• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DENGAN EKSTRAK KULIT BUAH JENGKOL ( Pithecellobium Lobatum Benth.) DALAM SEDIAAN SALEP DAN GEL

Dalam dokumen Prosiding Seminar Nasional Biologi USU 2012 (Halaman 34-36)

Darwin1, M. Timbul Simanjuntak2, Awaluddin Saragih3

Lab. Biofarmasetika dan Farmakokinetika, Lab. Obat Tradisional

Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2012; email: win_farma88@yahoo.com

ABSTRAK

Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.) merupakan salah satu tumbuhan yang berkhasiat. Kulit

buahnya dapat digunakan sebagai obat borok, pembasmi serangga, luka bakar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ekstrak kulit buah jengkol dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan salep dan gel yang stabil dan mengetahui perbedaan percepatan penyembuhan luka bakar antara bentuk sediaan salep dan gel. Penelitian ini dilakukan terhadap tikus putih jantan galur Wistar. Kadar ekstrak kulit buah jengkol dalam sediaan salep dan gel terdiri atas 1, 3, 5 dan 7% dan sebagai kontrol digunakan formulasi basis salep dan gel tanpa obat, selanjutnya sediaan dievaluasi, yaitu pemeriksaan organoleptis, homogenitas dan pH, kemudian diuji sediaan salep dan gel terhadap penyembuhan luka bakar dengan mengoleskan sediaan secara merata pada permukaan luka. Pengamatan dilakukan secara visual dengan memperhatikan perubahan diameter luka dengan interval pengukuran setiap hari dan kemudian dilakukan analisis data dengan Uji T memakai Statistical

Program Service Solution (SPSS). Hasil evaluasi sediaan salep dan gel yaitu organoleptis, homogenitas,

pemeriksaan pH dari ekstrak kulit buah jengkol menunjukkan bahwa sediaan salep dan gel dari ekstrak kulit buah jengkol tetap stabil selama 28 hari dan nilai pH sediaan memenuhi persyaratan nilai pH sediaan yang aman untuk kulit yaitu pH 5 hingga 10. hasil penelitian menunjukkan kelompok yang diberi sediaan salep yang mengandung ekstrak kulit buah jengkol 1, 3, 5 dan 7% berturut-turut sembuh setelah hari ke 18, 12, 14, 13, dan kelompok kontrol tanpa obat yang diberi basis salep sembuh pada hari ke 22, sedangkan kelompok yang diberi sediaan gel yang mengandung ekstrak kulit buah jengkol 1, 3, 5, 7% berturut-turut sembuh setelah hari ke 10, 20, 13, 21 dan kelompok kontrol yang diberi basis gel tanpa obat sembuh pada hari ke 24 dan kelompok yang tidak diberi basis sembuh pada hari ke 28. Hasil analisis data menggunakan Uji T disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap perbedaan percepatan penyembuhan luka bakar antara bentuk sediaan salep dan gel ekstrak kulit buah jengkol.

Kata kunci: Ekstrak Kulit Buah Jengkol, Salep, Gel, Luka Bakar

PENDAHULUAN

Kulit merupakan jaringan perlindungan yang lentur dan elastis, menutupi permukaan tubuh dan merupakan 5% berat tubuh. Kulit sangat berperan pada pengaturan suhu tubuh dan mendeteksi adanya rangsangan dari luar serta untuk mengeluarkan kotoran (Aiache, dkk., 1993).

Kerusakan pada kulit dapat disebabkan oleh beberapa hal, salah satu di antaranya adalah akibat terjadinya kontak antara kulit dengan panas (Suratman, dkk., 1996). Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi (Moenadjat, 2003).

Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.) merupakan salah satu tumbuhan yang berkhasiat.

Kulit buah jengkol termasuk limbah di pasar tradisional dan kurang memberikan nilai ekonomis. Daun jengkol berkhasiat sebagai obat eksim, kudis, luka dan bisul, kulit batangnya sebagai penurun kadar gula darah dan kulit buahnya dapat digunakan sebagai obat borok, pembasmi serangga, luka bakar (Ali, 2009; Hutapea, 1994; Dinata, 2009; Ogata, 1995; Widowati, dkk, 1997). Salah satu kandungan kimia dari kulit buah jengkol yaitu tanin. Tanin berfungsi sebagai astringen yang menyebabkan penciutan pori-pori kulit, memperkeras kulit, menghentikan eksudat dan pendarahan yang ringan, antiseptik dan obat luka bakar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ekstrak kulit buah jengkol dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan salep dan gel yang stabil dan mengetahui perbedaan percepatan penyembuhan luka bakar antara bentuk sediaan salep dan gel (Anief, 1997; Rohmawati, 2008).

BAHAN DAN METODA

Penelitian ini dilakukan terhadap tikus putih jantan galur Wistar. Kadar ekstrak kulit buah jengkol dalam sediaan salep dan gel terdiri atas 1, 3, 5 dan 7% dan sebagai kontrol digunakan formulasi basis salep dan gel tanpa obat, selanjutnya sediaan dievaluasi, yaitu pemeriksaan organoleptis, homogenitas dan pH, kemudian diuji sediaan salep dan gel terhadap penyembuhan luka bakar dengan mengoleskan sediaan secara merata pada permukaan luka. Pengamatan dilakukan secara visual dengan memperhatikan perubahan diameter luka dengan interval pengukuran setiap hari dan kemudian dilakukan analisis data dengan Uji T memakai Statistical Program Service Solution (SPSS). HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil evaluasi sediaan salep dan gel yaitu organoleptis, homogenitas, pemeriksaan pH dari ekstrak kulit buah jengkol menunjukkan bahwa sediaan salep dan gel dari ekstrak kulit buah jengkol tetap stabil selama 28 hari dan nilai pH sediaan memenuhi persyaratan nilai pH sediaan yang aman untuk kulit yaitu pH 5 hingga 10. hasil penelitian menunjukkan kelompok yang diberi sediaan salep yang mengandung ekstrak kulit buah jengkol 1, 3, 5 dan 7% berturut-turut sembuh setelah hari ke 18, 12, 14, 13, dan kelompok kontrol tanpa obat yang diberi basis salep sembuh pada hari ke 22, sedangkan kelompok yang diberi sediaan gel yang mengandung ekstrak kulit buah jengkol 1, 3, 5, 7% berturut-turut sembuh setelah hari ke 10, 20, 13, 21 dan kelompok kontrol yang diberi basis gel tanpa obat sembuh pada hari ke 24 dan kelompok yang tidak diberi basis sembuh pada hari ke 28. Hasil analisis data menggunakan Uji T disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap perbedaan percepatan penyembuhan luka bakar antara bentuk sediaan salep dan gel ekstrak kulit buah jengkol.

DAFTAR PUSTAKA

Aiache, J.M., Devissaguet, J., dan Guyot-Hermann, A.M. 1993. Farmasetika 2 Biofarmasi. Edisi

Kedua. Surabaya: Airlangga University Press. Hal 444, 445, 448.

Anief, M. (1997). Formulasi Obat Topikal Dengan Dasar Penyakit Kulit. Yogyakarta: UGM Press.

Hal 17, 43, 63.

Dinata, A. (2009). http://miqraindonesia.blogspot.com. Ekstrak Kulit Jengkol. Online 16 Juli 2011.

Hutapea, J.R. (1994). Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Edisi III. Jakarta: Depkes RI. Hal 219-220.

Rohmawati, N. (2008). Efek Penyembuhan Luka Bakar dalam Sediaan Gel Ekstrak Etanol 70% Daun Lidah Buaya (Aloe Vera L.) pada Kulit Punggung Kelinci New Zealand. Surakarta: Fakultas

Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hal 2.

Ogata, Y. (1995). Medicinal Herb Index in Indonesia. Second Edition. Jakarta: PT Eisai Indonesia.

Hal 114.

Widowati, L., Dzulkarnain, B., Sa’roni. (1λλ7). www.kalbe.co.id/.../14TanamanO-

batuntukDiabetesMellitus116.html. Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus. Online 16 Juli 2011.

Rohmawati, N. (2008). Efek Penyembuhan Luka Bakar dalam Sediaan Gel Ekstrak Etanol 70% Daun Lidah Buaya (Aloe Vera L.) pada Kulit Punggung Kelinci New Zealand. Surakarta: Fakultas

UJI ANTI DIURETIK DARI EKSTRAK ETANOL

Dalam dokumen Prosiding Seminar Nasional Biologi USU 2012 (Halaman 34-36)

Garis besar

Dokumen terkait