• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 TINJAUAN PUSTAKA Paradigma Pengelolaan Sumber Daya Air

KEBIJAKAN TATA KELOLA SDA

RASIO BERTUJUAN

DISKURSUS TATA KELOLA SUMBER DAYA AIR MENGGUNAKAN TEORI

DISKURSUS HABERMAS OPINI PUBLIK TINDAKAN STRATEGIS TINDAKAN KOMUNIKATIF SOLIDARITAS DUNIA- KEHIDUPAN Lebenswelt FORMASI OPINI DAN ASPIRASI REPRESENTASI PUBLIK TINDAKAN DRAMATURGI

g. Teori etika diskursus Jurgen Habermas yang dibuat dalam tradisi teori kritis dan telah memiliki metodologi kritis bertujuan untuk mengemansipasi masyarakat sehingga memiliki kesadaran baru untuk berani melakukan radikalisasi komunikasi demi tercapainya kehidupan yang bebas dari dominasi. Penggunaan pendekatan paradigma kritis yang melakukan penelitian secara intersubjektif untuk saling berefleksi dan melakukan praksis emansipatoris. Penelitian akan melakukan pendekatan ini.

h. Diskursus sebagai implementasi dari tindakan komunikatif diharapkan berujung pada konsensus dalam perumusan kebijakan publik (hukum) yang akan disepakati bersama. Meskipun konsensus tidak selalu tercapai kadang malah dissensus yang terjadi.

Penelitian ini akan menganalisa fenomena interaksi (diskursus) yang terjadi di ruang publik khususnya yang terjadi dalam proses perumusan kebijakan pengelolaan sumber daya air. Penelitian ini akan akan melihat interaksi yang antar aktor dalam ruang publik.

Hipotesis Pengarah

Hipotesis ini pada dasarnya ditujukan sebagai panduan kerja studi di lapangan (working guideline), berbeda dengan penelitian ilmu alam yang menjari penjelasan (explanation) yang digunakan sebagai uji kebenaran (truth) yang hendak dibuktikan secara empiris.

Hipotesis yang peneliti susun sebagai berikut:

1. Penggunaan rasionalitas bertujuan melalui tindakan strategis mendominasi dalam pengambilan kebijakan publik.

2. Penyusunan peraturan perundang-undangan didominasi kepentingan pembuat peraturan (pemerintah dan DPR).

3. Konsensus masih sulit diwujudkan akibat dominasi dari penguasa/ pengusaha. Yang sering terjadi adalah kompromi atau dissensus

4. Pembentukan opini publik warga bukan berasal dari argumentasi terbaik tetapi lebih pada dominasi argumen dari tokoh warga

5. Kekerasan masih menjadi jalan yang dipilih ketimbang kontestasi opini di ruang publik atau ruang legislasi (DPR) karena lebih cepat didengar dan memiliki tekanan besar

Kedudukan Penelitian

Penelitian ini adalah peneletian tentang diskursus (discourse) di ruang publik menggunakan paradigma teori kritis Habermas. Menurut Hamad (2006) studi communication as discourse adalah studi tentang pesan yang bersifat mengemas kepentingan dalam struktut pesan yang bermakna. Strategi pendekatan komunikasi discourse cenderung lebih efektif untuk menghasilkan efek pada level konatif atau psikomotorik (tindakan).

Jika merujuk pada Littlejohn dan Foss (2009) tentang tradisi pemikiran komunikasi maka penelitian ini masuk dalam kategori tradisi kritis dengan aspek pembahasan pada konteks komunikasi budaya dan masyarakat. Keistimewaan

tradisi teori kritik adalah, pertama, mencoba memahami sistem yang sudah dianggap benar, struktur kekuatan dan keyakinan –atau ideologi- yang mendominasi masyarakat, dengan pandangan tertentu di mana minat-minat disajikan oleh struktur-struktur kekuatan tersebut. Kedua, membuka kondisi- kondisi sosial yang menindas dan rangkaian kekuatan untuk mempromosikan emansipasi atau masyarakat lebih bebas dan lebih berkecukupan. Ketiga, menciptakan kesadaran untuk menggabungkan teori dan tindakan.

Penelitian ini menggunakan teori kritis modernis Habermas. Habermas mengajarkan bahwa masyarakat dipahami sebagai sebuah campuran dari ketiga minat utama yaitu, pekerjaan, interaksi, dan kekuasaan. Habermas menilai komunikasi sebagai emansipasi yang penting karena bahasa adalah alat pemenuhan minat kebebasan.

Penelitian ini memiliki spesifikasi khusus pada paradigma penelitian kritis, dengan fokus pada diskursus pengelolaan sumber daya air baik pada ruang publik konvensional maupun ruang publik online dalam interaksinya dengan negara dan pasar dalam menghasilkan kebijakan publik. Metode analisis data penelitian menggunakan metode penelitian kritis dan teori tindakan komunikatif, pragmatika universal, diskursus praktis Habermas, dan teori DHA Wodak, dan teori argumentasi Toulmin.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kritis dengan menggunakan teori-teori kritis. Penelitian ini selain masuk dalam kajian komunikasi pembangunan juga masuk dalam kajian komunikasi lingkungan dan komunikasi politik. State of the art dan posisi novlty penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.4 dan Gambar 2.5.

Penelitian Terdahulu

Penelitian terkait dengan pengelolaan sumber daya air yang dilakukan peneliti sebelumnya kebanyakan terkait dengan penelitian ekonomi sumber daya alam dan teknik. Seperti penelitian Sutopo (2011) tentang pembayaran jasa lingkungan (PJL) terhadap pemanfaatan sumber daya air di DAS Cisadane, penelitian Redjekiningrum (2011) tentang penerapan optimal water sharing atau scientific water sharing. Penelitian Hidayat (2011) menemukan banyak konflik pengelolaan sumber daya air . Penelitian Raharja (2008) menyarankan perlunya penataan organisasi pengelola DAS Citarum dalam suatu bentuk instrumen- aransemen kerjasama dan tata kelola terpadu (collaborative governance). Penelitian terdahulu terkait sumber daya air ini dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Pendekatan rasio-instrumental seperti yang disarankan oleh Sutopo (2011) ternyata dalam prakteknya menemui hambatan seperti studi yang dilakukan Hidayat (2011). Penerapan pembayaran jasa lingkungan di DAS Cidanau, Kabupaten Serang tidak menjadi insentif untuk meningkatkan kesejahteraan petani hutan dan penghargaan terhadap komunitas petani yang melaksanakan sistem agroforestry dan sistem olah tanah konservasi. Sebaliknya pembayaran jasa lingkungan menjadi alat kontrol kekuatan supralokal terhadap aktivitas agroforestry komunitas melalui prosedur dan mekanisme pembayaran jasa lingkungan yang tidak partisipatif dan tidak demokratis (Hidayat 2011).

Gambar 2.4 Concept Map‟s State of The Art Ruang Publik Online

Media Alternatif

Situs Organisasi, Blog, Internet Forum (Milist, Groups) Jejaring Sosial

Tipe Posisi demokrasi Digital Ruang ―Keras‖ (Administratif/eksekutif, Legislatif RUANG

PUBLIK Demokrasi Deliberatif

Kebijakan Publik

Deliberasi Publik Hukum

Teori Etika Diskursus Tindakan Komunikatif

Diskursus Praktis Diskursus Teoritis

Situasi Bicara Ideal

Teori Kritis Pemahaman (Reflektif) Emansipatoris (Praksis) Kualitatif Studi Kasus Sejarah Salon, Cafe Ruang Publik Borjouis

Ruang Publik (Konvensional)

Media Massa Diskursus Informal

Warung, Kafe, Angkringan, Kedai, Aula Pasar, Forum, dll

Organisasi Masyarakat Sipil

Gambar 2.5 Posisi Novelty Penelitian

Transnasional Nasional Lokal Demokrasi

Deliberatif

Demokrasi Perwakilan

Kebijakan Publik (ruang Politik negara)

Penelitian Saya : Diskursus pengelolaan sumber daya air baik pada ruang publik konvensional maupun ruang publik internet dalam interaksinya dengan negara (pemerintah) dan pasar (swasta) di ruang politik negara dalam menghasilkan kebijakan publik ( UU SDA dan turunannya). Metode analisis data penelitian menggunakan metode penelitian kritis dan teori tindakan komunikatif, pragmatika universal, diskursus praktis, DHA Wodak dan analisis argumen Toulmin.

Ruang Publik

Ruang Publik Konv/Online

Media Massa Diskursus Informal

Ruang Publik Pemerintah

Media Unit Bahasa, Budaya dan Nasional secara Tunggal Komunikasi Lingkungan – Komunikasi Politik –

Tabel 2.6 Perkembangan Pemikiran terkait Demokrasi Deliberatif, Ruang Publik, dan Pengeloaan Sumber Daya Air

No Judul Obyek yang

Diteliti

Temuan Teori/Konsep Metodologi

1 Re-constructing Digital Democracy: An outline of four 'positions'.

New Media Society 2011. 13: 855 Peneliti : Lincoln Dahlberg Penggunaan Ruang Publik Online

Konsumen liberal (liberal-consumer) adalah subjek yang mampu memenuhi dirinya sendiri, individu yang strategis- rasional dan memiliki pandangan demokrasi Kompetitif-aggregatif. deliberatif (deliberative) adalah subjek yang Individu yang rasional intersbujektif memiliki pandangan demokrasi Deliberasi-konsultatif. publik tandingan (counter-publics) adalah subjek yang Individu/publik yang diskursif-antagonis memiliki pandangan demokrasi Persaingan.

Marxis otonomis (autonomist Marxist) adalah subjek yang Kebersamaan yang istimewa memiliki pandangan demokrasi Jaringan bersama.

Empat posisi demokrasi digital: individu liberal (liberal-

individualist), deliberatif (deliberative), publik tandingan (counter-publics), dan Marxis otonomis (autonomist Marxist). Demokrasi digital liberal-individualis memahami media digital sebagai sarana untuk transmisi informasi yang efektif dan sudut pandang antara individu dan perwakilan proses pengambilan keputusan. Demokrasi deliberatif melihat media digital secara umum, dan internet secara khusus, merealisasikan deliberatif.

Posisi publik tandingan menekankan peran media digital dalam

pembentukan kelompok politik, aktivisme, dan kontestasi, bukan aksi individu rasional atau rasional deliberatif berorientasi konsensus. Marxis otonom, posisi ini melihat jaringan komunikasi digital sebagai pembuat suatu politik demokrasi radikal dalam arti mengorganisasi

Metode penelitian ini menggunakan metode interpretasi kritis yang masuk dalam penelitian kualitatif dan memakai

diri sendiri (self-organized) dan partisipasi inklusif dalam kegiatan produktif bersama memotong negara terpusat dan sistem kapitalis, yang dipahami sebagai anti demokrasi. 2 The Internet, Public

Spheres, and Political Communication: Dispersion and Deliberation. Political Communication, 22:147–162 Copyright 2005 Taylor & Francis Inc Peneliti : Peter Dahlgren. Ruang Publik Online

Internet memiliki peran mendorong lebih untuk bermain di sektor advokasi / aktivis ruang publik online, dalam konteks politik ekstra-parlemen baru. Diskusi politik dalam organisasi berusaha untuk mencapai konsensus internal (atau setidaknya kompromi), sering beberapa untuk membentuk identitas kolektif, dan untuk mobilisasi politik. Secara eksternal, tekanan politik mereka mengarah kepada pemegang kekuasaan di bidang politik atau ekonomi bukan untuk mencapai konsensus, melainkan untuk mempengaruhi kebijakan. Internet berada di garis depan perkembangan ruang publik, dan jika penyebaran ruang publik memberikan kontribusi bagi sistem komunikasi politik yang sudah stabil, khususnya ruang publik tandingan di Internet juga membiarkan keterlibatan warga untuk berperan dalam pengembangan demokrasi baru politik.

Kerangka kerja budaya sipil berusaha untuk menjawab pertanyaan tentang

Dahlgren (1995)

mengkonseptualisasi ruang publik berisi tiga dimensi, yaitu struktur, representasi, dan interaksi. Dimensi struktural mirip dengan institusi formal. Untuk internet, dimensi struktural menunjuk pada ruang komunikatif yang relevan untuk demokrasi yang dikonfigurasi dengan luas. Seperti cyber-geography yang diorganisasi dalam istilah legal, sosial, ekonomi, budaya, teknik, juga arsitektur web. Termasuk faktor- faktor yang memiliki pengaruh pada jaringan yang dapat diakses (atau tidak) untuk penggunaan masyarakat.

Metodologi menguraikan secara bersamaan elemen- eleman kunci dalam perspektif ruang publik. Penekanan pada tiga dimensi analisis utama, yaitu: struktural, representasional, dan interaksional.

representasi, bentuk interaksi, dan mengapa orang berpartisipasi dan lainnya tidak itu dengan menyediakan titik awal empiris untuk analisis. Kerangka budaya sipil adalah warga- agen, kerangka ini dalam proses menjadi --bagaimana orang-orang menjadi warga negara, bagaimana mereka datang untuk melihat orang lain sebagai anggota peserta potensial dalam pembangunan masyarakat.

Dahlgren memperlakukan budaya sipil terdiri dari sejumlah parameter yang terkait secara dinamis: nilai-nilai, afinitas (persamaan), pengetahuan, identitas, dan praktek.

3 Public Sphere and History: Historians' Response to Habermas on the ''Worth'' of the Past.

Journal of Communication Inquiry 2004 28: 217 Penulis: Andrej Pinter. Sejarah Ruang Publik

Habermas mengubah pengaruh dari transformasi ruang publik. Ruang publik dilokasikan pada era kehidupan publik dinamis di mana diskusi bebas banyak muncul dalam bentuk pergaulan.

Menurut sejarah orientasi sejarah ruang publik fokus pada satu atau lebih tema-tema di bawah ini, yaitu (1) ruang publik muncul pada akhir abad ke-17 di masyarakat Eropa Barat, ruang publik merupakan lambang trend lahirnya budaya urban dan kemunduran otoritas kaum feodal. (2) ide ruang publik menunjukkan kemajuan akal pencerahan dari batasan otoritarian. Pada bentuk sekarang, ruang publik menjaga nilai-nilai tertentu dan harapan mengembangkan tindak lanjut zaman pencerahan dan masih

penelusuri sejarah ruang publik dan sejarah

relevan hingga sekarang. Persaingan arti ruang publik atas berakar dari perselisihan dan kontroversi abadi tentang politik, masyarakat, rasionalitas, dan kehidupan publik secara umum. 4 Teori Diskursus dan Demokrasi: Peralihan Habermas ke Dalam Filsafat Politik. Diskursus, Vol. 7, No. 1, April 2008:1-27. Penulis: Hardiman, F. Budi. Teori Diskursus

Diskursus adalah bentuk refleksi (reflexions form) tindakan komunikatif. Diskursus adalah kelanjutan dari tindakan komunikatif dengan memakai argumentasi.

Ada dua jenis diskursus, diskursus teoritis mempermasalahkan pernyataan- pernyataan teoritis-empiris, sedangkan diskursus praktis orang mempermsoalkan klaim ketepatan pernyataan-pernyataan normatif.

Diskursus praktis berlaku sebagai prosedur komunikasi. Prosedur diskursus praktis adalah: (1) semua subjek yang mampu berbicara dan bertindak boleh ikut serta dalam diskursus. (2) a. Setiap peserta boleh mempersalahkan setiap pendapat. B. Setiap peserta boleh mengajukan pendapat apapun di dalam diskursus. C. Setiap peserta boleh mengungkapkan sika-sikap, keinginan-keinginan, dan kebutuhan-kebutuhannya. (3) tidak seorang pembicarapun boleh dihalangi untuk melaksanakan hak-haknya yang

Telah terjadi perubahan paradigma dalam teori kritis, dari filsafat kesadaran atau filsafat subjek ke paradigma teori komunikasi (sering disebut dengan linguistic turn/ peralihan linguistis). Sehingga fokus penelitian bergeser dari rasionalitas kognitif-instrumental ke rasionalitas komunikatif.

penjelasan teori diskursus dengan mengacu pada studi karya-karya Jurgen Habermas

menggunakan model deskriptif

tercantun dalam aturan (1)dan (2). Kepentingan terbentuk lewat kontak intersubjektif. Kepentingan yang dibawa oleh masing-masing peserta diskursus saling bertabarakan dan dikonfrontasikan sehingga terbentuklah kepentingan bersama.

5 Peran Ruang Publik Dalam Mendukung Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi Atas Pro dan Kontra Keistimewaan DIY Dalam Krisis Regulasi Keistimewaan DIY 1998-2009). Master Tesis, Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. 2009. Penulis: Adhi Darmawan. Penggunaan Ruang Publik dalam mempengaru hi kebijakan publik

Dalam penelitian ini ditemukan bentuk bentuk ruang publik di DIY seperti Angkringan, Media Massa, Aula Pasar, dan lain-lain. Kelompok masyarakat penolak keistimewaan DIY dalam ruang publik di DIY bergerak secara tertutup. Sebaliknya, kelompok masyarakat yang mendukung keistimewaan DIY bergerak secara terbuka.

ruang publik menjadi kekuatan penyeimbang dari adanya tuntutan perubahan, sehingga sekalipun berubah, perubahan tersebut tidak akan berbeda jauh dari nilai-nilai dasarnya.

Ruang publik itu bisa tercipta dalam kondisi

masyarakat yang memiliki budaya politik tradisional, di mana nilai-nilai tradisional dan karismatis sangat kuat keberadaannya disana, hanya saja, mekanisme penyaluran aspirasinya saja yang berbeda-beda.

Prinsip diskursus Habermas bahwa norma yang dianggap sah adalah norma-norma yang dihasilkan dari suatu praktek diskursus yang rasional dan telah mendapat persetujuan dari pihak-pihak yang nantinya terkena dampak dari diberlakukannya norma tersebut.

kualitatif dengan strategi studi kasus. Unit analisa dalam penelitian ini adalah ruang publik yang ada di propinsi DIY seperti angkringan, kantin kampus, media massa 6 Kebijakan Publik Deliberatif: Kebijakan Publik

Kebijakan publik deliberatif relevan bagi Indonesia era desentralisasi karena

Rasionalitas manusia sangat terbatas dan kemampuan manusia untuk

studi pustaka dan studi kasus untuk

Relevansi dan Tantangan lmplementasinya. Jurnal Airlangga. Tahun 2011, Volume 24, Nomor 3. Hal: 261-271. Penulis: Antun Mardiyanta.

deliberatif sifat masyarakatnya yang komunal dan lebih-lebih karena fenomena distrust publik terhadap praktik administrasi publik belum juga berkurang. Munculnya konsep kebijakan publik deliberatif tidak terpisah dari pergeseran orientasi ilmu administrasi publik dari government ke governance di satu sisi dan bentuk derivasi demokrasi

deliberatif di sisi yang lain. Praktik proses kebijakan deliberatif sebenarnya sudah mendapat dukungan dari sebagian kebijakan di tingkat nasional, namun karena kurang adanya koherensi dengan kebijakan yang lain, maka lemah dalam implementasinya. Yang terakhir ini menjadi tantangan implementasi kebijakan deliberatif di Indonesia.

memproduksi informasi dalam pengambilan keputusan juga dengan sendirinya terbatas pula

(Simon,1947).

Ada keterkaitan erat antara transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi. Partisipasi publik tidak akan dapat terlaksana tanpa adanya transparansi. Transparansi juga akan mendorong peningkatan akuntabilitas publik. Sementara akuntabilitas sulit terlaksana tanpa adanya pemantauan dan partisipasi publik dalam pengambilan keputusan. melakukan perbandingan atau hubungan 7 Demokrasi Deliberatif di Era Otonomi Daerah: Studi Kasus ―Forum Konstituen‖ di Kabupaten Bandung. Master Tesis, Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Demokrasi Deliberatif

Bahasa dipandang penting dalam mencapai pemahaman dan

mengkoordinasi tindakan bersama ditegaskan dengan penggunaan bahasa sunda dalam penyampaian gagasan. Menambahkan aspek peluang civic enggagement dalam konsep demokrasi deliberatif karena tidak adanya jaminan bahwa partisipasi warga akan mendapat respon yang setara dari

pemerintah/negara.

Adanya bias gender karena terbatasnya keterlibatan perempuan.

Teori demokrasi deliberatif

Habermas (1962, 1981, 1984, 1991) memiliki konsep-konsep utama, yaitu negara hukum, radikalisasi

demokrasi, ruang publik politik, legitimasi, opini publik, rasio komunikatif, rasio prosedural, etika diskursus, teori diskursus, dan masyarakat sipil.

kualitatif dengan strategi studi kasus

Universitas Indonesia. 2012 Penulis: Candra Kusuma. 8 Etika Diskursus Jürgen Habermas: Sumbangannya Bagi Pemahaman Undang-Undang Dasar 1945 Dan Hubungannya Dengan Pancasila. Disertasi Doktor Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Program Pascasarjana Ilmu Filsafat, 2010. Penulis: Alexander Seran Teori Etika Diskursus

Sistem demokrasi representatif seakan- akan berjalan secara otomatis sehingga kebutuhan rakyat terealisir secara baik sekaligus membuat rakyat acuh terhadap jalannya pemerintahan sebagai sebuah proses demokrasi yang hidup. Bagi Habermas, demokrasi yang ideal bukan sekedar pernyataan peran representatif dalam pengambilan keputusan melainkan pernyataan peran intersubyektif dalam mencapai kesepakatan yang akan dijadikan dasar atau motivasi hukum. Sistem demokrasi yang dilaksanakan sebagai tindakan (interaksi) komunikatif merupakan demokrasi deliberatif yakni pengambilan keputusan yang didasarkan kesepakatan bersama secara argumentatifdiskursif. Dalam demokrasi deliberatif, pembentukan kehendak umum masyarakat didasarkan pada prinsip keadilan dan solidaritas. Demokrasi deliberatif merupakan sintesis dari teori demokrasi yang didasarkan pada paham keadilan yang menurut Kant adalah kebebasan individu dan pada paham

Etika diskursus adalah sebuah metode kajian sosial kritis yang merekonstruksi secara kritis kompetensi teoretik dan praktis mengenai konsep hukum dan moralitas berdasarkan sebuah prinsip yang diakui bersama. Etika diskursus dapat diterapkan sebagai diskursus hukum yang merekonstruksi kompetensi teoretik mengenai hubungan sistemik yang ditentukan oleh obyektivitas hukum dan kompetensi praktis mengenai hubungan personal yang ditentukan subyektivitas nilai dan pandangan hidup. Sebagai kajian sosial kritis, diskursus hukum dilakukan dengan cara merekonstruksi pandangan teoretik mengenai mengenai hubungan sosial yang ditentukan oleh sistem hukum dan pandangan praktis mengenai hubungan social yang ditentukan oleh nilai-nilai dunia kehidupan.

Etika diskursus dapat menjembatani sistem dalam bentuk hubungan sosial

Metode rekonstruksi

solidaritas yang adalah kesadaran kolektif yang menurut Hegel adalah negara dan menurut Marx adalah kaum pekerja. Dalam demokrasi deliberatif, keadilan tidak didasarkan semata-mata pada hak individu dan tidak pula semata-mata pada negara atau kaum pekerja melainkan pada konsensus yang diperoleh melalui koordinasi tindak- tutur dan solidaritas. Berdasarkan konsep keadilan dan solidaritas, pengertian demokrasi deliberatif dipahami berada di atas perlakuan yang sama secara individualistik kepada tiap- tiap orang (dalam demokrasi liberal) dan di atas paham perlakuan menurut etos sosial (dalam demokrasi republikan). Prinsip keadilan dan solidaritas menyatakan suatu kesadaran sosial yang menghargai secara sama kebebasan individu dan kebebasan sosial dengan demikian mengintegrasikan kesadaran individual dan kolektif menjadi kesadaran komunikatif.

civil society sebagai organisasi masyarakat non-pemerintah dan non- ekonomi yang berperan mengkounter pemerintah dan swasta (ekonomi) keduanya secara argumentatif-diskursif dalam proses pembentukan opini publik. Fungsi co-authorship masyarakat dan

yang didasarkan pada norma obyektif terutama dalam sistem politik dan ekonomi dengan hubungan sosial yang didasarkan pada relasi interpersonal dalam dunia kehidupan sehari-hari.

pemegang otoritas politik dalam

pembuatan hukum bersifat praktis bukan teknis yang berarti pencarian bersama melalui argumentasi dasar-dasar klaim yang valid sebelum otoritas politik menerjemahkan validitas klaim tersebut ke dalam rubrik hukum. Syarat untuk mewujudkan kerja sama tersebut adalah adanya ruang publik yang terbuka dan bebas bagi tindakan (interaksi)

komunikatif antara civil society, negara, dan ekonomi dalam menciptakan hukum yang mewujudkan kesejahteraan

bersama. Oleh karena itu legitimasi hukum tidak ditentukan berdasarkan kenyataan bahwa hukum dibuat oleh Negara melainkan pembuatan hukum mengejawantahkan kehendak umum yang dibicarakan bersama.

9 Public Deliberations, Discursive Participation and Citizen Engagement: A Review of the Empirical Literature Annual Review of Political Science Volume 7, 2004: Deliberasi Publik, Partisipasi Diskursus, dan Pelibatan Warga

Penelitian Psikologi Sosial pada Deliberasi Kelompok Kecil,

Studi Kasus dan Riset berbasis Survey pada Deliberasi Politik,

Riset Eksperimen pada Deliberasi Politik,

Potensi Deliberasi Politik,

Demokrasi deliberatif fokus pada proses komunikasi dari pembentukan kehendak dan opini (opinion and will formation) yang mendahului voting (Chamber

Deliberasi Publik, Partisipasi Diskursus, Pelibatan Warga, Perbincangan Politik,

Kajian literatur empiris

315-344

Penulis: Michael X. Delli Carpini, Fay Lomax Cook, Lawrence R. Jacobs

2003:308).

Deliberasi publik merupakan proses setelah demokrasi deliberatif muncul. Kebanyakan pengertian formal deliberasi publik adalah diskusi yang melibatkan argumen yang bijaksana, mendengarkan secara kritis, dan pengambilan keputusan secara bersungguh-sungguh. Berdasarkan tulisan John Dewey, deliberasi penuh memasukkan suatu pengujian dengan hati-hati suatu masalah atau isu, mengidentifikasi solusi yang memungkinkan, pembentukan atau penegasan kembali kriteria evaluasi, dan menggunakan kriteria-kriteria itu dalam pengidentifikasian sebuah solusi optimal. Dalam sebuah debat publik khusus atau dalam konteks sebuah pemilihan, deliberasi suatu waktu dimulai dengan sebuah seperangkat solusi yang sudah tersedia; tetapi itu selalu melibatkan analisa masalah, spesifikasi kriteria, dan evaluasi (Gastil 2000:22).

Warga memiliki kepentingan yang rendah dalam diskusi isu-isu publik, Mengkombinasikan banyak metode untuk membangun kekuatan studi kasus kualitatif, observasi partisipan, penelitian survey, penelitian

laboratorium dan lapangan, yang digunakan

10 Dialog-Kritis Antara Golongan Elit dan Warga Desa Dalam Pembangunan Masyarakat Desa. Disertasi IPB. Tahun 1999. Peneliti : Endriatmo Sutarto Teori elit (desa), ruang sosial semi- otonom (ruang publik), dialog kritis (tindakan komunikatif)

Ruang semi-otonom menunjuk pada suatu fakta bahwa ruang kecil di dalam lingkup kehidupan desa memiliki kapasitas untuk menghasilkan kesepakatan-kesepakatan, aturan, nilai- nilai, sibol-simbol yang berasal dari dalam, atau bahkan adat-istiadat sehingga orang tunduk kepadanya. Tetaoi, ruang semi-otonom juga rentan terhadap aturan-aturan dan desakan- desakan kekuasaan yang datang dari dunia luar yang mengelilinginya. Golongan elit desa, yaitu Kepala desa