• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelautan dan Perikanan

Dalam dokumen RPJMD Jawa Tengah 2013 2018 (Halaman 194-200)

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

PDRB ADHK 2000/Tenaga Kerja

5. Kelautan dan Perikanan

Provinsi Jawa Tengah memiliki panjang garis pantai 741,49 km, dengan rincian pantai utara 557,39 km dan pantai selatan 184,10 km. Potensi perikanan laut cukup besar, yang tersebar di sebanyak 17 kabupaten/kota. Dalam kurun waktu lima tahun produksi perikanan tangkap meningkat dari sebanyak 192.117,8 Ton pada Tahun 2008 menjadi sebanyak 283.957,60 Ton pada Tahun 2012. Perkembangan produksi perikanan tangkap dapat dilihat pada Gambar 2.38.

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah, 2013

Gambar 2.38

Produksi Perikanan Tangkap Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 - 2012

Produksi perikanan budidaya dalam kurun waktu lima tahun menunjukkan peningkatan dari sebesar 128.705,80 ton pada Tahun 2008 menjadi sebesar 251.135,80 ton pada Tahun 2012. Perkembangan produksi perikanan budidaya dapat dilihat pada Gambar 2.39.

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah, 2013

Gambar 2.39

Produksi Perikanan Budidaya Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 - 2012 (Ton/Tahun)

Ekspor produk perikanan dalam kurun waktu lima tahun menunjukkan peningkatan dari sebesar 17,794 juta ton pada Tahun 2008 menjadi 23,791 juta ton pada Tahun 2012 atau naik sebesar 8,20%, seperti terlihat pada Gambar 2.40.

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah, 2013

Gambar 2.40

Ekspor Produk Perikanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 - 2012 (Kg/Tahun)

Tingkat konsumsi ikan dalam kurun waktu Tahun 2008-2012 mengalami peningkatan dari sebesar 15,05 kg/kapita/tahun menjadi 17,50 kg/kapita/tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam mengonsumsi ikan semakin meningkat. Walaupun demikian, tingkat konsumsi ikan sebesar 17,50 kg/kapita/tahun pada Tahun 2012 tergolong masih rendah apabila dibandingkan capaian nasional sebesar 33,89 kg/kapita/tahun. Rendahnya tingkat konsumsi ikan ini dipengaruhi oleh faktor geografis antar kabupaten/kota yang berbeda, sebagian tidak memiliki laut dan kawasan budidaya perikanan; faktor daya beli masyarakat yang masih rendah; dan kesadaran masyarakat tentang nilai gizi ikan yang kurang. Perkembangan tingkat konsumsi ikan dapat dilihat pada Gambar 2.41.

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah, 2013

Gambar 2.41

Tingkat Konsumsi Ikan Per Kapita Penduduk

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 - 2012 (Kg/Kapita/Tahun) Rata-rata pendapatan nelayan menunjukkan peningkatan dari sebesar Rp.5.878.807,86 per kapita/tahun pada Tahun 2008 menjadi sebesar Rp.10.000.000 per kapita/tahun pada Tahun 2012. Demikian juga rata-rata pendapatan pembudidaya ikan menunjukkan peningkatan dari sebesar Rp.2.065.187,16 per kapita/tahun pada Tahun 2008 menjadi sebesar Rp.3.673.000 per kapita/tahun pada Tahun 2012. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.184.

Tabel 2.184.

Pendapatan Nelayan dan Pembudidaya Ikan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 - 2012 No Indikator Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 1 Pendapatan nelayan (Rp) 5.878.807,86 7.144.737,40 7.788.712,80 9.900.000 10.000.000 2 Pendapatan pembudidaya ikan (Rp) 2.065.187,16 2.044.500 2.535.260 3.372.526 3.673.000 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah, 2013

Daya dukung ekosistem perairan terhadap peningkatan produksi perikanan tangkap semakin menurun. Hal ini dilihat dari kerusakan terumbu karang pada Tahun 2012 mencapai 58 % dari total luasan terumbu karang. Kerusakan terumbu karang tersebut disebabkan oleh penggunaan alat tangkap tidak sesuai standar dan tidak ramah lingkungan. Perkembangan kinerja luas terumbu karang dapat dilihat pada Tabel 2.185.

Tabel 2.185.

Luas Terumbu Karang Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 - 2012 No Indikator Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 1 Luas terumbu karang (ha) 221,20 1.237,43 1.355,61 1.377,18 987,62 2 Luas terumbu karang kondisi 36,70 58,60 451,65 430,97 404,95

No Indikator Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 3 Luas Terumbu Karang Kondisi Sedang (ha) 2,50 405,21 76,28 88,51 5,20 4 Luas terumbu karang kondisi rusak (ha) 182 773,62 827,69 857,71 577,48 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah, 2013.

Luas hutan mangrove Tahun 2012 sebesar 25.655,22 ha. Kondisi hutan mangrove Tahun 2012 juga banyak mengalami kerusakan, yaitu mencapai sebanyak 3.483,38 ha atau sebesar 13,57%. Perkembangan luas hutan mangrove dapat dilihat pada Tabel 2.186.

Tabel 2.186.

Luas Hutan Mangrove Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 - 2012

No Indikator Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

1 Luas hutan mangrove (ha) 11.019,62 21.450,99 25.819,30 20.153,26 25.655,22 2 Luas hutan mangrove

kondisi baik (ha) 4.319,95 14.673,27 15.325,75 14.822,23 17.432,06 3 Luas hutan mangrove

kondisi sedang (ha) 6.019,25 4.939,53 6.079,67 2.277,58 4.739,78 4 Luas hutan mangrove

kondisi rusak (ha) 680,42 1.838,19 4.413,89 3.053,45 3.483,38 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah, 2013

Upaya konservasi terhadap wilayah pesisir dan laut yang menjadi kewenangan provinsi memerlukan penataan ruang wilayah pesisir dan laut sesuai UU pengelolaan wilayah Pesisir dan laut. Sampai dengan Tahun 2012 telah tersusun sebanyak 1 dokumen Rencana Strategis Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (WP3K) Provinsi Jawa Tengah yang telah dilegalisasi melalui Peraturan Gubernur Nomor 1 Tahun 2011 tentang Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Jawa Tengah. Selain itu perlu juga dilakukan pelestarian kawasan lindung perairan. Luas kawasan lindung atau konservasi perairan yang masuk kawasan konservasi pesisir dan pulau- pulau kecil sebesar 7.029,11 ha (perairan Ujung Negoro Batang seluas 6.893,75 ha, dan Karang Jeruk seluas 116,36 ha).

6. Perdagangan

Penyelenggaraan pembangunan perdagangan mencakup perdagangan dalam negeri dan perdagangan antar negara (ekspor dan impor), serta penyelenggaraan perlindungan terhadap konsumen. Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB menunjukkan peningkatan, dari sebesar 19,7% pada Tahun 2008 menjadi 20,3% pada Tahun 2012. Kondisi ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kinerja sektor perdagangan dalam menunjang aktivitas perekonomian Jawa Tengah. Perkembangan kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB dapat dilihat pada Tabel 2.187.

Tabel 2.187.

Kontribusi Sektor Perdagangan terhadap PDRB Jawa Tengah Tahun 2008 - 2012 (Juta Rupiah)

No Kontribusi Terhadap PDRB Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 1 Nilai total PDRB 367.135.954,90 397.903.943,75 444.666.007,00 498.763.824,16 556.479.872,13 2 Nilai Sektor Perdagangan 59.990.034,69 65.647.179,51 72.954.035,12 82.612.875,54 95.028.163,85 3 Kontribusi (%) 16,34 16,50 16,41 16,56 17,08

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013

Kinerja perdagangan internasional terlihat dari kinerja ekspor Jawa Tengah dan impor yang masuk ke Jawa Tengah. Ekspor non migas Jawa Tengah cenderung mengalami peningkatan dalam kurun waktu lima tahun dari sebesar 3.185 Juta US$ pada Tahun 2008 menjadi sebesar 4.513 Juta US$ pada Tahun 2012. Di sisi lain, kinerja impor non migas Jawa Tengah mengalami peningkatan yang sangat tajam dari sebesar 2.454 Juta US$ pada Tahun 2008 menjadi sebesar 5.292 juta US$ pada Tahun 2012. Ekspor bersih perdagangan pada Tahun 2008 dan 2009 masih positif, namun pada Tahun 2010 - 2012 mengalami minus. Perkembangan ekspor bersih perdagangan dapat dilihat pada Tabel 2.188.

Tabel 2.188.

Ekspor Bersih Perdagangan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 - 2012

No Indikator Nilai

2008 2009 2010 2011 2012

1 Nilai ekspor Non Migas (Jt US$) 3.185 2.885 3.674 4.259 4.513 2 Nilai impor non migas (Jt US$) 2.454 2.469 4.071 4.468 5.292 4 Ekspor Bersih Perdagangan (Jt US$) 731 416 -397 -209 -779 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah, 2013

Beberapa upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan ekspor barang ke luar negeri antara lain melalui pemberian izin usaha perdagangan luar negeri, dan sertifikasi mutu produk ekspor. Kinerja pemberian izin usaha perdagangan luar negeri menunjukkan peningkatan dalam kurun waktu lima tahun, dari sebanyak 114 unit pada Tahun 2008 menjadi sebanyak 462 unit Tahun 2012. Sertifikasi mutu barang juga menunjukkan peningkatan, pada Tahun 2008 jumlah jenis barang bersertifikat mutu sebanyak 351 jenis, pada Tahun 2012 sebanyak 529 jenis. Perkembangan izin usaha perdagangan luar negeri dan jumlah jenis barang bersertifikat mutu dapat dilihat pada Tabel 2.189.

Tabel 2.189.

Jumlah Izin Usaha Perdagangan Luar Negeri dan Jumlah Jenis Barang Bersertifikat Mutu Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 - 2012

No Jenis Usaha Perdagangan Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

1 Jumlah izin usaha perdagangan luar negeri (Angka Pengenal Impor - unit)

114 77 477 334 462

2 Jumlah jenis barang

bersertifikat mutu (jenis) 351 632 396 396 529 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah, 2013

Jumlah Usaha Dagang Kecil dan Menengah (UDKM) menunjukkan peningkatan dari Tahun 2008 sebanyak 294.982 unit menjadi 415.829 unit pada Tahun 2012. Jumlah izin usaha perdagangan dalam negeri baik SIUP maupun TDP juga mengalami peningkatan, SIUP dari sebanyak 279.121 unit pada Tahun 2008 menjadi 358.733 unit pada Tahun 2012, dan TDP dari sebanyak 15.861 unit pada Tahun 2008 menjadi 57.096 unit pada Tahun 2012. Perkembangan Jumlah UDKM dan Izin Usaha Perdagangan Dalam Negeri dapat dilihat pada Tabel 2.190.

Tabel 2.190.

Jumlah Usaha Dagang Kecil dan Menengah dan Izin Usaha Perdagangan Dalam Negeri Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 - 2012

No Jumlah UDKM 2008 2009 2010 2011 2012

1 Jumlah Usaha Dagang Kecil dan Menengah (unit) 294.982 320.482 353.965 384.873 415.829 2 Jumlah izin usaha perdagangan

dalam negeri (unit)

- SIUP 279.121 304.771 329.213 356.999 358.733

-TDP 15.861 15.711 24.752 27.874 57.096

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah, 2013

Dalam rangka melindungi konsumen, pemerintah Provinsi Jawa Tengah bersama dengan kabupaten/kota melakukan upaya perlindungan konsumen. Jumlah kabupaten/kota yang memiliki Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) sampai dengan Tahun 2012 sebanyak 14 kabupaten/kota, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen setiap kabupaten/kota harus membentuk BPSK. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah perlu memfasilitasi pembentukan BPSK di tingkat kabupaten/kota, sehingga seluruh kabupaten/kota memiliki BPSK dalam rangka melindungi konsumen dari kecurangan yang dilakukan oleh produsen. Kinerja BPSK diukur dari persentase penyelesaian sengketa konsumen melalui BPSK kabupaten/kota, dengan capaian pada Tahun 2011 dan 2012 masing-masing sebesar 100%. Selain BPSK, keberadaan Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) juga penting. Jumlah kabupaten/kota memiliki LPKSM sampai dengan Tahun 2012 sebanyak 4 kabupaten/kota yaitu Kota Magelang, Salatiga, Surakarta dan Kabupaten Semarang, sehingga masih terdapat 31 kabupaten/kota yang belum memiliki LPKSM.

Terkait peredaran barang, jumlah jenis barang beredar yang dilakukan pengawasan oleh Petugas Pengawas Barang dan Jasa (PPBJ) menunjukkan kecenderungan peningkatan dalam kurun waktu lima tahun, dari sebanyak 272 jenis pada Tahun 2008 menjadi sebanyak 946 jenis pada Tahun 2012. Persentase penyidikan terhadap hasil pengawasan yang perlu ditindaklanjuti dengan penyidikan pada Tahun 2012 sebesar 100%. Sementara itu persentase SPBU yang telah dilakukan tera dan tera ulang alat-alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya telah mencapai 100%. Secara rinci kinerja perlindungan konsumen dapat dilihat pada Tabel 2.191.

Tabel 2.191.

Kinerja Perlindungan Konsumen Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 - 2012

No Indikator Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

1 Jumlah kabupaten/kota memiliki Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen/BPSK (kab/kota)

1 2 6 10 14

2 Jumlah kabupaten/kota memiliki Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat/LPKSM (kab/kota)

1 1 4 4 4

3 Persentase penyelesaian sengketa Konsu-

men melalui BPSK kabupaten/kota (%) - - -

5 kasus (100%)

7 kasus (100%) 4 Jumlah jenis barang beredar yang

dilakukan pengawasan oleh Petugas Pengawas Barang dan Jasa (PPBJ) (jenis)

272 300 200 800 946

5 Persentase penyidikan terhadap hasil pengawasan yang perlu ditindaklanjuti dengan penyidikan (%)

0 0 0 0 1 kasus

(100%) 6 Persentase SPBU yang telah dilakukan

tera dan tera ulang alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (%).

100 100 100 100 100

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013

7. Perindustrian

Kinerja pembangunan urusan perindustrian dapat tergambarkan dari capaian beberapa indikator, seperti kontribusi sektor industri terhadap PDRB; pertumbuhan industri; jumlah klaster industri; cakupan bina kelompok pengrajin; dan pengembangan kelembagaan usaha industri.

a. Kontribusi sektor industri terhadap PDRB

Sejak Tahun 2008 hingga Tahun 2012 nilai sektor industri pengolahan dalam menyumbang pertumbuhan total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menunjukkan perkembangan yang positif yaitu dari Rp.32.259,7 Milyar pada Tahun 2008 meningkat menjadi Rp.182.715,2 Milyar pada Tahun 2012. Kontribusi sektor industri pengolahan mengalami fluktuatif terhadap total PDRB ditunjukkan pada Tabel 2.192.

Dalam dokumen RPJMD Jawa Tengah 2013 2018 (Halaman 194-200)