• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPALA DINAS

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

E. Struktur Birokras

Secara umum pengertian birokrasi adalah adalah alat kekuasaan untuk menjalankan keputusan-keputusan politik dalam hal ini sering kita sebut dengan apa yang disebut dengan. sementara itu struktur birokrasi yang maksud dalam hal ini adalah adalah suatu tata hubungan antara jabatan-jabatan, pejabat-pejabat, unit instansi dan departemen pemerintahan. Dalam tata hubungan ini, bagaimana suatu penyampaian gagasan, rencana, perintah, nilai-nilai, perasaan dan tujuan dapat diterima dengan baik oleh pihak lain sebagai penerima dengan cara penyampaiannya harus mudah dan tepat serta berdasarkan hokum.

Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang penting dari organisasi adalah adanya prosedur operasi

198

yang standar (standard operating procedures atau SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor untuk bertindak. Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks. Ini pada gilirannya menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel (Subarsono, 2009: 92)

Prosedur dalam implementasi suatu kebijakan menyangkut berbagai aspek mengenai bagaimana tujuan suatu kebijakan dicapai dengan mengikuti langkah- langkah yang dimulai dari pemanfaatan masukan-masukan kebijakan sampai mekanisme untuk mmemastikan bahwa keluaran kebijakan mampu mewujudtkan tujuan-tujuan kebijakan. Dengan demikian prosedur dalam implementasi kebijakan minimal akan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan beberpa hal berikut37

1. Penggunaan input kebijakan (dana, materil, tenaga kerja dan lainnya) 2. Penentuan kelompok sasaran (kriteria, mekanisme pendataan dan verifikasi)

3. Distribusi keluaran kebijakan kepada kelompok sasaran untuk meyakinkan

terjadinya ketepatan waktu,jumlah dan kualitas

4. Tatakelola hubungan antar pihak-pihak yang terlibat dalam implementasi

(hubungan actor, hubungan unit, tingkat pemerintahan yang berbeda)

Sebagaimana pentingnya struktur birokrasi dari penjelasan diatas juga berlaku dalam implementasi peraturan pemerintah ini. adapun struktur organisasi implementasi ini akan dijelaskan pada penjelasan berikut. Pertama dimulai dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 32 tahun 2011 tentang Manajemen dan rekayasa lalu lintas, analisis dampak, dan manajemen kebutuhan lalu lintas akan

37

Purwanto, Agus erwan dan diah ratih sulistiwati. Implementasi Kebijakan Publik Konsep Dan Aplikasinya Di Indonesia (penerbit Gava Medai Yogjakarta 2012) hal 182

199

dilaksanakan oleh kementrian yang bersangkutan, pemerintah Provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan masing-masing dalam bentuk perencanaan pembangunan. Pada tingkat kementrian sendiri implementasi kebijakan ini dapat kita lihat melalui penjelasan rencana strategis Kementrian yang bersangkutan. Sementara pada Pemerintah provinsi sendiri dapat di lihat melalui penjelasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi yang bersangkutan. Sementara Pada tingkatan Kabupaten kota akan dijelaskan Pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Kota Yang bersangkutan.

Mengingat bahwa penelitian ini dilakukan di kota Medan secara khusus implementasi dapat kita melalui penjelasan berikut. Adapun kebijakan peraturan pemerintah ini dalam rangka implementasinya dimulai dari perencanaan. Mengingat bahwa kebijakan ini adalah kebijakan yang berskala nasional maka prinsip yang ada berlaku pada semua daerah di Indonesia termasuk kota Medan yaitu prinsip perencanaannya dimulai dengan dasar pertimbangan hubungan kebijakan ini dengan kebijakan lain baik secara vertikal maupan secara horizontal. Adapun perencanaan ini untuk kota medan sendiri dimuat di dalam Rencana Pembangunan jangka Menengah Kota Medan yang akan dijelaskan melalui rencana strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang bersangkutan yang mempunyai tugas pokok dan fungsi sesuai dengan kebijakan yang bersangkutan. Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa secara khusus implementasi kebijakan ini bisa kita lihat pada penjelasan RPJMD Kota Medan terkhusus pada penjelasan misi yang kedua yaitu Meningkatkan penataan prasarana dan sarana perkotaan yang serasi dan seimbang untuk semua kawasan kota. Berdasarkan penjelasan penjelasan RPJMD tersebut khusus pada bagian indikasi Program Kebutuhan dan

200

pendanaan di temukan bahwa SKPD yang bertanggung jawab dalam pengerjaan kebijakan ini adalah Dinas Perhubungan Untuk Program Lalu Lintas, Dinas Bina Marga Untuk Jalan, dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan untuk perijinan bangunan.

Sementara itu menyangkut prosedur yang harus di ikuti dalam implementasi kebijakan ini di kota medan menurut berdasarkan penjelasan kepala sub Bidang perencanaan Dinas Perhubungan Amik hasibuan sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dimana Rencana Satrategis Dinas Perhubungan Kota Medan dibuat dengan mempertimbangkan Rencana Pembangunan jangka Menengah Kota medan Kota Medan.

Berdasarkan penjelasan rencana strategis Dinas Perhubungan 2011-2015 dikatakan bahwa dalam rangka perencanaan lalu lintas di kota medan harus berangkat dari perencanaan tata ruang kota yang telah ditetapakan dalam RPJMD Kota medan 2011-2015 yang dijelaskan pada Bab IV yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Secara khusus apa yang dilakukan oleh pemerintah kota Medan dalam pengembangan kota Medan di semua sisi termasuk pada bidang perhubungan lalu lintas harus berpijak pada fungsi utama dari kota medan yaitu 1. Pusat pemerintahan Sumatera Utara

2. Pusat Perdagangan regional Sumatera utara

3. Pusat Distribusi Kolektor barang dan jasa Kolektor regional 4. Pusat Pelayananan jasa pariwisata

5. Pusat trasportasi darat, laut, udara dan regional 6. Pendidikan tinggi

7. Pusat industry

201

Mengingat bahwa Dinas Perhubungan merupakan salah satu dinas yang juga dalam struktur pemerintah pusat memiliki kementrian maka dalam pelaksanaan kebijakan ini juga mengacu pada ketetapan yang dibuat oleh

Kementrian Perhubungan yang tertuang pada Peraturan Menteri Perhubungan

Nomor: Km. 49 Tahun 2005 Tentang Sistem Transportasi Nasional (Sistranas) dan juga yang diperjelas di dalam cetak biru tarnsportasi perkotaan.

Dalam hal penggunaan dana seperti yang dijelasakan didalam Peraturan pemerintah pemerintah ini pada pasal 42 dikatakan bahwa menteri dan gubernur bisa memberikan dana kepada daerah dengan didasarkan pada kemampuan keuangan daerah yang bersangkutan. Pemerintah kota medan sendiri seperti yang dijelaskan oleh Nikmal Lubis dalam hal pendanaan implementasi kebijakan ini selain bersumber dari APBD yang telah ditentukan dalam tahun berjalan bisa dibantu oleh pemerintah provinsi Sumatera Utara ketika anggaran pada provinsi dirasa cukup.

202

BAB VI PENUTUP 6.1.Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis tentang implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 Tentang manajemen dan rekayasa lalu lintas, analisis dampak dan manajemen kebutuhan lalu lintas di Kota Medan penulis membuat kesimpulan sebagai berikut

Proses Implementasi Peraturan pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 Tentang manajemen dan rekayasa lalu lintas, analisis dampak dan manajemen kebutuhan lalu lintas di kota medan berdasarkan yang ditemukan peneliti tidak baik dan tidak baik hal ini dapat dilihat dari beberapa penjelasan variabel berikut

a. Kejelasan isi kebijakan banyak ditemukan benturan dengan kebijakan

lainnya. Kebijakan ini adalah kebijakan yang bersifat sektoral yang seharusnya menjadi wewenang daerah sesuai dengan prinsip Undang- undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah namun telah di atur oleh pemerintah pusat sehingga menimbulkan tumpang tindih dalam hal kewenangan baik lembaga pemerintah yang vertikal maupun horizontal, pusat maupun daerah. Dengan tumpah tindih kewenangan tersebut menimbulkan kesulitan pemerintah daerah kota medan dalam rangka membuat JUKLAK dan JUKNIS yang tepat.

b. Keberadaan Sumber daya dalam implementasi kebijakan ini dapat

digambarkan melalui visi misi dari Kepala daerah terpilih yaitu walikota Medan. Adapun sumber dana dari impementasi berasal dari APBN/APBD dengan kondisi realisasi dana yang dialokasikan untuk tahun 2012 dan 2013 tidak sesuai dengan yang direncanakan dari awal. Sementara kondisi

203

Sumber daya manusia yang dibutuhkan adalah orang yang ahli sebagai konsultan dalam implementasi kebijakan. Adapun keberadaan sumber daya manusia berupa ahli yang dilibatkan dalam implementasi terbatas akibat keterbatasan sumber daya berupa anggaran.

c. Disposisi implementor atau kecenderungan pelaksana dalam Peraturan

pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 Tentang manajemen dan rekayasa lalu lintas, analisis dampak dan manajemen kebutuhan lalu lintas di kota medan bersifat pasif dan kurang inisiatif. Hal ini karena kewenangan daerah yang dibatasi oleh kewenangan pusat yang bersifat mengontol sehingga daerah hanya menunggu kebijakan dan intruksi yang berasal dari pusat. Selain itu terdapat dilema antara peran lembaga pemerintah terhadap tuntutan kebijakan yang tidak sama bahkan berlawanan.

d. Adapun komunikasi dan kordinasi yang terjadi di internal pemerintah kota medan lebih bersifat menyesuaikan tugas pokok dan fungsi dari SKPD yang bersangkutan dengan Visi Misi kepala daerah yang terpilih. Sementara Komunikasi dan kordinasi pemerintah kota medan dengan lembaga pemerintah yang lainnya disesuaikan dengan batasan kewenangan dari lembaga yang bersangkutan. Namun seringkali terjadi benturan antar kewenangan yang dalam implementasi kebijakan Peraturan pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 Tentang manajemen dan rekayasa lalu lintas, analisis dampak dan manajemen kebutuhan lalu lintas

e. Dari segi struktur birokrasi dapat kita lihat melalui prosedur yang harus diikuti dalam pelaksanaan kebijakan. Adapun prsedur yang harus di ikuti dalam pelaksanaan kebijakan ini adalah sesuai dengan undang-undang

204

Nomor 25 Tahun 2004 Tentang sistem perencanaan pembangunan nasional. Dalam implemntasi kebijakan ini di kota medan dapat dilihat sesuai dengan yang tertuang di dalam RPJMD kota Medan yang didasarkan pada fungsi dan kedudukan pemerintah kota Medan. Sementara dalam hal mendapatkan anggaran disesuaikan dengan prinsip undang- undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang system perencanaan pembangunan Nasional.

6.2. Saran

Saran yang diberi peneliti atas Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 Tentang manajemen dan rekayasa lalu lintas, analisis dampak dan manajemen kebutuhan lalu lintas di Kota Medan ialah :

1. Agar tujuan kebijakan ini dapat dicapai dengan baik diperlukan perbaikan isi kebijakan dengan memperjelas kewenangan pemerintah daerah sesuai dengan prinsip yang tertuang didalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah agar tidak terjadi disposisi implementor yang cenderung pasif melainkan aktif.

2. Dalam hal sumber daya diperlukan konsistensi antara target anggaran dan

realisasi anggaran dalam rangkan pengerjaan proses implementasi kebijakan lalu lintas. Selain itu dalah hal sumber daya manusia dibutuhkan orang yang ahli sebagai konsultan dalam kebijakan lalu lintas.

3. Pemerintah perlu memperjelas batasan-batasan wewenang dari setiap lembaga pemerintah baik antar lembaga vertikan maupum antar lembaga horizontal sehingga tidak terjadi benturan kewenangan yang mengakibatkan

205

terganggunya proses implementasi. Khusus dalam kebijakan ini diperluka penegasan wewenang daerah sesuai dengan prinsip otnomi daerah yag ideal.

4. Diperlukan wadah kordinasi dan pembinaan untuk mengatur SKPD

Pemerintah Kota medan yang terlibat dalam implementasi Peraturan pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 Tentang manajemen dan rekayasa lalu lintas, analisis dampak dan manajemen kebutuhan lalu lintas

5. Pemerintah kota medan perlu membuat dokumen perencanaan pembangunan

lalu lintas baik jangka panjang maupun jangka menengah berupa dengan konteks berupa standar, pedoman, norma dan prosedur yang bersifat antisipatif, prediksi dan ramalan dalam mengerjakan kebijakan lalu lintas kedepannya.

6. Karena kebijakan ini bersifat taktis diperlukan dukungan kerangka studi, instrument analisis dan studi lapangan yang lebih banyak dan yang paling efektif, oleh karenanya perlu dipertimbangkan pendapat para ahli dan akademisi.

7. Dalam pembuatan kebijakan oleh pemerintah kota Medan berupa Peraturan

Daerah pada sector lain harus lebih antisipatif dan mempertimbangkan keberadaaan kebijakan pada sektor lalu lintas.

27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA