• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arah Kebijakan Ekonomi Daerah

Dalam dokumen PERBUP RKPD 2015 (Halaman 194-200)

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah

Arah kebijakan ekonomi daerah Kabupaten Bandung Tahun 2015 disusun dengan berpedoman pada RPJMD Kabupaten Bandung Tahun 2010-2015 dan diserasikan dengan RKP Tahun 2014 yang didasari RPJMN Tahun 2010-2014 serta RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2014. Hal ini dilakukan agar terjalin keterkaitan hubungan antar dokumen perencanaan dalam mewujudkan arah kebijakan dan kebijakan-kebijakan ekonomi yang dibangun pada tahun tersebut. Selanjutnya arah kebijakan ekonomi daerah ini akan menjadi dasar kebijakan pengembangan sektoral dan regional yang dijabarkan ke dalam program dan kegiatan. Subbab arah kebijakan ekonomi daerah ini kemudian akan terbagi kedalam kondisi ekonomi daerah tahun 2013 dan perkiraan tahun 2014 serta tantangan dan prospek perekonomian daerah tahun 2015 dan 2016. Kondisi ekonomi daerah tahun 2013 dan perkiraan tahun 2014 akan memuat data-data statistik perekonomian makro di Kabupaten Bandung eksisting beserta hasil proyeksi. Sementara subbab berikutnya tantangan dan prospek perekonomian daerah tahun 2015 dan 2016 akan menjabarkan kondisi internal dan eksternal untuk kemudian dianalisis dan dijadikan pertimbangan dalam memproyeksikan keuangan daerah dan kerangka pendanaan untuk tahun 2015. 3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2013 dan Perkiraan Tahun 2014

Secara umum kondisi ekonomi Kabupaten Bandung

dipengaruhi oleh indikator ekonomi makro Indonesia dan Provinsi Jawa Barat. Kemajuan ekonomi Kabupaten Bandung pun dapat diketahui dengan menyandingkan data pertumbuhan ekonominya dengan Provinsi Jawa Barat dan Indonesia. Kemajuan perekonomian Kabupaten Bandung dapat dilihat melalui pertumbuhan PDRB-nya. Berikut ini merupakan grafik pertumbuhan PDRB Kabupaten Bandung Tahun 2008-2013 yang menunjukkan kenaikan setiap tahunnya.

Gambar 3.1

PDRB Kabupaten Bandung Tahun 2008-2013

Sumber: BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013

2008 2009 2010 2011 2012 2013 ADHB 38,282,169 41,262,098 46,092,238 51,291,762 57,071,406 64,334,227 ADHK 19,674,494 20,527,539 21,734,661 23,026,214 24,443,222 25,901,171 0 10,000,000 20,000,000 30,000,000 40,000,000 50,000,000 60,000,000 70,000,000 J u ta R u p ia h

III - 2

RKPD Kabupaten Bandung 2015

Kenaikan kinerja ekonomi Kabupaten Bandung tersebut juga ditunjukkan oleh kenaikan PDRB atas dasar harga konstan dengan tahun dasar 2000. Laju pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun terus meningkat walaupun pada tahun 2013 terjadi sedikit perlambatan. Dibandingkan dengan tahun 2012, pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan sebesar 0,19% turun dari 6,15% ke 5,96%. Perlambatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada tahun 2013 diakibatkan berbagai terpaan ekonomi diantaranya kenaikan harga BBM, kenaikan harga beberapa bahan pokok seperti beras, produk hortikultura, serta meningkatnya harga tarif dasar listrik yang menjadi pemicu melemahnya kinerja ekonomi wilayah. Secara mendetail laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bandung dari tahun ke tahun beserta rata-ratanya tampak pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.1

Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) Tahun 2010-2013

Tahun 2010 2011 2012 2013 Rata-rata

Laju Pertumbuhan

Ekonomi (LPE) 5,88 5,94 6,15 5,96 5,65

Sumber: BPS Kabupaten Bandung, 2014

Nilai PDRB tahun 2013 masih lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang menunjukkan adanya kenaikan kinerja ekonomi, meski laju pertumbuhannya menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya. Begitu pula dengan nilai tambah tiap sektor yang secara umum mengalami kenaikan. Berikut ini merupakan nilai tambah tiap sektor ekonomi di Kabupaten Bandung yang ditunjukkan oleh angka PDRB berdasarkan sektor ekonomi pada tahun 2013.

Tabel 3.2

Nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Bandung Tahun 2013 (Rupiah)

Sektor Ekonomi PDRB ADHB

Pertanian 5.172.325.030.000,00

Pertambangan dan Penggalian 673.133.710.000,00

Industri Pengolahan 36.721.871.460.000,00

Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.166.432.320.000,00

Konstruksi 1.143.674.370.000,00

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 11.795.595.180.000,00

Pengangkutan dan Komunikasi 2.659.942.030.000,00

Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 1.217.604.860.000,00

Jasa-jasa 3.783.648.370.000,00

Total 64.334.227.320.000,00

III - 3

RKPD Kabupaten Bandung 2015

Melalui data PDRB diatas dapat diketahui industri pengolahan merupakan sektor dengan kontribusi terbesar bagi perekonomian Kabupaten Bandung. Namun untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai pertumbuhan ekonomi wilayah secara rinci berdasarkan sektor-sektornya, diperlukan analisis khusus diantaranya yaitu analisis Location Quotient (LQ), Indeks Spesialisasi, dan Shift Share

Analysis (SSA). Untuk melakukan analisis-analisis tersebut

diperlukan data PDRB wilayah diatasnya, yaitu PDRB Provinsi Jawa Barat dan PDB Nasional.

Tabel 3.3

Nilai PDRB Per Sektor di Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat, dan Nasional Tahun 2013

Sektor Kabupaten

Bandung Provinsi Jawa Barat Nasional

Pertanian 5.172.325.030.000,00 127.880.000.000.000,00 1.311.040.000.000.000,00

Pertambangan dan

Penggalian 673.133.710.000,00 18.610.000.000.000,00 1.020.770.000.000.000,00

Industri Pengolahan 36.721.871.460.000,00 369.830.000.000.000,00 2.152.590.000.000.000,00

Listrik, Gas, dan Air

Bersih 1.166.432.320.000,00 29.190.000.000.000,00 70.074.600.000.000,00

Konstruksi 1.143.674.370.000,00 47.130.000.000.000,00 907.267.000.000.000,00

Perdagangan, Hotel, dan

Restoran 11.795.595.180.000,00 261.540.000.000.000,00 1.301.510.000.000.000,00

Pengangkutan dan

Komunikasi 2.659.942.030.000,00 87.720.000.000.000,00 636.888.000.000.000,00

Keuangan, Persewaan,

dan Jasa Perusahaan 1.217.604.860.000,00 32.210.000.000.000,00 683.010.000.000.000,00

Jasa-jasa 3.783.648.370.000,00 96.060.000.000.000,00 1.000.820.000.000.000,00

PDRB Atas Dasar Harga

Berlaku 64.334.227.320.000,00 1.070.180.000.000.000,00 9.083.970.000.000.000,00

Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat, dan Nasional Tahun 2013

Analisis Location Quotient (LQ)

Dengan mengetahui data PDRB tingkat provinsi dan nasional, dapat diketahui sektor apa saja di Kabupaten Bandung yang merupakan sektor basis dengan menggunakan indeks Location

Quotient (LQ). Penentuan indeks LQ ini dilakukan dengan membagi

nilai perbandingan PDRB suatu sektor terhadap total PDRB Kabupaten dengan perbandingan PDRB suatu sektor terhadap total PDRB Provinsi atau nasional. Berikut ini merupakan indeks LQ dari masing-masing sektor di Kabupaten Bandung terhadap Provinsi Jawa Barat.

III - 4

RKPD Kabupaten Bandung 2015

Tabel 3.4

Indeks Location Quotient Sektor di Kabupaten Bandung Terhadap Provinsi Jawa Barat Tahun 2013

Sektor PDRB Kabupaten PDRB Provinsi Indeks

LQ

Pertanian 5.172.325.030.000,00 127.880.000.000.000,00 0,6728

Pertambangan dan Penggalian 673.133.710.000,00 18.610.000.000.000,00 0,6017

Industri Pengolahan 36.721.871.460.000,00 369.830.000.000.000,00 1,6517

Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.166.432.320.000,00 29.190.000.000.000,00 0,6647

Konstruksi 1.143.674.370.000,00 47.130.000.000.000,00 0,4037

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 11.795.595.180.000,00 261.540.000.000.000,00 0,7502

Pengangkutan dan Komunikasi 2.659.942.030.000,00 87.720.000.000.000,00 0,5044

Keuangan, Persewaan, dan Jasa

Perusahaan 1.217.604.860.000,00 32.210.000.000.000,00 0,6288

Jasa-jasa 3.783.648.370.000,00 96.060.000.000.000,00 0,6552

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku 64.334.227.320.000,00 1.070.180.000.000.000,00

Sumber: Hasil Analisis Bappeda 2014

Berdasarkan data tersebut, tampak bahwa industri pengolahan memiliki indeks LQ>1. Hal ini menunjukkan bahwa industri pengolahan tersebut merupakan sektor basis Kabupaten Bandung di lingkup perekonomian Jawa Barat. Hal ini dapat diartikan bahwa Kabupaten Bandung menjadi pengekspor dalam industri pengolahan terhadap wilayah-wilayah lain di Jawa Barat. Pertumbuhan industri pengolahan sebagai sektor basis dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara umum di Kabupaten Bandung sehingga dapat memicu pertumbuhan delapan sektor lainnya yang merupakan sektor non basis. Sektor ini harus menjadi sektor unggulan Kabupaten Bandung karena kelebihannya dibanding wilayah lain di Jawa Barat. Oleh karenanya, sektor industri pengolahan ini memerlukan dorongan dari pemerintah agar dapat

menggerakkan perekonomian Kabupaten Bandung secara

keseluruhan.

Sektor basis ini pun dapat dilihat terhadap sektor ekonomi lingkup nasional dengan menggunakan metode yang sama dimana hasilnya tampak pada tabel berikut.

Tabel 3.5

Indeks Location Quotient Sektor di Kabupaten Bandung Terhadap Nasional Tahun 2013

Sektor PDRB Kabupaten PDB Nasional Indeks

LQ

Pertanian 5.172.325.030.000,00 1.311.040.000.000.000,00 0,5600

Pertambangan dan Penggalian 673.133.710.000,00 1.020.770.000.000.000,00 0,0900

Industri Pengolahan 36.721.871.460.000,00 2.152.590.000.000.000,00 2,4088

Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.166.432.320.000,00 70.074.600.000.000,00 2,3504

III - 5

RKPD Kabupaten Bandung 2015

Sektor PDRB Kabupaten PDB Nasional Indeks LQ

Perdagangan, Hotel, dan

Restoran 11.795.595.180.000,00 1.301.510.000.000.000,00 1,2800

Pengangkutan dan

Komunikasi 2.659.942.030.000,00 636.888.000.000.000,00 0,5897

Keuangan, Persewaan, dan

Jasa Perusahaan 1.217.604.860.000,00 683.010.000.000.000,00 0,2517

Jasa-jasa 3.783.648.370.000,00 1.000.820.000.000.000,00 0,5338

PDRB Atas Dasar Harga

Berlaku 64.334.227.320.000,00 9.083.970.000.000.000,00

Sumber: Hasil Analisis Bappeda 2014

Pada tabel diatas tampak bahwa terdapat beberapa sektor yang memiliki indeks LQ>1 yang berarti merupakan sektor basis Kabupaten Bandung di lingkup wilayah nasional. Sektor-sektor tersebut adalah sektor industri pengolahan, listrik, gas, dan air bersih, serta perdagangan, hotel, dan restoran. Ketiga sektor tersebut menjadi sektor unggulan Kabupaten Bandung karena rendahnya nilai tambah sektor tersebut di wilayah lain di Indonesia. Berdasarkan indikator LQ ini, sektor industri pengolahan, listrik, gas, dan air bersih, serta perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang harus mendapat dukungan agar dapat memiliki nilai tambah lebih dibanding wilayah-wilayah lain di Indonesia yang menjadi potensi ekspor bagi Kabupaten Bandung.

Indeks Spesialisasi

Sektor ekonomi di Kabupaten Bandung juga dapat dinilai berdasarkan tingkat spesialisasinya. Tingkat spesialisasi ini menunjukkan konsentrasi sektor ekonomi di suatu wilayah. Untuk mengetahui tingkat spesialisasi sektor ekonomi tersebut dilakukan penghitungan dengan menyelisihkan nilai-nilai positif dari persentase PDRB suatu sektor terhadap totalnya untuk wilayah kabupaten dengan persentase PDRB sektor terhadap totalnya untuk wilayah diatasnya (provinsi/nasional), yang kemudian dibagi 100. Berikut ini merupakan indeks spesialisasi yang didapatkan melalui perhitungan diatas.

Tabel 3.6

Perhitungan Indeks Spesialisasi Sektor Ekonomi Kabupaten Bandung di Lingkup Provinsi Tahun 2013

Sektor PDRB Kabupaten % PDRB Provinsi % Selisih

(a) (b) (c) (d) (e) (f) = (c) (e) Pertanian 5.172.325.030.000,00 8,04 127.880.000.000.000,00 11,95 -3,91 Pertambangan dan Penggalian 673.133.710.000,00 1,05 18.610.000.000.000,00 1,74 -0,69 Industri Pengolahan 36.721.871.460.000,00 57,08 369.830.000.000.000,00 34,56 22,52

Listrik, Gas, dan Air

Bersih 1.166.432.320.000,00 1,81 29.190.000.000.000,00 2,73 -0,91

III - 6

RKPD Kabupaten Bandung 2015

Sektor PDRB Kabupaten % PDRB Provinsi % Selisih

(a) (b) (c) (d) (e) (f) = (c)

(e) Perdagangan, Hotel, dan

Restoran 11.795.595.180.000,00 18,33 261.540.000.000.000,00 24,44 -6,10

Pengangkutan dan

Komunikasi 2.659.942.030.000,00 4,13 87.720.000.000.000,00 8,20 -4,06

Keuangan, Persewaan,

dan Jasa Perusahaan 1.217.604.860.000,00 1,89 32.210.000.000.000,00 3,01 -1,12

Jasa-jasa 3.783.648.370.000,00 5,88 96.060.000.000.000,00 8,98 -3,09

Total 64.334.227.320.000,00 100,00 1.070.180.000.000.000,00 100,00 22,52

Indeks Spesialisasi 0,23

Sumber: Hasil Analisis Bappeda, 2014

Seperti yang tercantum pada tabel diatas, indeks spesialisasi sektoral di Kabupaten Bandung pada tahun 2013 sebesar 0,23. Angka ini menunjukkan bahwa tingkat spesialisasi sektoral sangat rendah di Kabupaten Bandung dengan konsentrasi pertumbuhan pada sektor industri pengolahan saja.

Tabel 3.7

Perhitungan Indeks Spesialisasi Sektor Ekonomi Kabupaten Bandung di Lingkup Nasional Tahun 2013

Sektor PDRB Kabupaten Persen

tase PDB Nasional Persen tase Selisih (a) (b) (c) (d) (e) (f) = (c) (e) Pertanian 5.172.325.030.000,00 8,04 1.311.040.000.000.000,00 14,43 -6,39 Pertambangan dan Penggalian 673.133.710.000,00 1,05 1.020.770.000.000.000,00 11,24 -10,19 Industri Pengolahan 36.721.871.460.000,00 57,08 2.152.590.000.000.000,00 23,70 33,38

Listrik, Gas, dan Air

Bersih 1.166.432.320.000,00 1,81 70.074.600.000.000,00 0,77 1,04

Konstruksi 1.143.674.370.000,00 1,78 907.267.000.000.000,00 9,99 -8,21

Perdagangan, Hotel, dan

Restoran 11.795.595.180.000,00 18,33 1.301.510.000.000.000,00 14,33 4,01

Pengangkutan dan

Komunikasi 2.659.942.030.000,00 4,13 636.888.000.000.000,00 7,01 -2,88

Keuangan, Persewaan,

dan Jasa Perusahaan 1.217.604.860.000,00 1,89 683.010.000.000.000,00 7,52 -5,63

Jasa-jasa 3.783.648.370.000,00 5,88 1.000.820.000.000.000,00 11,02 -5,14

Total 64.334.227.320.000,00 100,00 9.083.970.000.000.000,00 100,00 38,43

Indeks Spesialisasi 0,38

Sumber: Hasil Analisis Bappeda, 2014

Sementara itu, bila disandingkan dengan nilai tambah sektoral di lingkup nasional, Kabupaten Bandung memiliki tingkat spesialisasi yang sedikit lebih tinggi, namun masih tergolong sangat rendah, yaitu sebesar 0,38. Konsentrasi pertumbuhan terdapat pada sektor industri pengolahan, listrik, gas, dan air bersih, serta perdagangan, hotel dan restoran yang memiliki nilai selisih positif.

III - 7

RKPD Kabupaten Bandung 2015

Shift Share Analysis (SSA)

Selain kedua indikator diatas, terdapat konsep lain yang dapat menjelaskan pertumbuhan wilayah Kabupaten Bandung, salah satunya yaitu konsep Shift Share Analysis (SSA) yang terdiri dari tiga komponen, yaitu komponen pertumbuhan regional, pertumbuhan proporsional, dan pertumbuhan pangsa wilayah. Konsep ini sudah memperhitungkan faktor waktu sehingga lebih bersifat dinamis dimana pertumbuhan wilayah di Kabupaten Bandung lebih dapat tergambarkan. Berikut ini merupakan hasil perhitungan dengan

konsep SSA untuk wilayah Kabupaten Bandung dengan

menggunakan data lima tahun terakhir. Perhitungan SSA ini telah diverifikasi dengan membandingkan hasil penjumlahan PR, PP, dan PPW dengan hasil pengurangan PDRB tahun akhir oleh tahun dasar Kabupaten Bandung yang terbukti dengan angka total PDRB yang sama.

Dalam dokumen PERBUP RKPD 2015 (Halaman 194-200)