• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan Operasional

Dalam dokumen Buku Garuda Prospektus Final (Halaman 186-189)

BAB VIII. KEGIATAN DAN PROSPEK USAHA PERSEROAN

8. Kegiatan Operasional

Perencanaan Rute Penerbangan

Strategi pertumbuhan Perseroan meliputi pengidentifikasian rute yang memiliki peluang usaha yang belum mendapatkan pelayanan yang cukup oleh maskapai penerbangan lainnya, meningkatkan jumlah rute dilayani, meningkatkan frekuensi penerbangan, dan menghilangkan rute yang tidak menguntungkan setelah melalui proses identifikasi. Pada periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2010, Perseroan melayani 2 rute internasional baru (termasuk rute baru internasional jarak jauh) dan 5 rute domestik baru, dan 7 rute internasional baru dan 8 rute domestik baru pada tanggal 31 Desember 2009, 2 rute internasional baru dan 1 rute domestik baru pada tanggal 31 Desember 2008, dan 4 rute domestik baru pada tanggal 31 Desember 2007.

Perseroan senantiasa meninjau dan berusaha mengoptimalkan jaringan rute yang dimiliki dengan mengidentifikasi peluang untuk menawarkan penerbangan internasional langsung dari dan ke Indonesia pada rute yang banyak dilayani melalui lokasi penghubung negara ketiga, demikian pula mencari peluang untuk meningkatkan frekuensi penerbangan Perseroan pada rute penerbangan domestik di Indonesia. Perseroan juga bermaksud untuk memanfaatkan bisnis

LCC Citilink untuk memanfaatkan kesempatan melayani penumpang budget travellers pada rute domestik dan regional dengan yield rendah dan jumlah pasar yang besar untuk melindungi keuntungan dari bisnis FSC. Perseroan bermaksud untuk menggunakan layanan bisnis LCC Citilink menjadi price taker untuk mencegah penurunan harga FSC Garuda Indonesia akibat persaingan dengan LCC lain pada rute yang sama. Perseroan juga bermaksud untuk menggunakan bisnis LCC Citilink untuk membuka rute internasional baru dengan yield rendah dan jumlah pasar yang besar yang tidak menguntungkan jika dilayani oleh bisnis FSC Garuda Indonesia. Pengembangan dan optimalisasi rute yang menguntungkan serta tingkat frekuensi penerbangan bergantung pada beberapa faktor, meliputi kemampuan Perseroan untuk mendapatkan data pasar yang akurat untuk kebutuhan evaluasi, ketersediaan pesawat dan kemampuan Perseroan untuk memperoleh hak mendarat di bandara-bandara tujuan.

Untuk memaksimalkan tingkat utilisasi armada pesawat dan meningkatkan daya saing Perseroan, Perseroan dengan seksama melakukan evaluasi dan merencanakan jaringan rute dan jadwal penerbangan. Unit Network Management Perseroan bertugas untuk mempersiapkan dan memberikan informasi terkini secara berkala mengenai rencana rute perjalanan pada setiap periode 1 dan 5 tahun berdasarkan beberapa faktor, seperti strategi bisnis Perseroan, proyeksi dan analisis pasar serta persaingan usaha. Perseroan juga mengevaluasi tingkat profitabilitas setiap rute dan menyesuaikan jadwal dan frekuensi penerbangan untuk memaksimalkan profitabilitas. Perseroan memiliki beberapa sistem informasi manajemen seperti sistem netline plan dan netline sched untuk meningkatkan kualitas analisis pasar, dan perencanaan jaringan rute. Berdasarkan rute yang direncanakan, Perseroan meminta persetujuan DJPU untuk rute tambahan yang diinginkan atau memodifikasi frekuensi penerbangan pada rute tertentu dalam rangka memperbaiki jaringan rute yang dimiliki. Perseroan bekerjasama dengan pihak yang berwenang dalam mendapatkan hak-hak atas rute tambahan yang diatur oleh peraturan bilateral layanan udara baik yang lama maupun yang baru dan dapat membantu Pemerintah dalam negosiasi dengan pemerintah negara lain mengenai perjanjian terkait.

Penjadwalan Penerbangan

Unit Network Management Perseroan berwenang merumuskan jadwal penerbangan untuk berbagai rute perjalanan yang dimiliki berdasarkan permintaan pasar. Sesuai dengan ketentuan IATA, Perseroan menerbitkan jadwal penerbangan musim panas dan musim dingin setiap tahunnya. Dari waktu ke waktu, Perseroan juga menyesuaikan frekuensi penerbangan dan jenis pesawat yang digunakan pada rute penerbangan berjadwal untuk mengantisipasi permintaan yang sifatnya musiman.

Operasional Penerbangan

Operation Control Center (“OCC”) Perseroan yang terletak di Bandara Internasional Soekarno-Hatta di dekat kota Jakarta bertugas mengawasi dan mengendalikan aktivitas penerbangan sesuai dengan jadwal operasional penerbangan Perseroan. OCC mengumpulkan dan menganalisis informasi yang berkaitan dengan proyeksi payload, kondisi cuaca dan status peralatan pesawat, memberikan pelayanan flight dispatches, dan mengkoordinasi layanan di darat yang diperlukan. OCC Perseroan memonitor penerbangan melalui media komunikasi radio dan Air Communication and Reporting System (“ACARS”). Perseroan berharap untuk dapat mengimplementasikan komunikasi Air-To-Ground Datalink (“AGDL”) di masa depan. Apabila terjadi ketidakpastian, OCC dapat menyesuaikan jadwal penerbangan, menggabungkan dan jika perlu, membatalkan penerbangan.

Ketepatan waktu keberangkatan dan kedatangan adalah sangat penting untuk kepuasan pelanggan, reputasi brand Garuda Indonesia dan untuk pengendalian biaya. Menurut laporan internal Perseroan tahun 2009, rata-rata ketepatan waktu keberangkatan adalah 82,5% dimana 8,2 % dari penerbangan yang penjadwalannya tidak menentu tersebut disebabkan oleh faktor-faktor yang masih dalam kendali perusahaan (seperti penjadwalan penerbangan, insiden bersifat mekanik dan layanan penumpang) dan 8,8 % disebabkan oleh faktor-faktor di luar kontrol perusahaan (seperti kemacetan bandara, keterbatasan fasilitas bandara, kontrol lalu lintas udara, cuaca buruk dan perintah pembatalan penerbangan).

Ground Services

Di bandara domestik, perusahaan asosiasi Perseroan, PT Gapura Angkasa menyediakan ground service untuk penerbangan domestik Perseroan dan penerbangan lain berbasis kontrak. Untuk bandara di luar negeri, Perseroan menggunakan ground service dari pihak ketiga atau dari perusahaan penerbangan utama yang berbasis di bandara tersebut yang memberikan ground service yang biayanya sudah ditetapkan berdasarkan kontrak. Ground services meliputi layanan check-in, boarding, layanan lounge kelas premium, ramp service, penanganan bagasi, jasa bongkar muat, layanan kebersihan kabin dan layanan transit.

Bahan Bakar Pesawat

Pada tahun 2005, 2006, 2007, 2008, 2009 dan pada periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2010, biaya bahan bakar pesawat masing-masing sebesar 30,2%, 34,1%, 34,3%, 41,2%, 29,4%, dan 31,8% dari total beban operasional. Harga bahan bakar pesawat selama ini dan akan selalu, bergantung pada volatilitas harga dan fluktuasi pasokan dan permintaan.

Perseroan mendapatkan pengadaan sekitar 70% bahan bakar sesuai dengan perjanjian yang dibuat dengan Pertamina, termasuk semua bahan bakar yang diperlukan untuk penerbangan di rute domestik. Sampai dengan saat ini hampir seluruh dari pasokan bakar di Indonesia berasal dari Pertamina, termasuk bagi armada Perseroan. Hal ini mengkondisikan Perseroan untuk tetap bergantung kepada Pertamina. Namun demikian, Perseroan telah melakukan beberapa upaya diantaranya adalah dengan melakukan negosiasi secara maksimal untuk memperoleh harga terbaik.

Perseroan masuk ke dalam perjanjian pasokan bahan bakar selama lima tahun dengan Pertamina dan perjanjian pasokan bahan bakar selama 1 sampai 2 tahun dengan beberapa pemasok internasional. Perjanjian pasokan bahan bakar baik untuk internasional diperpanjang secara periodik dan pembayarannya menggunakan dolar Amerika Serikat dan mata uang lokal. Perjanjian pasokan bahan bakar domestik ditinjau secara periodik dan pembayaran dilakukan dalam Rupiah untuk harga yang ditetapkan dalam dolar Amerika Serikat. Perjanjian pasokan bahan bakar domestik ditinjau secara periodik dan pembayaran dilakukan dalam Rupiah untuk harga yang ditetapkan dalam dolar Amerika Serikat. Harga bahan bakar internasional umumnya ditetapkan dengan mengacu pada harga dasar rata-rata minyak yang dipublikasikan oleh Platts melalui Singapura berdasarkan Mean of Platts Singapore (MOPS), Mean of Platts Arab Gulf (MOPAG), Teluk Arab, Saudi Arabia dan Belanda, yang diterbitkan oleh ARAMCO atau Rotterdam. Harga bahan bakar domestik ditetapkan dengan mengacu pada (dan umumnya termasuk diskon dari) harga posting produksi dalam negeri Pertamina. Selain itu, perjanjian baru akan pasokan bahan bakar Perseroan dengan Pertamina menggabungkan diskon tetap untuk harga posting produksi dalam negeri Pertamina, sedangkan Pertamina secara historis memberikan Perseroan diskon persentase terhadap harga posting produksi dalam negeri. Dengan demikian, Perseroan berkeyakinan bahwa, bila dibandingkan dengan kesepakatan bahan bakar sebelumnya dengan Pertamina, perjanjian baru tersebut akan menghasilkan diskon yang lebih rendah (dan harga bahan bakar yang lebih tinggi) sejalan dengan kenaikan harga posting produksi dalam negeri.

Perjanjian pasokan bahan bakar internasional mewajibkan adanya pembayaran di muka atau adanya letter of credit terhadap pengiriman bahan bakar, sedangkan perjanjian pasokan domestik dengan Pertamina saat ini mengijinkan Perseroan untuk melakukan pembayaran dalam dua minggu setelah pengiriman bahan bakar. Di masa lalu Perseroan pernah mengalami ketidakmampuan dalam pelunasan sejumlah pembiayaan bahan bakar kepada Pertamina, dimana jumlah tersebut telah dikonversikan menjadi hutang subordinasi jangka panjang pada restrukturisasi hutang yang terkini.

Perseroan tidak melakukan transaksi lindung nilai (hedging) terhadap harga bahan bakar pesawat, kecuali untuk transaksi derivatif tertentu yang terkait dengan bahan bakar pesawat untuk keperluan layanan haji. Selama ini Perseroan membebankan sebagian dari beban bahan bakar kepada pelanggan dalam bentuk beban tambahan bahan bakar (fuel surcharge), walaupun jumlah fuel surcharge yang dapat diterapkan diatur oleh Pemerintah dan sejak Juni 2010 kemampuan Perseroan untuk meneruskan beban tambahan tersebut kepada pelanggan telah jauh berkurang. Di samping itu, baru-baru ini Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menyatakan bahwa praktik tersebut bersifat anti-persaingan. Kenaikan agregat harga tiket perjalanan udara (tiket pesawat yang terdiri dari, pajak terkait, bahan bakar dan beban tambahan lainnya) yang disebabkan oleh kenaikan yang signifikan pada harga bahan bakar jet dapat menurunkan permintaan atas layanan yang diberikan Perseroan. Dengan demikian, beban bahan bakar pesawat tertimbang per barel yang tinggi dapat berpengaruh buruk terhadap profitabilitas dan pendapatan usaha Perseroan. Karena Perseroan memiliki keterbatasan kemampuan untuk dapat terus menerapkan beban tambahan bahan bakar pesawat di luar ketetapan tarif kelas ekonomi yang ditentukan, Perseroan semakin mengandalkan proteksi terhadap bahan bakar agar Perseroan dapat mengkontrol eksposurnya terhadap perubahan harga bahan bakar.

Untuk penerbangan internasional kembali ke Indonesia, Perseroan membeli bahan bakar pesawat dari pemasok internasional yang memberlakukan harga pasar internasional. Perseroan memiliki beberapa pemasok utama bahan bakar pesawat seperti air BP dan Shell Malaysia Trading.

Jasa In-flight Catering

PT Angkasa Citra Sarana (“ACS”), yaitu anak perusahaan dari PT Aero Wisata, menyediakan jasa in-flight catering untuk penerbangan yang berasal dari Jakarta dan Denpasar serta penerbangan lain dari bandara domestik. Untuk penerbangan yang berasal dari bandara internasional luar negeri, Perseroan pada umumnya memiliki kontrak jasa in-flight catering dengan perusahaan penerbangan lokal atau perusahaan katering lokal, yang bersifat tahunan dan berlaku sebaliknya dengan ketentuan yang lazim digunakan dalam industri penerbangan.

Pendapatan dari usaha katering Perseroan meliputi pendapatan yang diperoleh oleh ACS sebagai penyedia jasa in-flight catering kepada maskapai pihak ketiga yang beroperasi dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Pemeliharaan dan Perbaikan Pesawat

Perawatan pesawat, perbaikan dan overhaul, juga dikenal dengan sebutan MRO, sangat penting untuk keselamatan dan kenyamanan penumpang, penggunaan yang efisien dan pemeliharaan pesawat serta optimalisasi pemanfaatan armada yang dimiliki Perseroan. Jadwal dan siklus jasa MRO untuk armada yang dimiliki Perseroan bervariasi tergantung pada faktor-faktor tertentu, termasuk umur dan jenis pesawat dan spesifikasi pabrikan.

Pada tahun 2002, GMF Aeroasia didirikan sebagai Anak Perusahaan, dalam rangka mengkonsolidasikan dan mengintegrasikan pengoperasian teknisi pemeliharaan pesawat Perseroan. Dalam penyediaan jasa MRO kepada Perseroan di Indonesia dan juga kepada maskapai penerbangan pihak ketiga, GMF Aeroasia menggunakan fasilitas yang disewa dari Perseroan.

GMF Aeroasia telah mendapatkan lisensi dari DJPU, Otoritas United States Federal Aviation Administration (FAA) dan European Aviation Safety Agency (EASA). Jasa pelayanan yang paling banyak diberikan oleh GMF Aeroasia untuk pesawat milik Perseroan adalah jasa pemeliharaan kerangka pesawat. Pemeliharaan mesin pesawat diberikan oleh GMF Aeroasia untuk pesawat Boeing 737-300/400/500 dengan program Power by The Hour (PBTH) dan oleh pihak ketiga termasuk Rolls Royce dengan Program Total Care pada Airbus A330 dan EGAT di bawah program Maintenance Cost Per Hour untuk pesawat pesawat Boeing 747-400.

Layanan Jasa Hotel

Anak Perusahaan, PT Aero Wisata, PT Mirtasari Hotel Development, PT Senggigi Pratama Internasional dan PT Bina Inti Dinamika, memiliki dan mengoperasikan lima hotel dan mengelola dan mengoperasikan beberapa hotel lainnya

Layanan Biro Perjalanan

Anak Perusahaan, PT Aero Wisata, PT Biro Perjalanan Wisata Satriavi, PT Aero Jasa Perkasa, Garuda Orient Holidays Pty. Ltd., Garuda Orient Holidays Japan Co. Ltd. dan Garuda Orient Holidays Korea Co. Ltd., mempromosikan paket liburan dan mengoperasikan usaha agen perjalanan yang masing-masing terletak di Indonesia, Korea, Jepang dan Australia serta berperan sebagai general sales agent untuk maskapai penerbangan lain.

Jasa Transportasi

Anak perusahaan PT Aero Jasa Perkasa, menyediakan jasa transportasi untuk awak pesawat dan grup wisatawan.

Layanan Teknologi Informatika

Anak Perusahaan, PT Aero Systems Indonesia, melayani sistem teknisi teknologi informasi, termasuk pelayanan konsultasi dan perawatan kepada maskapai penerbangan dan industri lainnya. PT Abacus Distribution Systems Indonesia menyediakan sistem dan solusi reservasi yang terkomputerisasi, termasuk penyewaan peralatan komputer dan penyediaan dukungan teknis untuk biro perjalanan yang Perseroan gunakan pada layanan bisnis FSC Garuda Indonesia untuk meningkatkan utilisasi dari sistem reservasi yang terkomputerisasi.

Dalam dokumen Buku Garuda Prospektus Final (Halaman 186-189)