• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPALA DINAS

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kejelasan isi Kebijakan (Standard dan Sasaran)

Standar dan sasaran kebijakan merupakan sesuatu yang harus diterapkan dalam setiap proses implementasi sebuah kebijakan. Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisasikan. Ketika standar dan sasaran kebijakan terlalu ideal maka akan sulit direalisasikan. Standar dan sasaran kebijakan tersebut juga harus dipahami dengan baik oleh para pelaksana kebijakan (implementers). Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa indikator pencapaian didasarkan pada sejauh mana dasar dan tujuan kebijakan direalisasikan. Ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan berguna didalam

149

menguraikan tujuan-tujuan keputusan kebijakan secara menyeluruh. Disamping itu ukuran dan tujuan merupakan bukti sendiri bagi kebijakan tersebut.

Adapun standard dan sasaran kebijakan itu di buat berdasarkan teori ataupun statemen yang jelas, sehingga kemungkinan yang terjadi bisa dipredikasi dengan perhitungan yang jelas. Artinya pertimbangan dalam menentukan apa yang tertuang didalam kebijakan harus di dasarkan pada pertimbangan yang rasional dan kondisi yang nyata.

Dalam melakukan studi implementasi tujuan dan sasaran suatu program yang akan dilaksanakan harus diidentifikasi dan diukur karena implementasi tidak dapat berhasil atau mengalami kegaggalan bila tujuan-tujuan itu tidak dipertimbangkan. Dalam menentukan ukuran dasar dari sasaran-sasaran, kita dapat menggunakan pernyataan-pernyataan dari pembuat keputusan sebagaimana direfleksikan dalam banyak dokumen seperti regulasi-regulasi dan garis-garis pedoman program yang menyatakan criteria untuk evaluasi pencapain kebijakan.

Sesuai dengan apa yang dinyatakan diatas bahwa kejelasan dan isi kebijan/undang-undang harus didasarkan ukuran dasar, standar, dan sasaran yang jelas dan tepat, demikian juga pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Manajemen Dan Rekayasa, Analisis Dampak, Serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas. Kita akan melihat bagaimana kejelasan isi dari kebijakan ini pada penjelasan berikutnya.

Hadirnya kebijakan ini didasarkan bahwa analisis pandangan bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar

150

Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hal ini didasarkan bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagai bagian dari sistem transportasi nasional harus dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran berlalu lintas dan Angkutan Jalan dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi dan pengembangan wilayah.

Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional. Untuk mengoptimalkan penggunaan jaringan jalan dan gerakan lalu lintas dalam rangka menjamin keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan perlu diatur mengenai manajemen dan rekayasa, analisis dampak, serta manajemen kebutuhan lalu lintas. Manajemen dan rekayasa lalu lintas dilakukan melalui penetapan kebijakan penggunaan jaringan jalan, penetapan kebijakan gerakan lalu lintas pada jaringan jalan tertentu, serta optimalisasi operasional rekayasa lalu lintas.

Selanjutnya Pertimbangan lain yang menyatakan perlunya kebijakan ini dasarkan pada pandangan bahwa perkembangan lingkungan strategis nasional dan internasional menuntut penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, otonomi daerah, serta akuntabilitas penyelenggaraan negara. Adapun penyelenggaraan berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi artinya setiap apa yang dikerjakan didalam peraturan pemerintah ini harus didasarkan pada tuntutan kemajuan teknologi. sementara berdasarakan otonomi artinya bagaiaman peraturan ini dikerjakan lahir harus disesuaikan dengan semangat otonomi daerah dimana sesuai yang tertuang dalam UUD pasal 18 yang diperjelas dalam Undang-Undang

151

Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Sementara akuntabilitas negara didasarkan pada sistem penyelenggaraan negara yang baik (good governance)sesuai dengan yang tertuang didalam Undang-Undang (UU) Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan Nepotisme. Dalam hal ini penulis hanya fokus mengkaji penyelenggaraan kebijakan lalu lintas dan angkutan jalan berdasarakan otonomi daerah.

Mengingat penelitian ini dilakukan di kota medan yang didasarkan pada latar belakang penelitian ini juga pada fokus masalah pada bab sebelumnya yaitu untuk melihat bagaimana pemerintah daaerah kota Medan sesuai kewenangan yang dimilikinya dalam melaksanakan kebijakan ini. Oleh karenanya penulis mencoba melakukan wawancara dengan beberapa pihak dinas pemerintah kota medan yang yang memiliki jobdes yang berhubungan dalam menangani masalah lalu lintas dan angkutan jalan diantaranya Dinas Perhubungan, Dinas Bina Marga dan dinas Tata Ruang Kota Medan.

Adapun alasan khusus untuk dari pemerintah kota Medan kota medan yang menyatakan pentingnya kebijakan ini dilaksanakan didasarkan penjelasan berikut

“Urusan perhubungan merupakan salah satu sektor yang sangat strategis dalam mendorong pembangunan di Kota Medan. Dalam fungsinya sebagai promoting sector dan servicing sector, transportasi telah memegang peranan yang besar sebagai urat nadi perekonomian. Pembangunan sektor ini dimaksudkan untuk menggerakkan berbagai potensi daerah, pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang lebih baik dan menjangkau berbagai wilayah terutama mengintegrasikan kawasan pusat kota dengan kawasan lingkar luar (pinggiran) Kota Medan. Hal penting lainnya adalah untuk mengantisipasi kecenderungan peningkatan masalah transportasi di Kota Medan seiring perkembangan kegiatan kota dan pemilikan kendaraan yang sangat tinggi dibanding peningkatan kapasitas

152

ruas jalan” ( Penjelasan pada bagian Pedahuluan rencana strategis Dinas Perhubungan Kota Medan 2011-2015)

Gambar. Kondisi kepadatan lalu lintas di beberapa jalan kota Medan

Menyangkut penjelasan tersebut bisa kita lihat bahwa pada dasarnya statemen lahirnya kebijakan secara nasional hampir sama. Adapun perbedaannnya bersifat lebih menambahkan apa yang di tetapkan dalam penjelasan kebijakan secara nasional yaitu untuk mengantisipasi masalah transportasi seiring perkembangan kegiatan dan kepemilikan kendaraan dibanding kapasaitas jalan. Berdasarkan data

153

yang diperoleh peneliti ditemukan bahwa pertumbuhan ruas jalan jalan kota medan sejak 2004-2009 tidak ada baik di jalan kota, provinsi, serta jalan nasional sementara itu kecenderungan kepemilikan kendaraan semakin tahun semakin meningkat.

Mengacu pada kondisi diatas pengaturan sarana dan prasarana tarnsportasi merupakam tantangan untuk dipecahkan dikota medan. Masalah-masalah baru akan timbul dari sistem tarsnportasi mengingat penyediaan sarana dan prasarana trnasportasi dipengaruhi oleh berbagai faktor yang selalu berubah-ubah. Hal ini tentu saja mebutuhkan perencanaan dan penanganan yang seksama terutama dalam mengatisipasi kecenderungan meningkatnya permintaan akan jasa transposrtasi dimasa yang akan datang. Masalah meningkatnya waktu tempuh perjalanan, tingginya kecelakaan lalu lintas, masalah polusi lingkungan, getaran maupum polusi udara, tingginya konsumsi bahan bakar akibat parahnya keacetan ibu kota adalah persolan yang harus diselesaikan. Salah satu cara yang ditempuh dalam menangani persoalan ini adalah dalam dengan implementasi peraturan pemerintah ini.

Selanjutnya perlunya dilaksanakan kebijakan ini di kota medan didasarkan pada alasan berikut

”Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menyebabkan Kota Medan ini menjadi penting keberadaannya dalam mendukung tidak saja perekonomian lokal kota, namun juga Propinsi Sumatera Utara bahkan perekonomian nasional. Medan telah tumbuh sebagai kota Metropolitan. Pertumbuhan kota Medan dan perluasan pusat-pusat kegiatan di wilayah sekitarnya, menjadikan wilayah penyangga disekitar kota Medan ikut berkembang, seperti Kota Binjai dan Kabupaten Deliserdang. Dengan kondisi demikian kota Medan dan sekitarnya pada saat ini tumbuh membentuk kawasan aglomerasi MEBlDANG.” (penjelasan berdasarkan dokumentasi RPJMD Pada bagian matriks pembangunan Kota Medan 2011-2015)

154

Kota medan sebagai pusat kegiatan adalah sebagai berikut 1. Pusat pemerintahan provinsi sumatera utara

2. Pusat perdagangan jasa regional

3. Pusat distribusi kolektor barang dan jasa regional

4. Pusat pelayanan jasa tarnsportasi darat, laut dan udara regional 5. Pusat pendidikan tinggi sumatera utara

6. Pusat industri

Semua hal diatas merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam manajemen pembangunan kota medan, dan aspek yang penting adalah keberadaan transportasi dimana salah satu cara yang ditempuh adalah melalui peraturan pemerintah ini.

Mengingat pada penjelasan penjelasan sebelumnya dikatakan bahwa dalam pelaksanaan kebijakan ini didasarkan pada prinsip otonomi daerah dimana implementasi kebijakan ini harus didasarkan pada kebutuhan disetiap daerah. Oleh karenanya dalam pelaksanaannya diharapkan adanya inisiatif pemerintah daerah untuk menterjemahkan Peraturan tersebut kedalam bentuk yang lebih spesifik dan lebih detailnya. Dengan arti daerah yang bersangkutanlah yang membuat petunjuk pelakasanaan dan petunjuk teknis dari PP Nomor 32 tahun 2011 ini.

Dalam pelaksanaan peraturan pemerintah ini seperti yang dikatakan oleh kepala bidang perencanaan pembangunan Dinas Perhubungan dikatakan bahwa

”didalam kebijakan ini terdapat beberapa bagian unit yang perlu dijelaskan secara spesifik kedalam bentuk yang lebih spesifik agar nantinya bisa dimengerti oleh pelaksana kebijakan ini. Adapun pihak yang bertugas dalam memperjelas kebijakan ini adalah pemerintah daerah yang bersangkutan. Bentuk penjelasan yang diharapkan tentunya sesuai dengan kebutuhan daerah yang bersangkutan tentunya itu akan menjadi petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dari kebijakan ini. Adapun unit yang perlu dijelasakan secara spesifik tersebut yang paling urgent adalah tiga

155

bagian yang dinyatakan didalam judal peraturan pemerintah tersebut yaitu Manajeman dan rekayasa lalu lintas, analisis dampak, manajeman kebutuhan lalu lintas” (Sumber: Wawancara dengan Kabid perencanaa Dinas Perhubungan, A Hasibuan, jumat 12 Juli 2013)

Seperti yang dijelaskan oleh nara sumber diatas ketiga unit tersebut dapat kita lihat dalam penjelasan berikut.

Pertama Strategi pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas yaitu sejumlah upaya dalam hal mengndalikan pergerakan yang dilakukan pada ruas jalan, persimpangan dan jaringan jalan dilakukan dengan penetapan prioritas angkutan massal melalui penyediaan lajur atau jalur atau jalan khusus, pemberian prioritas keselamatan dan kenyamanan pejalan kaki, pemisahan atau pemilihan pergerakan arus lalu lintas berdasarkan peruntukan lahan, mobilitas, dan aksesibilitas, pemaduan berbagai moda angkutan, pengendalian lalu lintas pada persimpangan dan ruas jalan serta perlindungan terhadap lingkungan.

Ruang lingkup kegiatan manajemen dan rekayasa lalu lintas meliputi kegiatan perencanaan, pengaturan, perekayasaan, pemberdayaan, dan pengawasan. Kegiatan perencanaan, pengaturan, perekayasaan, pemberdayaan, dan pengawasan dilakukan oleh menteri yangbertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan untuk jalan nasional, menteri yang bertanggung jawab di bidang jalan untuk jalan nasional, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk jalan nasional, provinsi, kabupaten/kota dan desa, gubernur untuk jalan provinsi, bupati untuk jalan kabupaten dan jalan desa, dan walikota untuk jalan kota.

156

Gambar. Status Jalan Menunjukkan Menunjukkan siapa yang

berwewenang pada jalanTersebut

Pada unit ini secara jelas kita melihat bagaimana kewenangan daerah dalam rangka menjalankan fungsinya sesuai dengan yang ditentukan dalam Undang-undang (UU) No 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Dalam pengerjaan ini tentunya dibutuhkan kordinasi yang tepat agar tercipta suatu program yang bersifat saling mendukung untuk mencapai tujuan kebijakan secara maksimal. Usaha manajemen dan rekayasa yang dikerjakan di semua jalan harus bersifat saling melengkapi.

Berdasarkan isi peraturan ini telah dijelasakan bahwa sejumlah jalan yang ada di kota Medan itu artinya tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawap dari pemerintah Kota Medan sehingga pengerjaan manajemen dan rekayasa dibagi sesuai dengan status yang dimiliki oleh jalan tersebut.

Kedua Analisis dampak lalu lintas adalah serangkaian usaha dalam bentuk analisis terhadap aktivitas yang berhubungan dengan aktivitas lalu lintas di jalanan. Hal ini wajib dilakukan dalam setiap rencana pembangunan pusat

157

kegiatan, permukiman, dan infrastruktur yang akan menimbulkan gangguan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan. Analisis dampak lalu lintas paling sedikit memuat:

a. analisis bangkitan dan tarikan lalu lintas dan angkutan jalan; b. simulasi kinerja lalu lintas tanpa dan dengan adanya pengembanga

c. rekomendasi dan rencana implementasi penanganan dampak;

d. tanggung jawab pemerintah dan pengembang atau pembangun

dalampenanganan dampak; dan e. rencana pemantauan dan evaluasi.

Menurut kepala bidang perencanaan Dinas Perhubungan statemen dasar dari perlunya analisis dampak lalu lintas sebagai upaya untuk memaksimalkan apa yang dikerjakan di dalam manajemen dan rekayasa lalu lintas. Adapun dasar perlunya dilakukan analisis dampak lalu lintas hal ini didasarkan bahwa kepemilikan status kepemilikan jalan yang ada di seluruh kota Medan ini adalah adalah milik pemerintah yang dimana diperuntukkan untuk masyarakat secara umum, tanpa ada perbedaan hak didalam penggunaannya. Oleh karenanya ketika para pengembang melakukan pembangunan harus ada pertimbangan dengan kepentingan masyarakat secara umum terkhusus jika sudah jika berdampak pada penggunaan jalan maka hal yang harus dipertimbangkan dampak bagi kenyamanan dan kelancaran dalam berlalalu lintas. Berdasarkan penjelasan tersebut bisa kita lihat analisis dampak lalu lintas adalah Sesuatu yang sangat penting di kerjakan mengingat bahwa tujuan kebijakan ini adalah untuk menciptakan kenyamanan dalam berlalu lintas.

158

Sebagai konsekuensi dengan adanya kebijakan ini tentunya akan berpengaruh pada bagaimana ijin mendirikan bangunan. Berdasarkan wawancara dengan nara sumber penulis beliau mengatakan bahwa

“analisis dampak lalu lintas adalah keharusan bagi para pengembang, karena dengan kegiatan yang dilakukan pengembang banyak masyarakat yang tergangggu dalam hal berlalu lintas. dengan fungsi yang dimiliki oleh Dinas Perhubungan kota Medan sebagai rekomendasi dalam hal analisis dampak lalu lintas maka surat rekomendasi itu menjadi salah satu syarat bagi pengembang untuk menjalankan pembangunannnya” (Sumber: Wawancara dengan salah satu pegawai DISHUB Medan bidang lalu lintas, Nikmal F. lubis , Senin 23 Juli 2011)

Dengan penjelasan bisa kita simpulkan bahwa untuk ijin membangun bagi para pengembang adalah menjadi suatu keharusan dalam melakukan analisis dampak lalu lintas.

Gambar. Kegiatan pembangunan yang di wajibkan untuk melakukan analisis dampak lalu Lintas

Didalam kebijakan ini juga di tentukan bahwa dalam hal analisis dampak lalu lintas maka rekomendasi persetujuan dokumen analisis dikerjakan sesuai dengan kewenangan status jalan. Namun yang terjadi sebenarnya dalam rekomendasi analisis dampak lalu lintas untuk daerah kota Medan semuanya dikerjakan oleh Dinas Perhubungan Kota Medan baik yang menyangkut jalan

159

nasional maupun jalan provinsi. Hal ini ini didasarkan karena kementrian perhubungan dan pemerintah pada tingkat provinsi tidak ada mengerjakan analisis dampak lalu lintas. analisis dampak lalu lintas ada di tugas pokok dan fungsi dari Dinas Perhubungan kota Medan.

Ketiga manajemen kebutuhan lalu lintas serangkaian usaha dalam bentuk pengaturan terhadap jalan dan semua yang berhubungan dengan jalan yang dilaksanakan dengan sasaran meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan ruang lalu lintas dan mengendalikan pergerakan lalu lintas. Peningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan ruang lalu lintas dilakukan dengan membandingkan antara manfaat dan dampak terhadap penggunaan ruang lalu lintas, misalnya penghematan penggunaan bahan bakar, kualitas dan daya dukung lingkungan, serta daya dukung lalu lintas dan angkutan.

Manajemen kebutuhan lalu lintas dilakukan secara simultan dan terintegrasi melalui beberapa strategi antara lain dengan memberikan pilihan dan menyiapkan fasilitas penggunaan kendaraan umum sebagai pengganti kendaraan perseorangan, mendorong serta memfasilitasi penggunaan angkutan umum dan kendaraan yang ramah lingkungan, serta mendorong dan memfasilitasi perencanaan terpadu antara tata ruang dan transportasi.

Adapun pelaksanaan dari manajemen kebutuhan lalu lintas dilaksanakan dengan cara pembatasan lalu lintas kendaraan perseorangan pada koridor atau kawasan tertentu pada waktu tertentu meliputi pembatasan lalu lintas kendaraan barang, pembatasan lalu lintas sepeda motor, pembatasan ruang parkir pada kawasan tertentu dengan batasan ruang parkir maksimal, dan/atau pembatasan lalu lintas kendaraan tidak bermotor umum. Pembatasan lalu lintas kendaraan

160

perseorangan dan kendaraan barang dapat dikenai retribusi pengendalian lalu lintas. Retribusi pengendalian lalu lintas dilakukan dengan kriteria tertentu dengan tetap memperhatikan kualitas lingkungan.

Jika dilihat bagaiamana pengerjaan peraturan pemerintah ini akan dipengaruhi oleh bagaimana pemerintah daerah dalam rangka memandang rencana desain tata ruang kota itu sendiri kedepannya. Dalam hal bisa kita lihat untuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Medan 2011-2015. Rencana Pembangunan jangka Menengah Daerah Kota Medan tahun 2011-2015 pada BAB IV mengenai Strategi dan Arah kebijakan pada bagian strategi struktur ruang. Dalam BAB ini telah ditetapkan Strategi pengembangan transportasi dalam bentuk 4 kelompok, yaitu pengembangan pola jaringan jalan, hirarki jalan, aksesibilitas ke pusat pelayanan, dan prasarana transportasi.

1. Pola Jaringan Jalan

Pola jaringan jalan direncanakan untuk mengefisienkan dan memudahkan pergerakan antar bagian wilayah kota dan antara lingkungan pemukiman dengan pusat-pusat pelayanannya. Strategi pengembangannya adalah a. Keterpaduan jaringan jalan primer (inter regional) dan sekunder (lokal)

dikembangkan melalui jaringan jalan lingkar (ring road) yang terdiri dari Jalan Lingkar Dalam (Inner Ring Road), Jalan Lingkar Luar (Outer Ring Road) dan Jalan Lingkar Kawasan Utara.

b. Menetapkan pola rencana jaringan jalan yang paling efisien dan mendukung pergerakan internal maupun eksternal. Memperhatikan kondisi fisik alami dan pola jaringan jalan eksisting, maka pola "grid" sangat sesuai untuk diterapkan pada Kota Medan.

161

c. Mengembangkan jaringan jalan lingkar juga dimaksudkan sebagai

penggabungan pola grid dan radial yang polanya sudah mulai nampak saat ini walaupun belum sempurna.

d. Mengembangkan jaringan jalan baru diupayakan semaksimal mungkin

memanfaatkan jalan yang sudah ada dan mengintegrasikannya ke jaringan jalan lama.

e. Jaringan jalan kereta api yang sudah ada dihidupkan kembali dan

dipertahankan keberadaannya dengan menerapkan kawasan sempadan berupa bebas bangunan dengan jarak tertentu dari as rel, sekaligus untuk menjaga keamanan terhadap wilayah sekitarnya.

f. Khusus untuk jaringan rel kereta api di Pusat Kota di buat tidak sebidang dengan jalan yang ada;

g. Mengembangkan jaringan jalan baru untuk mengurangi beban pada pusat

kota.

h. Membangun jaringan pejalan kaki dipusat kota.

i. Membangun jalur evakuasi bencana di kawasan yang berpotensi sebagai

kawasan rawan bencana. 2. Hirarki Jalan

Pengembangan sistem transportasi harus ditunjang dengan penentuan yang jelas mengenai fungsi dan hirarki setiap ruas jalan. Berkaitan dengan hal tersebut, strategi pengembangan yang ditempuh antara lain:

a. Penetapan dimensi jalan menurut fungsi dan hirarki jalan yang berpedoman pada UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan dan

162

Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 1992 tentang Prasarana Jalan dan Angkutan.

b. Melakukan penataan fungsi dan hirarki jaringan jalan secara terpadu baik

jaringan jalan yang sudah ada maupun jaringan jalan yang direncanakan. Penataan fungsi jalan ini perlu dikaitkan dengan kondisi saat ini, rencana pengembangan jaringan jalan dan pola tata ruang di masa mendatang.

c. Pengembangan jaringan jalan akan meningkatkan pelayanan bagi bagian

wilayah Kota Medan serta akan memacu perkembangan di sekitarnya. Untuk itu, serta sekaligus meningkatkan efisiensi pergerakan perlu dilakukan pemisahan arus antara arus menerus (regional) dengan arus lokal.

d. Pelayanan lalu lintas pergerakan regional dikembangkan melalui

peningkatan jaringan jalan primer. Untuk pergerakan lokal dilayani melalui pengembangan jaringan jalan sekunder. Hirarki jalan dikembangkan melalui penataan jaringan arteri, kolektor, lokal.

3. Aksesibilitas ke Pusat Pelayanan

Realisasi pusat-pusat pelayanan sebagai tujuan normatif bagi optimalisasi pelayanan masyarakat perlu ditunjang dengan berbagai strategi pengembangan, diantaranya adalah:

a. Untuk mendukung berfungsinya pusat-pusat pelayanan permukiman perlu

adanya peningkatan daya hubung antar bagian wilayah kota yang membentuk suatu pola yang terpadu.

b. Meningkatkan kemudahan pergerakan antar kawasan, terutama dari

perumahan ke tempat kerja, sekolah dan fasilitas umum lainnya.

163

c. Pembangunan jalan baru maupun peningkatan jalan lama tetap

memprioritaskan arahan pusat pelayanan dan pengembangan dengan pertimbangan volume lalu lintas dan pola jaringan jalan eksisting.

4. Prasarana dan Sarana Transportasi

Hal yang tidak kalah pentingnya dalam penataan dan pengembangan sistem transportasi adalah prasarana dan sarana transportasi sebagai pendukung keberhasilan sistem keseluruhan. Untuk itu strategi pengembangan yang akan ditempuh meliputi:

a. Meningkatkan prasarana transportasi dengan memperbaiki dan melengkapi

prasarana utama dan pendukung.

b. Efisiensi pergerakan dilakukan dengan membatasi wilayah operasi tiap

moda angkutan umum sesuai dengan karakteristiknya. Pada gilirannya hal ini akan mengoptimasi potensi masing-masing moda dan memberi kemudahan bagi masyarakat dengan kemudahan alternatif dalam memilih moda angkutan.

c. Penyempurnaan terminal penumpang regional yang melayani bus dan

angkutan kota.

d. Mengintegrasikan terminal dan stasiun kereta api (angkutan massal) dengan pusat perdagangan, jasa dan pusat-pusat permukiman.

e. Mempertahankan stasiun kereta api yang ada sebagai terminal penumpang dan mengembangkan stasiun baru untuk bongkar muat barang yang lokasinya terintegrasi dengan terminal bus, terminal peti kemas (dry port), terminal barang dan kawasan pergudangan di bagian Utara kota (Kecamatan Medan Labuhan dan Belawan).

164

f. Pengembangan sistem sarana transportasi massal untuk mendukung Kota

Medan sebagai Kota Metropolitan, yang meliputi bus line, busway, monorail, LRT atau heavy rail.

g. Pengembangan pelabuhan Belawan sebagai pelabuhan hub internasional.

h. Pengembangan pelabuhan penumpang (TOD) yang terintegrasi dengan stasiun

kereta api dan pergudangan, pelabuhan laut peti kemas internasional, kawasan industri, pergudangan dan ekspedisi, Export Processing Zone (EPZ) dan pusat permukiman.

i. Pengembangan kawasan eks Bandara Polonia sebagai Central Business