembangan

Selanjutnya senyawa-senyawa yang terdapat pada ekstrak kental n-heksan dipisahkan secara kromatografi cair vakum berdasarkan kepolarannya menggunakan pelarut landaian n-heksan - etilasetat dengan kepolaran yang semakin meningkat dan fase diam silika gel 60 H. Hasil fraksi-fraksi yang diperoleh, dilakukan KLT sebagai fase gerak n-heksan - etilasetat (80:20) dengan penampak bercak Liebermann-Burchard. Jumlah fraksi yang diperoleh adalah 11 fraksi, yang mempunyai pola kromatogram yang sama digabung menjadi satu fraksi. F1 (fraksi 1), F2 (fraksi 2 dan fraksi 3), F3 (fraksi 4 dan fraksi 5) dan F4 (fraksi 6,7,8,9 dan 10) dan fraksi 11 tidak menunjukkan adanya noda. Dari 11 fraksi digabung menjadi 4 fraksi yaitu F1, F2, F3 dan F4. Pada fraksi F3 terdapat empat noda dan noda berwarna ungu yang paling banyak dibandingkan fraksi yang lain yaitu ada tiga noda berwarna ungu dan satu noda berwarna kuning coklat dengan Rf 1= 0,18; Rf 2 = 0,26; Rf 3 = 0,41; Rf 4 = 0,52.

Gambar 3: Kromatogram analisis KLT hasil KCV dari ekstrak n-heksan Stichopus horrens

Keterangan: Fase diam silika gel GF 254, fase gerak n-heksana - etilasetat (80:20), penampak bercak liebermann-burchard, h = hijau, u = ungu, kc = kuning coklat, kh = kuning hijau, tp = titik penotolan, bp = batas pengembangan.

Terhadap fraksi F3 dilakukan KLT Preparatif , fase gerak n-heksan - etilasetat (80:20) dan sebagai penampak bercak Liebermann-Burchard, hasil menunjukkan 4 pita, masing-masing pita dikerok secara terpisah kemudian dilarut kan dalam metanol dan didiamkan selama 24 jam lalu disaring ,diuapkan. Masing-masing isolat tersebut adalah isolat A1 diperoleh kristal berbentuk jarum sebanyak 14 mg, hasil kromatografi lapis tipis isolat A1 dengan fase gerak n-heksan - etilasetat

(80:20) diperoleh satu bercak ungu setelah disemprot dengan penampak bercak Liebermann- Burchard. Dari isolat A2 diperoleh kristal berbentuk jarum sebanyak 15 mg, diperoleh dua bercak berwarna ungu dan coklat. Dari isolat A3 diperoleh kristal berbentuk jarum sebanyak 14 mg, diperoleh dua bercak noda berwarna ungu dan coklat dan dari isolat A4 diperoleh kristal berbentuk jarum sebanyak 13 mg, diperoleh satu bercak noda berwarna ungu. Isolat yang dianalisis adalah isolat A4 karena hasil kromatogramnya terdapat satu bercak noda.

Uji kemurnian isolat A4 dilakukan secara kromatografi lapis tipis dua arah dengan fase gerak pertama n-heksan - etilasetat (80:20) dan fase gerak kedua kloroform - n-heksan (70:30) dengan fase diam silika gel GF254. Setelah disemprot dengan penampak bercak Liebermann - Burchard diperoleh satu bercak berwarna ungu dengan harga Rf 1 = 0,41 dan Rf 2 = 0,36. Hasil analisis spektrofotometri ultra violet diperoleh absorbansi maksimum pada panjang gelombang 259 nm, hal ini menunjukkan adanya gugus kromofor. Hasil spektrofotometri inframerah isolat A4 menunjukkan adanya ikatan –O- H yang ditunjukkan oleh puncak pada bilangan gelombang 3388,93 cm-1, ikatan C-H alifatik ditunjukkan oleh dua puncak yang berdekatan pada bilangan gelombang 2922,16 cm-1 dan 2954,95 cm-1dan ikatan CH

2 ditunjukkan oleh puncak pada bilangan gelombang 2850,78 cm-1. Kemudian ikatan –CH3 ditunjukkan oleh puncak pada bilangan 1415,75 cm-1 dan gugus C=C aromatik ditunjukkan oleh puncak pada bilangan 1556,55 cm-1

Gambar 4: Spektrum Ultraviolet dan Inframerah.: (A)Spektrum ultra violet isolat A4 teripang, (B) Spektrum infra merah isolat A4 teripang

Karakteristik spektrometri massa isolat A4 mempunyai bobot molekul 400. Puncak ion fragmen karakteristiknya adalah sebagai berikut: m/z 400 adalah bobot molekul senyawa,m/z 385 (M+ - 15) adalah akibat terlepasnyamolekul CH3 ,3. m/z 367 (M+ - 18) adalah akibat terlepasnya molekul H2O m/z 259 (M+ - 108) menunjukkan fragmentasi pada atom C8H12 ,m/z 219 (M+ - 40) menunjukkan fragmentasi pada atom C3H4,m/z 161 (M+ - 58) menunjukkan fragmentasi pada atom C4H10, m/z 119 (M+ - 42) menunjukkan fragmentasi pada atom C3H6, m/z 81 (M+ - 38) menunjukkan fragmentasi pada atom C3H2,m/z 41 (M+ - 40) menunjukkan fragmentasi pada atom C3H5,Hasil spektrometri massa dengan SI 81 maka diduga senyawa tersebut adalah cholest-8-en-3-ol (C28H48O).

Gambar : 5.Spektrum MS isolat A4 teripang

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2006). Teripang/Gamat( Sea cucumber). http//teripang- kudalaut.blogspot.com/

Aziz Aznam. (1996). Makanan dan Cara Makan Berbagai Jenis Teripang. Volume XXI. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI. Jakarta.

Darsono, Prapto. (1998). Pengenalan Secara Umum Tentang Teripang. Volume XXIII. Puslitbang

Oseanologi-LIPI. Jakarta.

Ditjen POM.(1979). Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hal 696

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hal

1125

Ditjen POM. (1989). Materia Medika IndonesiaJilid Kelima. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hal

540

Ditjen POM. (1995). Materia Medika Indonesia Jilid Keenam. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Hal 540

Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Departemen Kesehatan RI.

Jakarta. Hal 1-11

Gritter, R. J., Bobbitt, J. dan Schwarting, A. E. (1991). Pengantar Kromatografi. Penerjemah:

Padmawinata, K. Edisi 2. Penerbit ITB. Bandung. Halaman. 107-146

Harbourne, J. B.(1987). Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.

Penerjemah: Padmawinata, K dan Soediro, I. Edisi. 2. Penerbit ITB. Bandung. Hal 48-49, 147-149

Hostettmann, K., Hostettmann, M., dan Marston, A.,(1995). Cara Kromatografi Preparatif : Penggunaan pada Isolasi Senyawa Alam. Penerjemah: Padmawinata, K. Penerbit ITB.

Bandung. Hal 33-34

Kartadinata. (2006). Trubus Reportase malaysia Obat Mujarab dari Laut. Edisi 440. Hal 22-25.

Martoyo,J., Aji, N., Winanto, T. (2006). Budi Daya Teripang. Cetakan Keenam. Edisi Revisi. Penebar

Swadaya. Jakarta. Hal 5, 11, 16, 18, 56.

Noerdin, D. (1985). Elusidasi Struktur Senyawa Organik dengan Cara Spektroskopi Ultralembayung dan Inframerah. Angkasa. Bandung. Hal 38, 106, 111

Robinson, T. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerjemah: Padmawinata, K. Penerbit

ITB. Bandung. Hal. 139, 152-156

Sastrohamidjojo, H. (1985). Kromatografi. Penerbit Liberty. Yogyakarta. Hal 1-2, 29-32

Sodjadi. (1988). Metode Pemisahan. Cetakan I. Kanisius. Yogyakarta. Hal 73-76, 153-157

SNI. (1992). Cara Uji Makanan Dan Minuman. Departemen Perindustrian. Jakarta. Hal 4-6

World Health Organization. (1992). Quality Control Methods for Medicinal Plant Materials. Journal

PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DENGAN EKSTRAK KULIT BUAH JENGKOL

Dalam dokumen Prosiding Seminar Nasional Biologi USU 2012 (Halaman 30-34)

Garis besar

Dokumen terkait