• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keberadaan variabel status desa di Kecamatan Leitimur

4 STATUS DESA PESISIR

4.1 Keberadaan Variabel Status Desa

4.1.1 Keberadaan variabel status desa di Kecamatan Leitimur

Kecamatan Leitimur Selatan terdiri atas 8 desa, dengan 6 desa pesisir, yaitu Desa Naku, Desa Kilang, Desa Hukurila, Desa Hutumuri, Desa Rutong, dan Desa Leahari, sedangkan 1 desa berada ditengah pegunungan, yaitu Desa Emma. Desa Leahari merupakan ibukota Kecamatan Leitimur Selatan. Kecamatan ini adalah kecamatan termuda, yang dimekarkan dari Kecamatan Sirimau dan Kecamatan Baguala, dan juga adalah kecamatan yang paling sedikit jumlah penduduknya (hanya sekitar 5% dari total penduduk Kota Ambon). Desa Hutumuri merupakan desa terluas di Kecamatan Leitimur Selatan dengan luas 15 km2. Desa Hutumuri dan Desa Rutong merupakan dua desa yang paling dekat dengan ibukota kecamatan. Secara umum, desa-desa tersebut membentang disepanjang pesisir timur Kota Ambon dan berbatasan dengan dengan Laut Banda.

Penduduk di kecamatan ini bekerja diberbagai lapangan pekerjaan, dan yang paling dominan (65,7%) bekerja sebagai petani (lihat Gambar 6). Jenis tanaman pertanian yang dikerjakan oleh penduduk adalah tanaman hortikultura. Dengan luas areal pertanian yang tidak begitu luas (kurang dari 100 ha) dan umumnya hasil pertanian penduduk di kecamatan ini hanya untuk dikonsumsi sendiri (kalaupun ada

49

yang dijual, jumlahnya relatif sedikit). Kemudian jika dikaitkan dengan struktur ekonomi kecamatan ini (lihat Gambar 8), dimana sektor pertanian hanya menyumbangkan 21% PDRB kecamatan ini, dan sebagian besar adalah kontribusi sub-sektor perikanan, maka dapat dikatakan bahwa sebagian besar penduduk di kecamatan ini berpenghasilan rendah.

Setelah lapangan kerja sebagai petani, urutan kedua adalah jenis pekerjaan sebagai PNS (8,43%) dan pengusaha/pemilik usaha (8,32%). Sementara itu, penduduk yang bekerja sebagai nelayan hanya 1,84%, tetapi memberi kontribusi terhadap PDRB yang cukup besar (sekitar 16% terhadap PDRB kecamatan). Dapat diartikan bahwa penghasilan nelayan relatif lebih tinggi dibanding mayoritas penduduk yang bekerja sebagai petani. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa mayoritas penduduk di kecamatan ini bekerja di sektor tradisional.

Gambar 6 Grafik pekerjaan penduduk di Kec. Leitimur Selatan

Tingkat pendidikan angkatan kerja di kecamatan ini relatif sedang, karena tingkat pendidikan angkatan kerja seimbang antara yang berpendidikan SD di bandingkan dengan yang berpendidikan SMP dan SMA/SMK, sedangkan yang berpendidikan tinggi relatif sedikit (lihat Gambar 7)

Pensiunan Pedagang Nelayan Transportasi/Sopir Buruh Harian Lepas Penata Rias/Busana/Rambut Penterjemah Dosen/Peneliti Arsitek/Akuntan/Konsultan Wartawan Pengusaha/Pemilik Usaha 3,19%8,43% 0,68% 0,57% 65,76% 0,00%1,84% 0,24% 0,03%1,13% 4,10% 0,19% 0,08% 0,11% 0,14% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%0,43% 0,05% 0,08%3,29% 0,03% 0,03% 0,00% 0,03% 0,00%0,30% 0,16%8,32% 0,81%

Gambar 7 Grafik tingkat pendidikan angkatan kerja di Kec. Leitimur Selatan

Struktur ekonomi kecamatan ini didominasi oleh tiga sektor, yaitu perdagangan, hotel dan restoran, disusul jasa-jasa, dan pertanian (lihat Gambar 8).

Gambar 8 Struktur ekonomi di Kecamatan Leitimur Selatan

Khusus untuk sektor pertanian, sekitar 80% di kontribusi oleh sub-sektor perikanan. Artinya, sub-sektor perikanan mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap produk domestik regional bruto kecamatan ini. Kontribusi sub-sektor perikanan di kecamatan ini meningkat tiap tahun. Meningkatnya kontribusi sub- sektor perikanan ini terlihat pada produksi perikanan yang meningkat setiap tahun. Peningkatan produksi perikanan yang meningkat setiap tahun ini, juga karena ditunjang oleh intervensi program bantuan alat tangkap maupun armada penangkapan dari pemerintah kota/daerah.

Dibalik hasil produksi perikanan yang meningkat tersebut, ternyata tingkat pendidikan nelayan di kecamatan ini relatif rendah (lihat Gambar 9), dimana bagian

Pertanian 21% Pertambanga n dan Penggalian 0% PengolahanIndustri 1% Listrik & Air Minum 1% Bangunan 1% Perdagangan, Hotel & Restoran 36% Angkutan & Komunikasi 7% Keuangan, Per sewaan & Jasa Perusahaan 0% Jasa-jasa 32%

51

terbesar (54%) tingkat pendidikan nelayan hanya tamatan SD. Hal ini merupakan cerminan tingkat pendidikan angkatan kerja di kecamatan ini (lihat Gambar 7), dan juga karena sumber rekrut nelayan tidak berasal dari luar kecamatan (lihat Tabel 11).

Gambar 9 Tingkat Pendidikan Nelayan di Kec. Leitimur Selatan

Bila melihat potensi desa dan perkembangan usaha perikanan terutama di bidang perikanan tangkap, maka desa-desa peisisr tersebut sedikit berbeda satu sama lain. Sektor perikanan di kecamatan ini cukup signifikan dengan kontribusi 15,77% terhadap PDRB kecamatan. Namun tingkat kemiskinan penduduk di kecamatan ini cukup tinggi yaitu 21,3% pada tahun 2011, lebih rendah dari tahun 2008 (22,6%).

Tingginya tingkat kemiskinan di kecamatan ini, jika dikaitkan dengan mayoritas penduduk yang bekerja di sektor pertanian, mengindikasikan bahwa mata pencaharian sebagai petani yang hanya bercocok tanam tanaman hortikultura, tidak mampu mengangkat masyarakat kecamatan ini dalam mengurangi tingkat kemiskinan. Disisi lain, topografi yang bergunung terjal tidak memungkinkan untuk dikembangkan pertanian tanaman pangan secara maksimal, sementara lahan laut yang potensial terbentang luas dihadapan setiap desa pesisir. Artinya bahwa sesungguhnya laut adalah lahan usaha yang potensial bagi penduduk pesisir di kecamatan ini. Lahan laut memang telah diusahakan oleh penduduk pesisir kecamatan ini. Hal ini terlihat dari keberadaan usaha perikanan, sarana penunjang usaha perikanan, maupun aspek sosial budaya seperti tergambar pada Tabel 11.

SD 54% SMP & SMA 45% PT 1%

Tabel 11 Daftar skor capaian indikator variabel status desa di Kecamatan Leitimur Selatan

Tabel di atas memberi gambaran bahwa, selain Desa Hutumuri, di kelima desa yang lain, masyarakatnya masih konvensional dalam usaha perikanan. Karena usaha perikanan nya belum mengalami diversifikasi usaha, dan tetap bertumpu pada perikanan tangkap yang konvensional. Faktor sarana penunjang usaha perikanan juga sangat minim, selain Desa Hutumuri, di kelima desa lainnya, sarana penunjang usaha perikanan dapat dikatakan tidak ada. Sementara itu, dari segi kondisi sosial- budaya masyarakat dalam kerangka pengembangan usaha perikanan, tiga desa, yaitu Naku, Hukurila, dan Hutumuri, yang masyarakatnya relatif terbuka, sedangkan tiga desa lainnya, masyarakat masih belum begitu terbuka.

Indikator / Kriteria Desa Skor Desa

Naku Kilang Hukurila Hutumuri Rutong Leahari ASPEK USAHA PERIKANAN

Unit usaha penangkapan 2 2 2 3 2 2

Unit usaha budidaya 1 2 1 2 1 1

Unit usaha pengolahan 1 2 1 3 1 1

Unit usaha pemasaran 2 2 2 2 2 2

Teknologi produksi 3 2 3 3 2 2

Metode Operasi 3 2 3 3 2 2

Jumlah Skor 12 12 12 16 10 10

SARANA PENDUKUNG/PENUNJANG USAHA PERIKANAN

Pabrik Es 1 1 1 1 1 1

Koperasi 1 1 2 3 1 1

Bank & Lembaga Keuangan Lain 1 1 1 2 1 1

Jumlah Skor 3 3 4 6 3 3

ASPEK SOSIAL-BUDAYA

Spesifikasi Mata Pencaharian Penduduk di

Bidang Perikanan 2 3 3 3 3 2

Kualitas SDM Desa 2 1 2 1 1 2

Kualitas TK Usaha perikanan 2 1 2 1 1 2

Asal TK usaha perikanan 3 3 3 3 3 3

Tempat penjualan alat

produksi/pengolahan 2 1 2 2 2 2

Tata nilai dalam menjalankan usaha

perikanan 2 1 2 2 1 1

Pembauran etnis dalam usaha perikanan 2 1 2 2 1 1

Pengawasan sosial 3 3 1 3 1 1

53

4.1.2 Keberadaan variabel status desa di Kecamatan Teluk Ambon Dalam