• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keberlanjutan Rawa Lebak Dimensi Ekologi

Dalam dokumen EKONOMI DAN PEMBANGUNAN (Halaman 35-45)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keberlanjutan Rawa Lebak Dimensi Ekologi

Hasil analisis Gambar 2a menun-jukkan bahwa indeks keberlanjutan pemanfaatan rawa lebak dimensi ekologi hanya mencapai nilai indeks 45.36 persen atau dengan kategori kurang berkelanjutan.

Analisis Indeks...

28

Gambar 2 [a] Indeks dan status keberlanjutan rawa lebak dimensi ekologi, [b] faktor sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan ekologi

Analisis Leverage Dimensi Ekologi Pasak Piang

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Persentase luas lahan

Penggunaan pupuk Kelas kesesuaian lahan Kandungan bahan organik tanah Produktivitas lahan Periode tergenang Periode kekeringan Ketersediaan sistem irigasi A ttr ib ute

Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100)

RAPLEBAK Ordination DOWN UP BAD GOOD -60 -40 -20 0 20 40 60 0 20 40 60 80 100 120

Sumbu X setelah Rotasi: Skala Sustainability

S u m b u Y set el ah R o tasi : S kal a S u st ai n ab ili ty 45.36

b

a

Hasil analisis leverage Gambar 2b menunjukkan bahwa dari delapan atribut yang dianalisis terdapat empat atribut sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan ekologi dalam pengelolaan rawa lebak, yaitu (1) kondisi bahan organik tanah, (2) produktivitas lahan, (3) periode tergenang, dan (4) penggunaan pupuk. Keempat atribut sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan ekologi tersebut mempunyai keterkaitan yang

sangat erat dalam mempengaruhi keberlanjutan pemanfaatan rawa lebak. B. Keberlanjutan Rawa Lebak Dimensi

Ekonomi

Hasil analisis Gambar 3a menun-jukkan bahwa indeks keberlanjutan pe-man faatan rawa lebak dimensi ekonomi hanya mencapai nilai indeks 24.20 persen atau dengan kategori tidak berkelanjutan (buruk).

Gambar 3 [a] Indeks dan status keberlanjutan rawa lebak dimensi ekonomi, [b] faktor sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan ekonomi

Analisis Leverage Dimensi Ekonomi Pasak Piang

0 2 4 6 8 10 12 14 16 Pendapatan rata-rata petani Produksi usahatani Ketersediaan modal usahatani Harga produk usahatni

Ketersediaan sarana produksi Keuntungan usahatani Efesiensi ekonomi Attr ib ute

Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100)

RAPLEBAK Ordination DOWN UP BAD GOOD -60 -40 -20 0 20 40 60 0 20 40 60 80 100 120

Sumbu X setelah Rotasi: Skala Sustainability

S um bu Y set el ah R ot asi : S kal a S ust ai nab ili ty 24.20 a b

Analisis Indeks...

Hasil analisis leverage Gambar 3b menunjukkan bahwa dari tujuh atribut yang dianalisis terdapat empat atribut sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan ekonomi dalam pengelolaan rawa lebak, yaitu (1) harga produk usahatani, (2) ketersediaan sarana produksi, (3) keuntungan usahatani, dan (4) efesiensi ekonomi. Keempat atribut sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan ekonomi tersebut juga mempunyai keterkaitan yang sangat erat antara satu atribut dengan atribut lainnya dalam mempengaruhi keberlanjutan pemanfaatan rawa lebak. C. Keberlanjutan Rawa Lebak Dimensi

Sosial Budaya

Hasil analisis Gambar 4a menunjukkan bahwa indeks keberlanjutan pemanfaatan rawa lebak dimensi sosial budaya hanya mencapai nilai indeks 48.30 persen atau dengan kategori kurang berkelanjutan.

Gambar 4 [a] Indeks dan status keberlanjutan rawa lebak dimensi sosial budaya, [b] faktor sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan sosial budaya

a b

RAPLEBAKOrdination DOWN UP BAD GOOD -60 -40 -20 0 20 40 60 0 20 40 60 80 100 120

Sumbu X setelah Rotasi: Skala Sustainability

S u m b u Y set el ah R o tasi : S kal a S u st ai n ab il it y 48.30

Analisis Leverage Dimensi Sosial Budaya Pasak Piang

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 Status kepemilkan

lahan Jumlah rumah tangga

petani Rumah tangga petani yg pernah mengikuti penyuluhan pertanian Peran adat dalam kegiatan pertanian Pola hub. Masyarakat dlm usaha pertanian Tingkat pendidikan formal petani Inensitas konflik A ttr ib ute

Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100)

Hasil analisis leverage Gambar 4b menunjukkan bahwa dari tujuh atribut yang dianalisis terdapat enam atribut sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan sosial budaya dalam pengelolaan rawa lebak, yaitu (1) peran adat dalam kegiatan pertanian, (2) rumah tangga petani yang pernah mengikuti penyuluhan pertanian, (3) pola hubungan masyarakat dalam usaha pertanian, (4) jumlah rumah tangga petani, (5) tingkat pendidikan formal petani, dan (6) intensitas konflik. Keenam atribut sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan sosial budaya tersebut mempunyai keterkaitan yang sangat erat antara satu atribut dengan atribut lainnya dalam mempengaruhi keberlanjutan pemanfaatan rawa lebak. D. Keberlanjutan Rawa Lebak Dimensi

Teknologi

Hasil analisis Gambar 5a menunjukkan bahwa indeks

Analisis Indeks...

30

keberlanjutan pemanfaatan rawa lebak dimensi teknologi hanya mencapai nilai indeks 28.92 persen atau dengan kategori kurang berkelanjutan.

Gambar 5 [a] Indeks dan status keberlanjutan rawa lebak dimensi teknogi, [b] faktor sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan teknologi

RAPLEBAK Ordination DOWN UP BAD GOOD -60 -40 -20 0 20 40 60 0 20 40 60 80 100 120

Sumbu X setelah Rotasi: Skala Sustainability

S u m b u X set el ah R o tasi : S kal a S u st ai n ab il it y 28.92

Analisis Leverage Dimensi Teknologi Pasak Piang

0 1 2 3 4 5 6 7 8 Pengolahan tanah

Pemupukan Pengendalian gulma Jml alat pemberantasan jasad pengganggu Ketersediaan mesin pompa air Ketersediaan mesin pasca panen Pola tanam Jadual tanam A ttr ib ute

Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100)

a b

Hasil analisis leverage Gambar 5b menunjukkan bahwa dari delapan atribut yang dianalisis terdapat tiga atribut sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan teknologi dalam pengelolaan rawa lebak, yaitu (1) jumlah alat pemberantasan jasad pengganggu, (2) ketersediaan mesin pompa air, dan (3) ketersediaan mesin pasca panen. Ketiga atribut sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan teknologi tersebut merupakan atribut teknologi yang sangat berperan dalam mempengaruhi keberlanjutan pemanfaatan rawa lebak. E. Keberlanjutan Rawa Lebak Dimensi

Kelembagaan

Hasil analisis Gambar 6a menunjukkan bahwa indeks keberlanjutan pemanfaatan rawa lebak dimensi kelembagaan hanya mencapai

nilai indeks 51.41 persen atau dengan kategori cukup berkelanjutan.

Analisis Indeks...

Gambar 6 [a] Indeks dan status keberlanjutan rawa lebak dimensi kelembagaan, [b] faktor sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan kelembagaan

Analisis Leverage Dimensi Kelembagaan Pasak Piang

0 1 2 3 4 5 6 7 8 Keberadaan kelompok tani Intensitas pertemuan kelompok tani Keberadaan lembaga sosial Ketersediaan lembaga keuangan mikro Petugas penyuluh lapangan Kondisi prasarana jelan desa Keberadaan balai penyuluh pertanian A ttr ib ute

Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100) RAPLEBAK Ordination DOWN UP BAD GOOD -60 -40 -20 0 20 40 60 0 20 40 60 80 100 120

Sumbu X setelah Rotasi: Skala Sustainability

S u m b u Y set el ah R o tasi : S kal a S u st ai n ab il it y 51.41

a b

Hasil analisis leverage Gambar 6b menunjukkan bahwa dari tujuh atribut yang dianalisis terdapat dua atribut sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan kelembagaan dalam pengelolaan rawa lebak, yaitu (1) ketersediaan lembaga keuangan mikro, dan (2) keberadaan lembaga sosial. Kedua atribut sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan kelembagaan tersebut mempunyai keterkaitan yang kurang erat dalam mempengaruhi keberlanjutan pemanfaatan rawa lebak.

Dari kelima dimensi yang dianalisis yang divisualisasikan dalam bentuk diagram layang (kite diagram) Gambar 7 menunjukkan adanya keragaman antara satu dimensi dengan dimensi yang lain. Untuk dimensi kelembagaan yang diperoleh nilai indeks relatif terbesar yaitu 55.15 persen atau kategori cukup berkelanjutan, jika dibandingkan dengan tiga dimensi (ekologi, sosial budaya, dan teknologi) yang berada pada kategori

yaitu dimensi ekonomi mempunyai nilai indeks terendah yaitu 24.20 persen yang berada pada kategori tidak berkelanjutan (buruk).

Analisis Indeks...

32

Gambar 7 Diagram layang analisis indeks dan status keberlanjutan rawa lebak di Pasak Piang

45.36 24.2 48.3 28.92 51.41 0 20 40 60 80 100Ekologi Ekonomi Sosial Budaya Teknologi Kelembagaa n

Nilai indeks untuk dimensi ekologi, sosial budaya, dan teknologi yang masing-masing hanya mencapai 45.36 persen, 48.30 persen, dan 28.92 persen pada kategori kurang berkelanjutan, yang apabila ingin ditingkatkan nilai indeksnya menjadi ‘cukup berkelanjutan atau di atas 50.00 persen, maka perlu mengelola atribut-atribut sensitif ketiga dimensi tersebut. Sedangkan untuk dimensi ekonomi yang nilai indeks keberlanjutan, berada pada kategori buruk (tidak berkelanjutan) sesuai dengan hasil analisis dimensi ekonomi pada Gambar 3a di atas. Hasil ini juga menunjukkan bahwa apabila ingin ditingkatkan status keberlanjutan dari kategori ‘buruk’ menjadi ‘cukup’ berkelanjutan, maka perlu mengelola atribut-atribut sensitif yang berpengaruh

terhadap keberlanjutan dimensi ekonomi, terutama mengelola harga produk usahatani, ketersediaan sarana

produksi, keuntungan usahatani, dan efesiensi ekonomi.

Berdasarkan tabel 1 nilai S-Stress yang dihasilkan, dimasing-masing dimensi, mempunyai nilai yang lebih kecil dari ketentuan (<0.25), dengan asumsi bahwa semakin kecil dari 0.025 semakin baik. Sedangkan nilai Koefesien Determinasi (R2) disetiap dimensi cukup tinggi (mendekati 1). Dengan demikian, kedua parameter statistik tersebut menunjukkan seluruh atribut yang digunakan dalam setiap dimensi di lokasi penelitian sudah cukup baik menerangkan keberlanjutan sistem pemanfaatan rawa lebak yang ada di Desa Pasak Piang Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.

Tabel 1 Nilai Stress dan R2 status keberlanjutan pengelolaan rawa lebak di lokasi penelitian

Parameter Dimensi keberlanjutan

Ekologi Ekonomi Sosial Budaya Teknologi Kelembagaan

S-Stress 0.1374439 0.1484612 0.1525913 0.1383314 0.1477204 R2 0.9416752 0.9301242 0.923359 0.9450684 0.9416838

Selanjutnya hasil analisis Monte Carlo menunjukkan bahwa nilai status indeks keberlanjutan pemanfaatan

Analisis Indeks...

rawa lebak pada selang kepercayaan 95 persen didapatkan hasil yang tidak banyak mengalami perbedaan (<1) antara hasil analisis MDS dengan analisis Monte Carlo (Tabel 2). Kecilnya perbedaan nilai indeks keberlanjutan antara hasil analisis dari kedua metode tersebut membuktikan bahwa (1) kesalahan dalam pembuatan skor setiap atribut relatif kecil, (2) ragam pemberian skor akibat perbedaan opini relatif kecil, (3) proses analisis yang dilakukan secara berulang-ulang relatif stabil, dan (4) kesalahan pemasukkan data dan data yang hilang dapat dihindari. Perbedaan ini juga menunjukkan bahwa sistem yang dikaji memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi. Beberapa parameter hasil uji statistik ini menunjukkan bahwa metode Rap-Lebak cukup baik dipergunakan sebagai salah satu instrumen evaluasi keberlanjutan pengelolaan rawa lebak.

Tabel 2 Perbedaan Indeks keberlanjutan antara Rap-Lebak (MDS) dengan Monte Carlo pada Masing-masing Dimensi

Dimensi keberlanjutan Indeks keberlanjutan (%) Perbedaan (selisih) MDS MONTE CARLO Ekologi 45.36 45.88 0.52 Ekonomi 24.20 24.32 0.12 Sosial Budaya 48.30 48.47 0.17 Teknologi 28.92 29.60 0.68 Kelembagaan 51.41 51.32 0.09

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Nilai indeks keberlanjutan pemanfaatan rawa lebak untuk masing-masing dimensi sangat beragam berkisar antara 24.20 – 51.41 persen. Dimensi kelembagaan termasuk dalam kategori

ekologi, sosial budaya dan teknologi termasuk dalam kategori kurang berkelanjutan. Dan dimensi ekonomi termasuk dimensi yang mempunyai nilai indeks keberlanjutan yang paling rendah atau pada kategori tidak berkelanjutan (buruk).

Atribut-atribut sensitif yang berpengaruh terhadap keberlanjutan sistem pemanfaatan rawa lebak sebanyak 19 atribut, dari dimensi ekologi empat atribut yaitu (1) kondisi bahan organik tanah, (2) produktivitas lahan, (3) periode tergenang, dan (4) penggunaan pupuk; dimensi ekonomi empat atribut, yaitu (1) harga produk usahatani, (2) ketersediaan sarana produksi, (3) keuntungan usahatani, dan (4) efesiensi ekonomi; dimensi sosial budaya enam atribut, yaitu (1) peran adat dalam kegiatan pertanian, (2) rumah tangga petani yang pernah

mengikuti penyuluhan pertanian, (3) pola hubungan masyarakat dalam usaha pertanian, (4) jumlah rumah tangga petani, (5) tingkat pendidikan formal petani, dan (6) intensitas konflik; dimensi teknologi tiga atribut, yaitu (1) jumlah alat pemberantasan jasad pengganggu,

Analisis Indeks...

34

(3) ketersediaan mesin pasca panen; dan dimensi kelembagaan dua atribut, yaitu (1) ketersediaan lembaga keuangan mikro, dan (2) keberadaan lembaga sosial.

B. Saran

Analisis keberlanjutan ini menunjukkan kondisi saat ini (exesting condition), maka untuk memperbaiki keberlanjutan pemanfaatan rawa lebak tersebut, perlu dilakukan perbaikan pengelolaannya dengan cara mengelola 17 atribut sensitif yang terdistribusi pada dimensi ekologi, ekonomi, sosial budaya dan teknologi.

Analisis Indeks...

DAFTAR PUSTAKA

Alder J, TJ, Pitcher, D. Preikshot, K. Kaschner and B. Feriss. 2000. How good is good? A. Rapid Appraisal tecknique for evaluation of the sustainability status of fisheries of the north Atlantic. In Pauly and Pitcher (eds). Methods for evaluationg the impacts of fisheries on the north atlantic ecosystem. Fisheries Center Research Reports.

Arifin M.Z., Anwar K., dan Simatupang R.S. 2006. Karakteristik dan Potensi Lahan Rawa Lebak untuk Pengembangan Pertanian di Kalimantan Selatan dalam Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Lahan Terpadu. Banjarbaru 28 – 29 Juli 2006.

Brundland Report, G.H., M. Khalid, S. Agneli, S.A. Al-athel, B. Chidzero, L.M. Fadika, V. Hauff, I. Lang, M. Shijun, M.M. de Botero, N. Singh, P.N. Neto, S. Okita, S.S. Ramphal, W.D. Ruckeshaus, M. Sahnoun, E. Salim, B. Shaib, V. Sokolov, J. Stanovnik, M. Strong [World Commission on Enveronment and Development]. 1987. Our common future. Oxford: Oxford University Press.

Dinas Pertanian. 2008. Statistik pertanian Tanaman Pangan, Provinsi Kalimantan Barat.

Fauzi A dan S. Anna. 2005. Pemodelan sumberdaya perikanan dan kelautan untuk analisis kebijakan. Gramedia Pustaka, Jakarta.

Irianto G., 2006. Kebijakan dan Pengelolaan Air Dalam Pengembangan Lahan Rawa Lebak dalam Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Lahan Terpadu, Banjarbaru 28 – 29 Juli 2006.

Kartodihardjo, H., dan Jhamtani H. [Editor]. 2006. Politik Lingkungan dan Kekuasaan di Indonesia. Jakarta: Equinox.

Noor, M. 2007. Rawa Lebak: Ekologi, Pemanfaatan, dan Pengembangannya. Rajawali Pers, Jakarta.

Sulistyarto, B. 2008. Pengelolaan Ekosistem Rawa Lebak untuk Mendukung Keanekaragaman Ikan dan Pendapatan Nelayan di Kota Palangkaraya. Disertasi Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bagor.

Sudana, W., 2005. Potensi dan Prospek Lahan Rawa Sebagai Sumber Produksi Pertanian. Balai Pengkajian dan Pengambangan Teknologi Pertanian Bogor. Waluyo. 2000. Pola Kondisi Air Rawa Lebak sebagai Penentu Masa dan Pola Tanam Padi dan Kedelai di Daerah Kayu Agung (OKI) Sumatera Selatan. Tesis

Efektivitas Penerapan Keppres 80 Tahun 2003 pada

Dalam dokumen EKONOMI DAN PEMBANGUNAN (Halaman 35-45)