• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIASAAN MAKAN IKAN KEPE-KEPE Chaetodon trifasciatus DAN Chaetodon vagabundus DI PERAIRAN SABANG

Dalam dokumen Prosiding Seminar Nasional Biologi USU 2012 (Halaman 104-109)

Edi Rudi1, Nur Fadli2 dan Erdiansyah2

1

Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh 23111, 2 Jurusan Ilmu

Kelautan Koordinatorat Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh 23111. E- mail: edirudi@yahoo.com, HP: 081377220633

ABSTRAK

Kehidupan ikan Chaetodon spp. sangat bergantung kepada terumbu karang sebagai habitat vitalnya dan

mereka dikenal juga sebagai bioindikator kesehatan terumbu karang sehubungan dengan kebiasaan makannya. Sebuah peneliti yang membandingkan kebiasaan makan antara dua spesies Chaetodon yaitu C. trifasciatus dan

C. vagabundus telah dilakukan di ekosistem terumbu karang perairan Pulau Rubiah Sabang dari bulan Oktober

2010 hingga April 2011. Data diambil sekali satu minggu masing-masingnya terhadap 10 individu setiap spesiesnya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kedua spesies ikan Chaetodon merupakan pemakan karang

(corallivores), dimana C. trifasciatus adalah pemakan karang yang obligate sedangkan C. vagabundus

merupakan pemakan karang yang fakultatif. Rata-rata tingkat pemangsaan C. trifasciatus lebih tinggi

dibandingkan C. vagabundus. Rata-rata jumlah gigitan C. trifasciatus yaitu 44,15 ± 1,9 gigitan per 5 menit di

Rubiah Channel dan 42,53 ± 2,5 gigitan per 5 menit di Rubiah Sea Garden. Semantara itu C. vagabundus

mempunyai 33,45 ± 2,6 gigitan per 5 menit di Rubiah Channel dan 38,83 ± 2,1 gigitan per 5 menit di Rubiah Sea Garden. Selektivitas pemangsaan C. trifasciatus tertinggi adalah pada substrat karang Porites, sedangkan

C. vagabundus adalah pada substrat batu (rock). Untuk menjaga kelestarian komunitas ikan Chaetodon ini,

maka diperlukan usaha-usaha perlindungan ekosistem terumbu karang di masa mendatang. Kata kunci: Chaetodon, kebiasaan makan, substrat, Sabang

PENDAHULUAN

Pada ekosistem terumbu karang, terdapat banyak biota yang berasosiasi dengan hewan karang, salah satunya adalah ikan karan (Tanner et al., 1994). Keberadaan ikan karang sangat

tergantung pada kesehatan terumbu karang yang salah satunya ditunjukkan oleh persentase penutupan karang hidup (Ohman et al., 1998). Ikan karang menjadikan terumbu karang tersebut sebagai tempat

tinggal, perlindungan dan mencari makanan (Nybakken, 1992; Barnes, 1980; Sale, 1991). Ikan kepe- kepe (Famili Chaetodontidae) merupakan ikan karang yang sangat penting dan menjadi salah satu spesies indikator kesehatan terumbu karang, sehingga keberadaannya dapat digunakan untuk menduga kesehatan, keanekaragaman, produktivitas, dan integritas sistem terumbu karang (Smith, 2004).

Salah satu bentuk asosiasi antara ikan dan terumbu yang dapat dilihat adalah pada ikan-ikan pemakan koral (corallivores) seperti dari Famili Chaetodontidae, Balistidae, dan Tetraodontidae

(Soule dan Kleppel, 1988; Birkeland 1997; Ohman, 1998). Populasi ikan corallivores sangat

tergantung pada ketersediaan hewan karang yang dapat dilihat dari penutupannya (Berumen et al.,

2005).

Terumbu karang di perairan Pulau Weh Sabang, 80% karang kerasnya mengalami pemutihan, dan sekitar 50% diantaranya berujung dengan kematian pasca kejadian pemutihan karang massal pada tahun 2010. Kejadian ini akan menyebabkan ketersediaan makanan ikan kepe-kepe khususnya yang pemakan karang menjadi berkurang. Studi ini mengkaji kebiasaan makan ikan kepe-kepe jenis

Chaetodon trifasciatus dan Chaetodon vagabundus di Pulau Rubiah Sabang pasca kejadian pemutihan

karang massal tahun 2010. Kedua spesies ini berbeda dalam hal kebiasaan makan, yaitu C. trifasciatus sebagai obligate corralivores (pemakan karang sejati/sepenuhnya) dan C. vagabundus

sebagai facultative corralivores (bukan pemakan karang sejati). Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengungkapkan tingkat pemangsaan dan selektivitas pemangsaan ikan C. trifasciatus dan C. vagabundus yang hidup di perairan Pulau Rubiah Sabang. Hasil penelitian diharapkan menjadi

BAHAN DAN METODA Cara kerja

Pengambilan data dilakukan di dua stasiun penelitian di perairan Pulau Rubiah Sabang, yaitu

di Rubiah Sea Garden (N 5°.5β’.887” dan E λ5°.15’.6γλ”) dan Rubiah Channel (N5°.5γ’.0β5” dan Eλ5°.15’.βλ5”) (Gambar 1). Pengambilan data di lapangan dilakukan selama Bulan Oktober β010.

Gambar 1. Lokasi pengambilan data di dua stasiun penelitian di Pulau Rubiah Sabang

Metode sensus visual yaitu dengan mengamati jumlah gigitan yang dilakukan selama 5 menit per satu individu ikan (Hawis, 2006), digunakan untuk mengkaji tingkat pemangsaan dan selektivitas pemangsaan ikan C. trifasciatus dan C. vagabundus. Pengambilan data dilakukan setiap minggu

selama satu bulan pengamatan. Data dikoleksi dari 10 individu ikan C. vagabundus dan 10 individu C. trifasciatus yang ditemukan di lapangan dan ditentukan secara acak setiap kali pengamatan.

Pengamat berenang sejajar dengan garis pantai di ekosistem terumbu karang dengan kedalaman 1 hingga 4 meter untuk menemukan ikan objek penelitian. Setelah ikan yang akan diamati ditemukan dan ditentukan, maka diikuti dan diamati aktivitas makannya selama 5 menit. Setiap individu diamati dan dicatat jumlah gigitan serta jenis substrat yang digigitnya (Crosby & Reese, 1996). Apabila substrat yang digigit adalah karang, maka diidentifikasi sampai tingkat genus.

Tingkat pemangsaan dari masing-masing jenis ikan kepe-kepe dihitung berdasarkan aksi gigitan ikan per satuan waktu, sedangkan selektivitas pemangsaan dihitung berdasarkan frekuensi gigitan pada masing-masing jenis substrat. Seluruh substrat yang digigit dikelompokkan menjadi tiga kategori utama yaitu karang, biotik non-karang dan abiotik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian peneltian menunjukkan adanya perbedaan jumlah gigitan antara kedua spesies ikan yang diamati dan juga antar lokasi penelitian. Jumlah gigitan Chaetodon trifasciatus

terlihat lebih banyak dibangkan Chaetodon vagabundus. Rata-rata jumlah gigitan C. vagabundus di

Rubiah Channel adalah (33,45 ± 2,6 gigitan per 5 menit dan di Rubiah Sea Garden adalah 38,83 ± 2,1 gigitan per 5 menit, sementara itu Chaetodon trifasciatus memiliki rata-rata jumlah gigitan lebih

tinggi yaitu 44,15 ± 1,9 gigitan per 5 menit di Rubiah Channel dan 42,53 ± 2,5 gigitan per 5 menit di Rubiah Sea Garden (Gambar 2).

Tingginya tingkat pemangsaan C. trifasciatus dibandingkan C. vagabundus disebabkan oleh

kategori tinggi. Berdasarkan hasil penelitian Rudi at al. (2009) tutupan karang di Rubiah Channel

adalah sekitar 30%, sedangkan di Rubiah Sea Garden adalah sekitar 40%. Untuk selektivitas pemangsaan, dicatat 21 jenis substrat yang menjadi objek pemangsaan dari C. vagabundus (Tabel 1),

terdiri dari 13 genera karang keras dan 8 substrat lainnya yang menunjukkan ikan ini merupakan

facultative corallivores. Substrat rock (batu) merupakan persentase terbesar yaitu 51,6% di Rubiah

Channel dan 47,23% di Rubiah Sea Garden. Pada substrat batu yang digigit terdapat turf algae yang

menyelimuti batu, hal ini juga terjadi pada substrat DCA, rubble dan kayu. Sementara pada substrat

lainnya seperti sand (pasir), teritip, sponge dan water (air) diduga terdapat zooplankton dan cacing

yang juga menjadi makanan C. vagabundus. Menurut Crosby dan Reese (1996), C. vagabundus

merupakan facultative corallivores atau benthic omnivores.

Gambar 2. Tingkat pemangsaan (jumlah gigitan) C. vagabundus dan C. trifasciatus per 5 menit

Menurut tiga kategori substrat, maka substrat abiotik adalah yang terbesar di kedua stasiun pengamatan yaitu 69% di Rubiah Channel dan 49% di Rubiah Sea Garden. Adapun yang termasuk ke dalam kategori substrat abiotik adalah batu (rock), kayu, pasir (sand), pecahan karang (rubble) dan air

(water). Persentase terendah di kedua lokasi adalah kategori substrat non-karang seperti DCA, sponge, dan teritip yaitu 11% di Rubiah Channel dan 18% pada Rubiah Sea Garden. Untuk kategori

substrat karang terlihat berkisar dari 20% di Rubiah Channel dan 33% di Rubiah Sea Garden. Tabel 1. Rata-rata jumlah gigitan per 5 menit pada jenis substrat tertentu ikan C.vagabundus.

No Jenis Substrat Persentase tiap stasiun

Rubiah Channel Rubiah Sea Garden

1 Acropora 0,631 8,978 2 DCA 8,799 14,209 3 Favites 0,155 0,503 4 Galaxea 0,631 - 5 Goniastrea 0,165 - 6 Heliopora 0,163 - 7 Hydnopora 0,825 0,521 8 Kayu 0,619 - 9 Leptastrea 0,407 1,109 10 Montipora 2,269 3,248 11 Pavona 0,077 - 12 Platygyra 0,165 - 13 Pocillopora - 0,064 14 Porites 14,186 18,138 15 Rock 51,592 47,235 16 Rubble 14,294 0,289 17 Sand 2,098 0,868 18 Sponge 1,084 1,215 19 Symphilia 0,733 - 20 Teritip 1,104 2,810 21 Water - 0,810

Gambar 3. Selektivitas pemangsaan pada kategori jenis substrat karang, non karang, dan abiotik. Hasil yang berbeda diperlihatkan oleh spesies C. trifasciatus yang merupakan obligate coralivores atau pemangsa karang sejati. Dari 22 jenis substrat yang digigit, 20 diantaranya

merupakan genera karang keras (Tabel 2). Genus Porites merupakan karang yang paling dimakan

(digigit) oleh C. trifasciatus dengan persentase gigitan tertinggi yaitu 56,35% di Rubiah Channel dan

58, 96% di Rubiah Sea Garden.

Tabel 2 Rata-rata jumlah gigitan per 5 menit pada jenis substrat tertentu ikan C.trifasciatus.

No Jenis Substrat Rubiah Channel Persentase tiap stasiun Rubiah Sea Garden

1 Achantastrea - 0,188 2 Acropora 3,328 3,507 3 Astreopora - 0,165 4 Cypastrea 0,150 0,110 5 DCA 1,727 2,384 6 Echinopora 3,153 4,524 7 Favia 1,039 0,772 8 Favites 11,762 9,320 9 Fungia 0,204 - 10 Galaxea 2,537 2,664 11 Goniastrea - 0,165 12 Heliopora 0,304 0,669 13 Hydnopora 0,102 - 14 Leptastrea 0,253 0,125 15 Merulina 0,150 0,304 16 Montastrea 1,536 0,182 17 Montipora 6,220 6,681 18 Pavona 8,571 8,547 19 Pocillopora 0,359 0,604 20 Porites 56,351 58,963 21 Psammocora - 0,125 22 Teritip 2,251 -

Menurut tiga kategori substrat utama, maka sebagian besar subtrat yang dimakan oleh

Chaetodon trifasciatus adalah karang yaitu 96% di Rubiah Channel dan 98% di Rubiah Sea Garden.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini memperlihatkan bahwa spesies C. trifasciatus benar-benar

pemakan karang sejati (obligate corallivores) dan karang yang paling banyak dimakan adalah genus Porites. Crosby dan Reese (1996) menyatakan bahwa C. trifasciatus adalah pemakan karang sejati

dan dapat digunakan sebagai spesies indikator kesehatan terumbu karang. Sebaran dan kelimpahan spesies ini terlihat berkorelasi secara langsung dengan sebaran dan kelimpahan hewan karang.

DAFTAR PUSTAKA

Barnes DR. 1980. Invertebrate Zoology (4th ed.). Tokyo: Holt–Saunders International Editions.

Berumen ML, Pratchett MS, McCormick MI. 2005. Within-Reef Differences in Diet and Body Condition of Coral-Feeding Butterflyfishes (Chaetodontidae). Marine Ecology Progress Series

287: 217–227

Birkeland C. 1997. Life and Death of Coral Reefs. Townville: Chapman and Hall Publishers.

Crosby MP, Reese ES. 1996. A Manual for Monitoring Coral Reefs With Indicator Species: Butterflyfishes as Indicator of Change on Indo Pacific Reefs. Office of Ocean and Coastal

Resource Management, National Oceanic and Atmospheric Atmospheric, Silver Spring. Hawis, HM. 2006. Kajian ekobiologi ikan Kepe-kepe (Chaetodon octofasciatus, Bloch 1787) dalam

mendeteksi kondisi Ekosistem terumbu karang di Pulau Petondan Timur, Kepulauan Seribu, Jakarta.Skripsi. FPIK, Institut Pertanian Bogor.

Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. (Alih Bahasa oleh H. M. Eidman,

Koesoebiono, D. G. Bengen, M. Hutomo, S. Sukardjo). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Ohman MC, Rajasuriya A, Svensson S. 1998. The Use of Butterflyfishes (Chaetodontidae) as Bio -

Indicator of Habitat Structure and Human Disturbance. Ambio 27: 708-715

Rudi E, Elrahimi SA, Irawan S, Valentino RA, Surikawati, Yulizar, Munandar, Kartawijaya T, Herdiana Y, SetiawanF, Rizal S, Pardede ST, Campbell SJ, Tamelander J. 2009. Reef fish status in northern Acehnese reef based on management type. Biodiversitas 10: 87-92

Sale PF. 1991. The Ecology of Fishes on Coral Reefs. New York: Academic Press, Inc.

Smith DJ. 2004. Interim Marine Field Report. Operation Wallacea. UK: Coral Reef Research Unit

University of Essex.

Soule DF, Kleppel GS. 1988. Marine Organisms as Indicators. New York: Springer Verlag.

Tanner JE, Hughes TP, Connell JH. 1994. Species Coexistence, Keystone Species, and Succession - A Sensitivity Analysis. Ecology 75: 135-146.

INDEKS KEANEKARAGAMAN DAN SAPROBIK PLANKTON DALAM MENILAI

Dalam dokumen Prosiding Seminar Nasional Biologi USU 2012 (Halaman 104-109)

Garis besar

Dokumen terkait