• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

Dalam dokumen EKONOMI DAN PEMBANGUNAN (Halaman 47-51)

A. Pengertian Sistem dan Pengadaan Barang /Jasa Pemerintah

Menurut Raymond McLeod (1998: 13), Sistem adalah sekelompok eleman-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Selain itu, Stephen A. Moscove & Mark G. Simkim (Baridwan, 1996:4), mendefinisikan suatu sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari interaksi subsistem yang berusaha untuk mencapai tujuan (goal) yang sama. Sementara Bodnar & Hopwood (1998:1) memberikan definisi sistem adalah sekumpulan sumberdaya yang berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu. Romney memberikan pengertian sistem adalah sekumpulan dari dua atau lebih komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.

Keempat definisi di atas lebih menekankan pada hubungan antara beberapa: subsistem/komponen/ elemen untuk mencapai sutau tujuan. Tetapi tidak menjelaskan hubungan yang bagaimana bentuknya. Hubungan bisa saja sangat erat seperti ayah dengan ibu rumah tangga dalam sebuah sistem keluarga dengan tujuan membina rumah tangga yang sakinah. Mereka telah membagi tugas dan tanggung jawab masing-masing secara khusus, namun tanggung jawab akhir secara bersama-sama. Akan tetapi jika hubungan tersebut tidak harmonis, maka tujuanpun tak mungkin tercapai. Harmonis maksudnya saling membahu antara elemen sistem A, B, C, dan seterusnya. Jika A melakukan

Efektivitas Penerapan...

40

membenarkannya atau melakukan koreksi. Jika A dan C, bertengkar atau salah faham, maka B sebagai penengah dan mendamaikannya dengan musyawarah (meeting). Jadi, pengertian sistem itu harus lengkap dan sederhana agar tidak terjadi simpang siur atau mengaburkan arti bagi pembaca.

Berdasarkan uraian tadi dapat disimpulkan bahwa sistem itu merupakan kumpulan beberapa elemen atau subsistem atau sumberdaya yang saling berhubungan (interaksi antara sub, elemen atau sumberdaya) dan bekerja sama secara harmonis dalam satu wadah untuk menggapai sutu tujuan akhir. Sistem dapat dibedakan antara sistem yang kecil dengan sistem yang besar. Sistem yang kecil disebut dengan subsistem dan induknya disebut super sistem atau sistem besar. Misalnya sistem Fakultas Ekonomi merupakan subsistem dari sistem UNSYIAH (Universitas Syiah Kuala). Selanjutnya, sistem UNSYIAH menjadi subsistem dari sistem DIKTI (Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi), dan seterusnya.

Menurut Susanto (2000; 25-29) ciri suatu sistem sebagai berikut:

1. Suatu sistem mempunyai tujuan uta-ma yang akan dicapai. Tanpa tujuan atau sasaran yang ditetapkan terlebih dahulu secara jelas, berarti sistem tersebut tidak bernama atau berben-tuk. Sebab nama dan bentuk suatu sistem dirumuskan dalam tujuan. 1. Semua sistem terdiri atas

unsur-unsur/elemen-elemen/subsistem dalam satu kesatuan. Unsur-unsur atau komponen-komponen sistem bisa berupa fisik dan nonfisik. Fisik

maksudnya dapat dijangkau oleh semua panca indera manusia, sedan-gkan nonfisik sifatnya abstrak. 1. Komponen-komponen/unsur-unsur/

subsistem saling berhubungan atau terintegrasi antara komponen/unsur/ sub tadi. Misalnya, subsistem perse-diaan berhubungan dengan sub-sistem pembelian, subsub-sistem penjua-lan dalam perusahaan dagang. 1. Suatu sistem dapat beroperasi jika

ada lingkungan. Jika sistem itu tidak ada lingkungan maka sistem itu akan mati atau tidak berjalan. Contoh, sistem sebuah organisasi perusahaan beropreasi dalam lingkungan sistem-sistem seperti: pelanggan, pemer-intah, pemasok, serikat buruh, dan sebagainya.

1. Karena sistem beroperasi dalam ling-kungan tertentu, maka sistem itu juga mempunyai batas tertentu yang mampu dijangkaunya. Misalnya sub-sistem produksi dan sub-sub-sistem pem-belian. Sub-sistem pembelian meru-pakan lingkungan dari sub-sistem produksi maka harus ada peng-hubung antara subsistem. Subsistem produksi berakhir pada permintaan bahan untuk dibeli (gudang), sedan-gkan subsistem pembelian berawal dari adanya permintaan pembelian kemudian baru melakukan order pembelian, dan seterusnya.

Berdasarkan Lampiran Ic Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah menetapkan bahwa sistem pengadaan barang/jasa Pemerintah sebagai terdiri dari:

ba-Efektivitas Penerapan...

rang/jasa.

b. Metode penyampaian dokumen penawaran,

c. Metode evaluasi penawaran, dan d. Jenis kontrak yang tepat atau cocok

dengan barang/jasa yang bersang-kutan.

Penjelasan masing-masing penetapan sistem pengadaan yang dilaksanakan penyedia barang/jasa tersebut di atas akan diuraikan sebagai berikut.

1. Metode pemilihan penyedia ba-rang/jasa

Metode pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan/jasa lainnya dapat terdiri dari :

a. Pelelangan umum b. Pelengan terbatas c. Pemilihan langsung d. Penunjukan langsung

Metode pemilihan penyedia barang/jasa konsultansi dapat terdiri dari :

a. Seleksi umum b. Seleksi terbatas c. Seleksi langsung d. Penunjukan langsung

2. Metode penyampaian dokumen penawaran

Penyampaian dokumen penawaran dapat dilakukan dengan

menggunakan 3 metode yaitu : a. Metode satu sampul b. Metode dua sampul c. Metode dua tahap

3. Metode evaluasi penawaran

Evaluasi penawaran untuk pengadaan barang/jasa pemborongan/ jasa lainnya dapat dilakukan dengan

a. Sistem gugur

b. Sistem nilai (merit point system) c. Sistem penilaian biaya selama umur

ekonomis (economic life cycle cost) Sedngkan evaluasi penawaran untuk pengadaan jasa konsultansi dapat dilakukan dengan menggunakan metode:

a. Metode evaluasi berdasarkan kualitas

b. Metode evaluasi berdasarkan kualitas teknis dan biaya

c. Metode evaluasi pagu anggaran d. Metode evaluasi biaya terendah e. Metode evaluasi penunjukan

langsung

B. Sertifikasi Keahlian

Pentingnya masalah sertifikasi untuk aparatur negara yang terlibat dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah telah diatur dalam beberapa peraturan yang antara lain:

1. Pasal 1 angka 15 Kepres Nomor 80 Tahun 2003

”Sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah adalah tanda bukti pengakuan atas kompetensi dan kemampuan profesi di bidang pengadaan barang/jasa pemerintah yang diperoleh melalui ujian sertifikasi keahlian pengadaan barang/jasa nasional dan untuk memenuhi persyaratan seseorang menjadi Pejabat Pembuat Komitmen atau Panitia/Pejabat Pengadaan atau anggota Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit)”.

2. Pasal II angka 1 Perpres Nomor 8 Tahun 2006

Efektivitas Penerapan...

42

dilakukan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, maka pelaksanaan sertifikasi keahlian pengadaan barang/ jasa dikoordinasikan oleh Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas”.

3. Pasal II angka 4 Perpres Nomor 8 Tahun 2006

”Sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa yang telah diterbitkan oleh Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas sebe-lum berlakunya Peraturan Presiden ini, dinyatakan berlaku sebagai sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa seba-gaimana diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2005”.

Memperhatikan ketentuan ten-tang sertifikasi tersebut dapat dianalisis. a. Bahwa sertifikasi keahlian penga-daan barang/jasa diperoleh melaui ujian sertifikasi;

b. Bahwa selama ini sertifikasi keahlian pengadaan barang/jasa belum dilaksanakan sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; c. Bahwa dalam rangka mereduksi

amanat Undang-Undang, maka Menteri Negara Perencanaan Pem-banguan Nasional/Ketua Bappenas mengkoordinasikan pelaksanaan sertifikasi pengadaan barang/jasa. d. Bahwa sertifikat keahlian

penga-daan barang/jasa yang telah diterbitkan oleh Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Bappenas sebelum berlakunya Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006 tanggal 20 Maret 2008 dinyatakan berlaku. Dengan interprestasi akontrario, mama sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa yang diterbitkan oleh Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas setelah berlakunya Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006 tanggal 20 Maret 2008 dinyatakan tidak berlaku. Hal ini wajar karena setelah tanggal 20 Maret 2008 Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas hanya berwenang menkoor-dinasikan sertifikasi keahlian pengadaan barang/jasa yang tidak sesuai (melanggar dan tidak taat) dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Khusus untuk aturan mengenai kepemilikan sertifikat pengadaan barang/jasa pemerintah, sesuai dengan Surat Edaran Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas No. 0021/M.PPN/01/2008 Tanggal 31 Januari 2008, maka sertifikat pelatihan/bimbingan teknis pengadaan barang dan jasa, untuk sementara, sampai tanggal 31 Desember 2008 dapat diberlakukan sebagai sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa.

METODE PENELITIAN

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu dengan cara membagikan langsung daftar pertanyaan (kuesioner) kepada setiap responden. Responden diarahkan

Efektivitas Penerapan...

dan didampingi dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari salah pemahaman atas pertanyaan yang telah disiapkan. Jawaban kuesioner akan dikumpulkan secara langsung oleh peneliti. Cara ini ditempuh dengan pertimbangan untuk menghindari hilang atau tidak kembalinya kuesioner.

Pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner untuk masing-masing variabel dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala nominal yaitu suatu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban dari responden bersifat kualitatif dikuantitatifkan, di mana jawaban diberi tiga opsi pilihan, yaitu: 1 = ya, 2 = tidak,

3 = komentar responden. Populasi

adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis adalah 25 orang pegawai yang sudah memiliki sertifikasi pengadaan di Kabupaten Aceh Barat.

Untuk memperoleh informasi tentang pengadaan barang/jasa pemerintah di Kabupaten Aceh Barat, maka dilakukan evaluasi secara terpadu terhadap komponen-komponen/ unsur-unsur yang terlibat dalam proses pengadaan tersebut. Dengan pendekatan ini sasaran survei adalah tiga komponen utama yaitu: PA/KPA (Pengguna/Kuasa Pengguna Anggaran), PPK (Pejabat Pembuat Komitmen), dan Pejabat/Panitia Pengadaan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Kunjungan lapangan untuk mem-peroleh gambaran permasalahan dan

2. Menguji kuesioner dari ISP3 dengan mengedarkan kepada SKPD yang disampling hanya lima SKPD

3. Menyiapkan kuesioner baru

METODE PENGUMPULAN

Dalam dokumen EKONOMI DAN PEMBANGUNAN (Halaman 47-51)