• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan Usaha

Dalam dokumen Buku Garuda Prospektus Final (Halaman 174-183)

BAB VIII. KEGIATAN DAN PROSPEK USAHA PERSEROAN

5. Kegiatan Usaha

Perseroan menyediakan jasa penumpang udara dan kargo serta jasa penerbangan terkait termasuk ground services, jasa MRO, dan layanan katering in-flight. Pendapatan Perseroan dalam lima tahun terakhir beserta persentasi kontribusi produk/jasa terhadap total pendapatan adalah sebagai berikut:

(dalam miliar Rupiah)

Pendapatan Penerbangan Untuk sembilan bulan yang berakhir 30 September

Untuk tahun yang berakhir 31 Desember

2010 % 2009 (%) 2009 (%) 2008 (%) 2007 (%) 2006 (%) 2005 (%) Pendapatan Berjadwal:

Penumpang 10.533,2 83,0% 9.423,2 79,5% 12.759,2 71,4% 14.067,0 72,7% 10.180,8 72,5% 8.537,8 67,9,% 8.602,5 68,1% Kargo 845,3 6,7% 593,9 5,0% 839,3 4,7% 947,6 4,9% 801,4 5,7% 704,5 5,7% 710,6 5,6% Lainnya1 70,4 0,6% 76,3 0,6% 100,9 0,6% 105,6 0,6% 67,2 0,5% 66,4 0,5% 65,6 0,5%

Total pendapatan berjadwal 11.448,9 90,3% 10.093,4 85,2% 13.699,4 76,7% 15.120,2 78,1% 11.049,4 78,7% 9.308,7 74,1% 9.378,7 74,3% Pendapatan tidak Berjadwal:

Haji - - 396,0 3,3% 2.339,7 13,1% 2.291,8 11,8% 1.510,4 10,8% 1.416,8 11,3% 1.566,4 12,4% Carter 102,3 0,8% 79,6 0,7% 151,6 0,9% 174,8 0,9% 95,6 0,7% 154,2 1,2% 147,7 1,2%

Total Pendapatan tidak

berjadwal 102,3 0,8% 475,6 4,0% 2.491,2 14,0% 2.466,6 12,7% 1.605,9 11,4% 1,571,1 12,5% 1.714,1 13,6% Total Pelayanan

Penerbangan 11.551,2 91,1% 10.569,1 89,2% 16.190,7 90,7% 17.586,9 90,9% 12.655,4 90,1% 10.879,8 86,6% 11.092,9 87,8% Lainnya 1.133,8 8,9% 1.280,2 10,8% 1.669,7 9,3% 1.762,7 9,1% 1.387,0 9,9% 1.690,2 13,4% 1.535,9 12,2% Jumlah Pendapatan Usaha 12.685,1 100,0% 11.849,3 100,0% 17.860,4 100,0% 19.349,7 100,0% 14.042,4 100,0% 12.570,1 100,0% 12.628,9 100,0%

Catatan:

1 Termasuk bagasi berlebih, surat dan dokumen

Pendapatan lainnya yang tidak termasuk dalam tabel di atas adalah terdiri dari pendapatan dari jasa penerbangan tambahan terkait yang disediakan oleh Perseroan, seperti perawatan pesawat udara dan jasa perbengkelan, jasa agen perjalanan, jasa boga, jasa hotel, pelayanan kesehatan, pelatihan dan jasa lainnya

Jasa Penerbangan

Perseroan menyediakan jasa penerbangan berjadwal yang terdiri dari penerbangan penumpang dengan layanan FSC melalui brand Garuda dan layanan LCC melalui brand Citilink, serta layanan tidak berjadwal seperti layanan keberangkatan haji dan penerbangan charter yang disediakan dibawah brand Garuda Indonesia. Perseroan juga memberikan layanan kargo, kelebihan bagasi dan pengantaran surat dan dokumen, sedangkan penerbangan tidak berjadwal seperti haji dan pesawat charter. Layanan penerbangan Perseroan memberikan kontribusi pendapatan terbesar, masing-masing sekitar 86,4%, 88,3%, 90,1%, 90,9%, 90,7% dan 91,1% dari total pendapatan usaha di tahun 2005, 2006, 2007, 2008, 2009 dan pada periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2010.

Jasa Penerbangan Berjadwal

Pendapatan layanan penumpang dari penerbangan berjadwal memberikan kontribusi masing-masing sekitar 68,1%, 67,9%, 72,5%, 72,7%, 71,4% dan 83,0% dari total pendapatan usaha di tahun 2005, 2006, 2007, 2008, 2009 dan pada periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2010. Tabel di bawah ini menunjukkan rincian informasi mengenai pendapatan dari layanan penerbangan berjadwal dalam lima tahun terakhir:

Untuk sembilan bulan yang berakhir

30 September

Untuk tahun yang berakhir 31 Desember

2010 2009 2009 2008 2007 2006 2005

Pelayanan Penumpang:

Pendapatan penumpang ( dalam juta USD )(1) 1.137,7 867,4 1.210,3 1.483,9 1.072,4 906,9 859,1

Internasional (2) 517,9 427,6 566,3 774,2 536,0 476,7 447,6

Domestik (2) 619,8 439,7 644,0 709,7 536,4 430,3 411,5

Jumlah penumpang diangkut (dalam ribu) 9.045,6 7.980,3 10.901,8 10.172,3 9.633,5 9.024,7 9.300,7

Internasional 1.943,0 1.724,1 2.324,2 2.424,5 2.268,6 2.342,0 2.262,8

Domestik 7.102,6 6.256,3 8.577,7 7.747,8 7.364,9 6.682,7 7.037,9

RPK (dalam juta) (3) 13.373,5 11.809,0 15.882,5 15.532,3 14.369,1 13.039,8 12.825,8

Internasional 7.369,7 6.452,9 8.523,3 8.756,2 7.924,1 7.347,6 6.935,6

Domestik 6.003,8 5.356,2 7.359,1 6.776,2 6.445,0 5.692,3 5.890,2

ASK (dalam juta) (4) 18.827,0 16.209,3 21.713,9 20.336,8 18.566,1 18.095,6 19.098,4

Internasional 10.544,2 9.252,0 12.205,2 11.798,3 10.618,9 10.774,5 10.821,9

Domestik 8.282,7 6.957,3 9.508,7 8.538,5 7.947,2 7.321,1 8.276,5

PLF (%)(5) 71,0 72,9 73,1 76,4 77,4 72,1 67,2

Internasional 69,9 69,7 69,8 74,2 74,6 68,2 64,1

Domestik 72,5 77,0 77,4 79,4 81,1 77,8 71,2

Passenger Yield (U.S. cents per RPK)(1)(6) 8,4 7,3 7,5 9,5 7,4 6,9 6,6

Internasional 7,0 6,6 6,6 8,8 6,7 6,4 6,4

Domestik 10,2 8,1 8,7 10,3 8,3 7,5 6,9

Pendapatan berjadwal per ASK (U.S. cents) (1)(7) 6,8 6,0 6,3 8,0 6,3 5,6 5,1

Internasional 5,5 5,1 5,2 7,1 5,5 4,9 4,8

Domestik 8,4 7,2 7,7 9,2 7,5 6,6 5,6

Biaya per ASK (U.S. cents)(1)(8) 6,8 5,9 6,2 7,8 6,0 5,8 5,5

Internasional 6,0 5,3 5,6 6,8 5,8 5,5 5,1

Domestik 7,8 6,8 7,0 9,0 6,4 6,4 6,0

Biaya per ASK tidak termasuk bahan bakar (U.S. cents) (1)(9) 4,4 4,1 4,3 4,4 3,8 3,6 3,6

Internasional 3,8 3,7 3,8 3,8 3,7 3,5 3,5

Domestik 5,2 4,7 4,8 5,1 3,9 3,8 3,8

Kilometer terbang (dalam juta) 99,0 87,1 117,1 111,7 102,4 99,1 106,6

Block hour (dalam ribu) 161,3 141,6 190,8 182,5 167,4 162,8 176,9

Internasional 59,7 52,5 69,5 67,7 59,8 60,4 62,2

Domestik 101,6 89,1 121,3 114,8 107,5 102,5 114,6

Pemanfaatan pesawat harian (block hour per hari per armada) (10) 9:27 8:43 9:00 9:51 9:37 8:53 8:32

Jumlah tujuan penerbangan berjadwal yang dilayani sampai

dengan akhir tahun 49 46 46 41 39 41 44

Frekuensi penerbangan berjadwal (penerbangan per minggu) 979 877 891 852 790 758 870

Jumlah penerbangan 76.377 68.393 92.701 88.552 82.168 78.843 90.454

Catatan:

(1) Perseroan telah menerjemahkan pendapatan penumpang dalam Rupiah, hasil penumpang, dijadwalkan pendapatan per ASK, pendapatan non-terjadwal per ASK, biaya per ASK dan biaya per ASK tidak termasuk bahan bakar dan yield layanan kargo, ke dolar Amerika Serikat berdasarkan kurs tengah yang diumumkan oleh Bank Indonesia pada hari pertama setiap bulannya pada periode tersebut.

(2) Merepresentasikan pendapatan layanan berpenumpang berdasarkan tujuan penerbangan

(3) Dihitung sebagai jumlah penumpang dilakukan dikalikan dengan jarak terbang (dalam kilometer) untuk setiap penerbangan. (4) Dihitung sebagai jumlah kursi yang tersedia dikalikan dengan jarak terbang (dalam kilometer)untuk setiap penerbangan. (5) Dihitung sebagai RPK dibagi oleh ASK dan dinyatakan sebagai persentase.

(6) Dihitung berdasarkan pendapatan layanan berpenumpang dari layanan berjadwal, sewa gudang kargo, layanan teknologi informasi dan layanan pelatihan dibagi dengan RPK

(7) Dihitung sebagai pendapatan dari jasa maskapai penerbangan dibagi oleh ASK.

(8) Dihitung sebagai total biaya yang berkaitan dengan kegiatan penumpang penerbangan Perseroan (termasuk biaya langsung dan tidak langsung, biaya overhead dan armada) sebagaimana tercermin dalam catatan akuntansiPerseroan dibagi oleh ASK.

(9) Dihitung sebagai total biaya yang berkaitan dengan kegiatan penumpang penerbangan Perseroan(termasuk biaya langsung dan tidak langsung, biaya overhead dan armada) sebagaimana tercermin dalam catatan akuntansi Perseroan minus biaya bahan bakar dibagi oleh ASK.

Perseroan mengoperasikan penerbangan dari dua lokasi hub utama yang terletak di Bandara Internasional Soekarno-Hatta di dekat Jakarta, dan Bandara Internasional Ngurah-Rai di Denpasar, Bali. Sebagai ibukota Indonesia, Jakarta merupakan pusat kegiatan politik dan administrasi pemerintahan. Jakarta juga merupakan salah satu pusat ekonomi Indonesia dan pusat dari perusahaan BUMN, perusahaan domestik besar dan perusahaan multinasional. Bandara Internasional Soekarno-Hatta adalah bandara tersibuk di Indonesia diukur dari throughput, pendaratan dan lepas landas pesawat berpenumpang, serta merupakan gerbang internasional dan hub transit domestik yang utama di Indonesia. Jaringan rute penerbangan Perseroan yang berbasis di Jakarta merupakan jaringan yang terluas dibandingkan dengan penerbangan lainnya. Per 30 September 2010, Perseroan melayani 30 tujuan di Indonesia dan 15 tujuan internasional dari Jakarta.

Lokasi hub utama kedua Perseroan terletak di Denpasar, Bali. Denpasar adalah ibu kota Bali merupakan tujuan wisata terkemuka di Indonesia dan salah satu pusat budaya utama di Indonesia. Denpasar adalah bandara kedua tersibuk di Indonesia diukur dari throughput, pendaratan dan lepas landas pesawat berpenumpang. Per 30 September 2010, Perseroan melayani 6 tujuan di domestik dan 9 tujuan internasional dari Denpasar.

Jasa Penumpang Pasar Domestik

Perseroan memiliki sejarah operasional terpanjang dan saat ini memiliki jaringan rute yang paling luas di dalam negeri dibandingkan dengan maskapai penerbangan Indonesia lainnya. Per 30 September 2010, Perseroan mengoperasikan sekitar 814 layanan penumpang penerbangan berjadwal domestik pergi-pulang setiap minggu, dan melayani 31 tujuan domestik. Peta di bawah ini memberikan gambaran jaringan rute domestik Perseroan:

Banda Aceh Medan Pekanbaru Batam Pontianak Balikpapan Banjarmasin Padang Palembang Jakarta Denpasar Semarang Biak Manado Surabaya Solo Yogyakarta Palangkaraya

Ujung Pandang Timika

Jayapura Ambon Mataram Jambi Tjg.Karang Pgk.Pinang Kendari Palu Ternate Kupang Malang

Layanan penumpang penerbangan berjadwal domestik memberikan kontribusi masing-masing sekitar 47,9%, 47,4%, 50,0%, 47,8%, 42,0% dan 54,8% dari total pendapatan penerbangan berjadwal masing-masing di tahun 2005, 2006, 2007, 2008, 2009 dan pada periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2010.

Operasi penerbangan domestik Perseroan saat ini menggunakan sistem hub-and-spoke, dengan lokasi penghubung utama yang berlokasi di Bandara Internasional Soekarno-Hatta di dekat kota Jakarta. Per 30 September 2010, Perseroan melayani 30 tujuan domestik dari Jakarta. Perseroan berencana untuk mengoptimalkan lebih jauh rute jaringan yang saat ini dimiliki dengan menggabungkan hingga 18 armada pesawat Sub-100 dengan pesawat Perseroan dan menambah lokasi tujuan domestik dari yang saat ini dilayani. Hal ini dapat dicapai dengan membangun rute jaringan domestik yang lebih luas dan meningkatkan rute jaringan point-to-point untuk melayani penerbangan langsung antar kota yang saat ini membutuhkan transit di hub.

Tabel di bawah ini menunjukkan lokasi tujuan utama layanan penumpang penerbangan berjadwal domestik berpenumpang dalam 5 tahun terakhir, adalah sebagai berikut:

Rute Pesaing Utama dalam rute Frekuensi Penerbangan (per minggu)

Per 30 September Per 31 Desember

2010 2009 2008 2007 2006 2005

Jakarta-Surabaya Batavia Air, Lion Air, Sriwijaya Air 104 115 108 115 105 105

Jakarta-Denpasar Batavia Air, Lion Air, Indonesia AirAsia 54 74 66 60 50 78

Jakarta-Jogyakarta Batavia Air, Lion Air, Indonesia AirAsia 63 63 63 56 43 55

Rute Pesaing Utama dalam rute Frekuensi Penerbangan (per minggu)

Per 30 September Per 31 Desember

2010 2009 2008 2007 2006 2005

Jakarta-Medan Batavia Air, Lion Air, Sriwijaya Air 49 63 42 49 42 42

Jakarta-Palembang Batavia Air, Lion Air, Sriwijaya Air 49 49 49 49 42 42

Jakarta-Balikpapan Batavia Air, Lion Air, Sriwijaya Air 45 49 42 40 35 35

Surabaya-Denpasar Batavia Air, Lion Air, Sriwijaya Air 21 21 28 28 28 21

Jakarta-Pekanbaru Batavia Air, Lion Air, Mandala 21 21 21 21 21 35

Jakarta-Makassar* Batavia Air, Lion Air, Merpati 56 42 35 28 28 33

*) termasuk seluruh rute melalui Jakarta-Makassar

Perseroan umumnya menggunakan armada Boeing 737 dan Airbus A330. Perseroan bermaksud untuk memperkenalkan pesawat kelas Sub-100 untuk layanan domestik dalam rangka melayani bandara yang lebih kecil. Sementara Perseroan belum melakukan pemesanan untuk pesawat kelas tersebut. Perseroan berkeyakinan bahwa pesawat kelas tersebut perlu dan penting untuk dimiliki agar dapat memenuhi kebutuhan kapasitas pada rute-rute yang memiliki tingkat densitas rendah yang saat ini tidak dilayani oleh layanan LCC Perseroan.

Jasa Penumpang Internasional

Perseroan memiliki sejarah kegiatan operasional yang panjang dan berkeyakinan bahwa saat ini Perseroan memiliki jaringan rute internasional yang paling luas dibandingkan maskapai penerbangan lain di Indonesia. Per 30 September 2010, Perseroan mengoperasikan sekitar 165 penerbangan internasional pergi-pulang setiap minggu, dan melayani 18 tujuan internasional. Sejak tahun 2007, Perseroan telah memperluas rute internasionalnya antara lain, Jakarta-Seoul, Jakarta-Shanghai, Jakarta-Beijing, Denpasar-Nagoya, Jakarta-Melbourne, Jakarta-Sydney, Denpasar-Hong Kong, Jakarta-Tokyo, Mataram-Jakarta-Kuala Lumpur dan Surabaya-Hongkong.

Peta di bawah ini memberikan gambaran rute jaringan internasional Perseroan:

Shanghai Kuala Lumpur Beijing Tokyo Osaka Guangzhou Hong Kong Bangkok Nagoya Singapore Jakarta Seoul Dubai JeddahRiyadh Melbourne Denpasar Sydney Perth Amsterdam Surabaya Mataram

Perseroan mengoperasikan penerbangan melalui dua hub utama yang terletak di Bandara Internasional Soekarno-Hatta di dekat kota Jakarta, dan Bandara Internasional Ngurah-Rai di Denpasar, Bali. Perseroan berkeyakinan bahwa Perseroan memiliki jaringan rute yang berbasis di Jakarta yang paling luas dibandingkan dengan penerbangan lainnya. Pada tanggal 30 September 2010 Perseroan melayani 15 tujuan internasional dari Jakarta.

Base kedua utama Perseroan terletak di Denpasar, Bali, yang dikenal sebagai tujuan wisata terkemuka di Indonesia dan salah satu pusat budaya utama di Indonesia. Denpasar adalah bandara kedua tersibuk di Indonesia bila diukur dengan throughput penumpang, pendaratan dan lepas landas pesawat. Pada tanggal 30 September 2010, Perseroan melayani 6 tujuan domestik dan 9 tujuan internasional yang berangkat dari Denpasar.

Saat ini Perseroan terfokus melayani kota-kota utama di Asia, Australia, Timur Tengah dan Eropa, dimana kota-kota tersebut merupakan tujuan utama perjalanan luar negeri oleh warga negara Indonesia. Perseroan senantiasa berusaha untuk memperluas jaringan internasionalnya pada lima tahun ke depan dengan memperkenalkan pelayanan kepada lebih dari dua pertiga dari 20 pasar utama untuk perjalanan ke dan dari Indonesia, dan pada saat yang bersamaan Perseroan berencana untuk menambah frekuensi yang ada pada rute internasional. Perseroan berencana untuk memperkenalkan layanan penumpang internasional ke India, Filipina dan Taiwan di tahun 2011.

Selain itu, tujuan Perseroan untuk menjadi anggota aliansi global maskapai penerbangan yang akan mendukung strategi Perseroan dalam memperluas jangkauan tujuan internasional yang baru, termasuk benua yang saat ini tidak dilayani oleh Perseroan, serta meningkatkan pendapatan dari layanan penumpang yang dimiliki.

Tabel di bawah ini memberikan informasi mengenai 5 rute utama Perseroan untuk layanan penumpang penerbangan berjadwal internasional dalam 5 tahun terakhir dan sembilan bulan yang berakhir 30 September 2010:

Rute Internasional Pesaing Utama dalam rute Frekuensi Penerbangan (per minggu)

Per 30 September Per 31 Desember

2010 2009 2008 2007 2006 2005

Internasional:

Jakarta-Singapura Singapore Airlines, Value Air, Lion Air, Indonesia Air Asia, Mandala, Tiger, Batavia, Lufthansa, Philippines Airline

48 49 49 49 38 42

Jakarta-Jeddah Saudi Arabia Air, Lion Air, Batavia, Al wafeer

14 11 14 8 7 4

Jakarta/Denpasar-Perth Virgin Blue, Jetstar, Indonesia Air Asia, Strategic Air

14 21 25 17 14 14

Jakarta-Hongkong Cathay Pacific, China Airline 7 7 7 5 7 7

Jakarta/Denpasar-Tokyo Japan Airlines 14 7 7 7 7 7

Layanan penumpang penerbangan berjadwal internasional memberikan kontribusi masing-masing sekitar 52,1%, 52,6%, 50,0%, 52,2%, 46,8%, dan 45,5% dari total pendapatan jasa penerbangan berjadwal untuk penumpang di tahun 2005, 2006, 2007, 2008, 2009 dan pada periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2010. Perseroan telah melayani 22, 20, 17, 18, 18, dan 18 lokasi tujuan internasional pada 31 Desember 2005, 2006, 2007, 2008, 2009 dan pada periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2010.

Tabel berikut adalah performa jasa penerbangan internasional dalam 5 tahun terakhir dan sembilan bulan yang berakhir per 30 September 2010 berdasarkan lokasi geografis tujuan penerbangan:

Untuk sembilan bulan yang berakhir 30 Sep

Untuk tahun yang berakhir 31 Desember

2010 2009 2009 2008 2007 2006 2005

Pendapatan penumpang internasional (dalam jutaan

USD) (1) (2) 517,9 427,6 566,3 774,2 536,0 476,7 447,6

Asia (ex- Jepang Korea Cina) 63,8 56,0 74,4 135,2 106,9 163,1 159,5

Jepang Korea Cina 206,1 166,0 217,6 265,7 199,6 133,1 115,9

Australia 117,3 89,8 125,0 197,1 111,6 85,0 99,3

Timur Tengah 110,9 115,8 149,2 176,2 117,9 95,5 72,9

Eropa 19,8 - - -

-RPK (dalam juta) 7.369,7 6.452,8 8.523,3 8.756,2 7.924,1 7.347,6 6.935,6

Asia (ex- Jepang Korea Cina) 595,8 573,5 780,8 1.274,1 1.199,0 2.255,2 2.311,4

Jepang Korea Cina 2.893,7 2.650,9 3.515,6 3.319,8 3.281,5 2.101,7 1.921,3

Australia 1.382,4 1.176,8 1.689,0 1.602,7 1.216,4 1.160,4 1.270,6

Timur Tengah 2.109,8 2.051,7 2.537,9 2.559,6 2.227,2 1.830,3 1.432,3

Eropa 388,0 - - -

-ASK (dalam juta) 10.544,2 9.252,0 12.205,2 11.798,3 10.618,9 10.774,5 10.821,9

Asia (ex- Jepang Korea Cina) 999,8 843,2 1.136,6 1.893,8 1.805,7 3.514,9 3.750,2

Jepang Korea Cina 4.052,5 4.000,2 5.251,6 4.732,4 4.484,8 3.325,2 3.038,9

Untuk sembilan bulan yang berakhir 30 Sep

Untuk tahun yang berakhir 31 Desember

2010 2009 2009 2008 2007 2006 2005

Timur Tengah 2.854,8 2.697,4 3.394,4 3.120,9 2.696,1 2.303,7 2.111,6

Eropa 615,3 - - -

-PLF (%)(3) 69,9 69,7 69,8 74,2 74,6 68,2 64,1

Asia (ex- Jepang Korea Cina) 59,6 68,0 68,7 67,3 66,4 64,2 61,6

Jepang Korea Cina 71,4 66,3 66,9 70,1 73,2 63,2 63,2

Australia 68,4 68,8 69,7 78,1 74,5 71,2 66,1

Timur Tengah 73,9 76,1 74,8 82,0 82,6 79,5 67,8

Eropa 63,1 - - -

-Passenger yield (U,S, cents per RPK) (1) (4) 7,0 6,6 6,6 8,8 6,7 6,4 6,4

Asia (ex- Jepang Korea Cina) 10,6 9,6 9,4 10,5 8,8 7,2 6,8

Jepang Korea Cina 7,1 6,2 6,1 8,0 6,0 6,3 6,0

Australia 8,4 7,6 7,4 12,2 9,1 7,3 7,8

Timur Tengah 5,2 5,6 5,8 6,9 5,3 5,2 5,0

Eropa 5,1 - - -

-Catatan:

(1) Perseroan telah menerjemahkan jumlah Rupiah pendapatan penumpang dan hasil penumpang ke dolar Amerika Serikat berdasarkan kurs tengah yang diumumkan oleh Bank Indonesia pada hari pertama setiap bulannya pada periode tersebut.

(2) Merepresentasikan pendapatan layanan berpenumpang berdasarkan lokasi tujuan penerbangan. (3) Dihitung sebagai RPK dibagi oleh ASK dan dinyatakan sebagai persentase.

(4) Dihitung sebagai pendapatan penumpang dari penerbangan terjadwal dibagi dengan RPK. Jepang, Korea dan Cina

Pada tahun 2009, rute Jepang, Korea dan Cina memberikan kontribusi sekitar 41,1% dari total RPK internasional Perseroan dan 34,2% dari total layanan penumpang penerbangan berjadwal dari rute internasional. Untuk periode yang berakhir pada 30 September 2010, Jepang, Korea dan Cina menyumbangkan sekitar 39,3% dari total RPK Internasional dan 34,9% dari total layanan penumpang penerbangan berjadwal dari rute internasional. Perseroan memiliki penerbangan yang beroperasi antara Denpasar dan Shanghai, Nagoya, Osaka, Tokyo dan Seoul. Perseroan juga mengoperasikan penerbangan antara Jakarta dan Seoul, Shanghai dan Guangzhou, serta penerbangan dari Jakarta–Denpasar ke Tokyo. Perseroan juga menawarkan jasa penumpang ke Guangzhou, Taipei dan Seoul melalui perjanjian codeshare antara Perseroan dengan China Airlines, China Southern Airlines dan Korean Air.

Asia (tidak termasuk Jepang, Korea dan Cina)

Pada tahun 2009, Asia (ex Jepang, Korea dan Cina ) merupakan pasar internasional yang paling penting bila diukur dari RPK lalu lintas penumpang dan pendapatan penumpang, yaitu sekitar 9,2% dari total RPK internasional Perseroan dan 30,4% dari total layanan penumpang penerbangan berjadwal dari rute internasional. Untuk periode yang berakhir pada 30 September 2010, Asia (ex Jepang, Korea dan Cina ) menyumbangkan sekitar 8,1% dari total RPK internasional dan 27,6% dari total layanan penumpang penerbangan berjadwal dari rute internasional. Perseroan mengoperasikan penerbangan antara Jakarta dan Bangkok, Hong Kong, Kuala Lumpur dan Singapura. Perseroan juga mengoperasikan penerbangan antara Denpasar dan Hong Kong dan Singapura, serta penerbangan antara Surabaya dan Hong Kong. Perseroan juga menawarkan jasa penerbangan berpenumpang ke beberapa kota di Asia seperti Manila, Kuala Lumpur dan Ho Chi Minh City melalui perjanjian codeshare antara Perseroan dengan Phillippine Airlines, Malaysia Airlines dan Vietnam Airlines.

Timur Tengah

Pada tahun 2009, Timur Tengah memberikan kontribusi sekitar 29,8% dari total RPK internasional Perseroan dan 14,3% dari total layanan penumpang penerbangan berjadwal dari rute internasional (tidak termasuk penerbangan haji). Untuk periode yang berakhir pada 30 September 2010, Timur Tengah menyumbangkan sekitar 28,6% dari total RPK Internasional dan 14,1% dari total layanan penumpang penerbangan berjadwal dari rute internasional (tidak termasuk penerbangan haji). Perseroan mengoperasikan penerbangan antara Jakarta dan Riyadh dan Jeddah.

Australia

Pada tahun 2009, Australia memberikan kontribusi sekitar 19,8% dari total RPK internasional dan 21,1% dari total layanan penumpang penerbangan berjadwal dari rute internasional. Untuk periode yang berakhir pada 30 September 2010, Australia menyumbangkan sekitar 18,8% dari total RPK Internasional dan 21,3% dari total layanan penumpang penerbangan berjadwal dari rute internasional. Perseroan mengoperasikan penerbangan antara Jakarta dan Melbourne dan Sydney. Perseroan juga mengoperasikan penerbangan dari Denpasar ke Melbourne, Perth dan Sydney, serta Jakarta-Denpasar ke Perth.

Eropa

Pada bulan Juli 2009, menyusul pencabutan larangan terbang dari Uni Eropa pada operator maskapai penerbangan Indonesia, Perseroan memulai kembali layanan antara Jakarta dan Amsterdam. Pada periode yang berakhir pada 30 September 2010, Eropa memberikan kontribusi sekitar 5,3% dari total RPK internasional Perseroan dan 2,1% dari total penumpang penerbangan berjadwal dari rute internasional. Perseroan juga menawarkan jasa penerbangan berpenumpang ke Paris, London dan Frankfurt melalui perjanjian codeshare antara Perseroan dengan Malaysian Airlines.

SBU Citilink

Strategi Perseroan secara bersamaan dalam mengembangkan baik bisnis layanan FSC Garuda Indonesia dan LCC Citilink mengharuskan Perseroan untuk mengembangkan dua budaya perusahaan yang terpisah dengan kebutuhan operasional yang berbeda serta fokus pelanggan yang berbeda. Saat ini Citilink beroperasi sebagai sebuah SBU dan Perseroan berniat untuk mendapatkan Aircraft Operator Certificate (“AOC”) tersendiri untuk Anak Perusahaan dari Perseroan, PT Citilink Indonesia, dan melakukan spin-off unit bisnis tersebut menjadi Anak Perusahaan. Dengan kepemilikan AOC yang terpisah, nantinya Perseroan diharuskan untuk mematuhi persyaratan minimum kepemilikan armada pesawat dan persyaratan operasional untuk PT Citilink Indonesia.

SBU Citilink mulai beroperasi kembali pada September 2008 sebagai bagian dari strategi Perseroan dalam melayani pasar penerbangan LCC di dalam negeri. Kantor pusat manajemen SBU Citilink berlokasi di Surabaya terpisah secara geografis dari kantor pusat Garuda di Jakarta dan pada tanggal 30 September 2010, SBU Citilink melayani 8 tujuan di Indonesia dari Surabaya dan Jakarta. Perencanaan rute SBU Citilink dilakukan berkoordinasi dengan Garuda. Jaringan rute SBU Citilink saat ini berfokus pada rute yang padat dan sensitif terhadap harga. Pada tanggal 30 September 2010, rute yang dilayani bersama oleh bisnis dengan FSC Garuda dan layanan LCC Citilink adalah antara Surabaya-Jakarta, Jakarta-Balikpapan, Jakarta-Medan dan Jakarta-Denpasar. Peta Indonesia dibawah memberikan informasi mengenai rute jaringan dimana SBU Citilink beroperasi:

Medan Batam Jakarta Surabaya Denpasar Banjarmasin Balikpapan Ujung Pandang

Pada tanggal 30 September 2010, SBU Citilink mengoperasikan 5 pesawat Boeing 737-300 yang terdiri dari pesawat dengan 142 atau 148 kursi penumpang kelas ekonomi, dan 1 pesawat Boeing 737-400, dengan 170 kursi penumpang kelas ekonomi. Setiap penerbangan SBU Citilink diawaki 3 awak kabin, dibandingkan dengan 5 awak kabin dalam komposisi awak pesawat FSC Garuda Boeing 737-300. Pada tanggal 30 September 2010, SBU Citilink mempekerjakan 45 pilot dan 64 awak kabin. Pilot dan awak kabin SBU Citilink menerima pelatihan secara berkala di fasilitas pelatihan Perseroan di Jakarta.

SBU Citilink mengoperasikan sistem informasi yang terintegrasi yang disebut “tikAero” yang disediakan oleh TIK Systems (Thailand), saat ini diakuisisi oleh Mercator, sebuah perusahaan penyedia layanan IT yang melayani Group Emirates, yang meliputi komponen untuk manajemen pendapatan, persediaan dan sistem pemesanan, business-to-business booking engine untuk agen perjalanan, business-to-business-to-enterprise dan business-to-business-to-customer internet-booking engine untuk penjualan langsung, sistem kontrol keberangkatan, akuntansi pendapatan, dan informasi manajemen dan pelaporan SBU. Citilink juga mengoperasikan modul manajemen pendapatan dan optimasi yang disediakan oleh AirRM, sebuah perusahaan yang berbasis di Seattle, Washington, Amerika Serikat. SBU Citilink mengembangkan sistem manajemen awak pesawat yang berbasis tikAero.

Saat ini jalur penjualan tiket SBU Citilink didistribusikan melalui penjualan langsung secara online dan melalui agen perjalanan. SBU Citilink merencanakan untuk fokus pada distribusi penjualan tiket melalui penjualan langsung secara online. Untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2010, SBU Citilink menerima sekitar 50% dari pemesanan melalui business-to-customer internet-booking engine untuk penjualan konsumen langsung dan sekitar 50% dari pemesanan melalui mesin-pemesanan internet business-to-bisnis untuk agen perjalanan yang membayar biaya layanan nominal. Sebagai perbandingan, untuk Perseroan (termasuk SBU Citilink) pada periode yang berakhir 30 September 2010, penjualan tiket dari penjualan langsung online menghasilkan sekitar 3% dari total penjualan bersih penumpang, sedangkan penjualan dari kantor penjualan Perseroan sendiri, kantor penjualan bandara dan agen perjalanan menghasilkan sekitar 97% dari penjualan total penumpang.

Tiket SBU Citilink adalah non-refundable, meskipun jadwal penerbangan dapat dirubah dengan tambahan biaya dalam waktu maksimum 24 jam sebelum penerbangan. SBU Citilink umumnya melaksanakan program promosi melaui internet, media cetak, dan radio, termasuk papan iklan di bandara, di hub dan kota tujuannya.

Operasi penerbangan SBU Citilink dan penjadwalan dilakukan dari kantor pusat di Surabaya. Jasa MRO disediakan oleh GMF Aeroasia, penjualan katering on-board disediakan oleh PT Aero Wisata, ground handling disediakan oleh Gapura, PT Jasa Angkasa Pura (“JAS”) dan penyedia lainnya berdasarkan beban yang kompetitif, dan dengan didasari oleh kontrak dengan Perseroan, bahan bakar pesawat disediakan dari Pertamina. SBU Citilink fokus kepada turnaround penerbangan yang lebih cepat, yang telah ditargetkan mencapai 30 menit untuk SBU Citilink dan bila dibandingkan dengan waktu 45 menit untuk penerbangan Perseroan.

Biaya jasa MRO untuk SBU Citilink umumnya lebih rendah dari biaya Perseroan untuk pelayanan MRO karena tidak adanya layanan kabin standar, seperti IFE dan makanan. GMF AeroAsia tidak menyediakan layanan konversi tertentu untuk konfigurasi kursi kelas ekonomi pesawat SBU Citilink, seperti peniadaan pantry di bagian depan. Selain itu, Perseroan masih menggunakan tempat duduk kelas ekonomi FSC, yang memiliki sandaran kursi lebih tinggi dari tempat duduk LCC. Sebagai konsekuensinya, Perseroan berkeyakinan bahwa pesawat Boeing 737-300 SBU Citilink saat ini memiliki 5 kursi lebih sedikit daripada konfigurasi kursi yang digunakan oleh beberapa pesaingnya.

Penerbangan berpenumpang: Untuk sembilan bulan yang berakhir 30 Sep 2010

Untuk tahun yang berakhir 31 Des 2009

RPK (dalam juta)(2) 681,8 509,9

ASK (dalam juta)(3) 984,4 800,1

Passenger load factor (%)(4) 69,3 63,7

Jumlah penumpang diangkut (dalam ribu) 796,2 588,8

Passenger yield (U.S. cents per RPK)(1)(5) 4,70 4,3

Pendapatan per ASK (U.S.cents)(1)(6) 3,7 3,0

Beban per ASK (U.S. cents) (1)(7) 4,9 4,3

Beban per ASK excluding fuel (U.S. cents) (1)(8) 2,6 2,5

Catatan:

(1) Perseroan telah menerjemahkan jumlah Rupiah hasil penumpang, pendapatan per beban per ASK dan beban per ASK tidak termasuk bahan bakar, ke dolar Amerika Serikat berdasarkan kurs tengah yang diumumkan oleh Bank Indonesia pada hari pertama setiap bulannya pada periode tersebut.

(2) Dihitung sebagai jumlah pendapatan penumpang yang diangkut dikalikan dengan jarak terbang (dalam kilometer)untuk setiap penerbangan. (3) Dihitung sebagai jumlah kursi yang tersedia dikalikan dengan jarak terbang (dalam kilometer)untuk setiap penerbangan.

(4) Dihitung sebagai RPK dibagi oleh ASK dan dinyatakan sebagai persentase.

(5) Dihitung sebagai pendapatan penumpang dari penerbangan terjadwal dibagi dengan RPK. (6) Dihitung sebagai pendapatan dari jasa maskapai penerbangan dibagi oleh ASK.

(7) Dihitung sebagai jumlah beban usaha yang berkaitan dengan penerbangan penumpang (termasuk beban direct, indirect, overhead dan beban

Dalam dokumen Buku Garuda Prospektus Final (Halaman 174-183)