• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lingkungan Hidup

Dalam dokumen RPJMD Jawa Tengah 2013 2018 (Halaman 122-125)

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Terhadap 10.000 Jumlah Penduduk Usia Sekolah SD/MI dan SMP/MTs Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008

8. Lingkungan Hidup

Kualitas lingkungan hidup di Jawa Tengah dapat ditunjukkan dengan penerapan dan pencapaian target SPM Bidang Lingkungan Hidup, yaitu informasi status mutu air, jumlah pengaduan dugaan pencemaran/kerusakan lingkungan yang ditindaklanjuti, pemantauan dan pencemaran terhadap kualitas air, udara ambien, dan pengaduan kasus lingkungan hidup.

Kondisi kualitas air sungai di Jawa Tengah saat ini sudah mengalami penurunan kualitas air yang berakibat pada percemaran air. Hal ini ditunjukkan dengan adanya beberapa parameter kunci yang melebihi baku mutu antara lain

Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Total Suspended Solid (TSS) dan Fosphat.

Kondisi kualitas udara ambien di Jawa Tengah, berdasarkan pengukuran di 35 kabupaten/kota, dengan titik sampel pada 3 (tiga) lokasi pengukuran yakni Kawasan Perumahan, Kawasan Industri dan Kawasan Padat Lalu Lintas, menunjukan bahwa nilai Total Partikel Debu (TSP) melebihi batas ambang baku

mutu, sementara nilai SO2, NO2 dan CO masih di bawah baku mutu udara

ambien.

Pada Tahun 2012, jumlah kasus lingkungan yang terjadi sebanyak 43 kasus dan semuanya dapat ditangani 100%, terdiri dari 29 kasus diberi sanksi administratif dan 14 kasus diselesaikan melalui mediasi. Secara rinci perkem- bangan kinerja pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup berdasarkan SPM dapat dilihat pada Tabel 2.90.

Tabel 2.90.

Kinerja Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 - 2012

No Indikator Target SPM (2013) 2008 2009 2010 2011 2012

1 Informasi status mutu air (SPM) sungai

100 - 2 3 4 6

2 Informasi status mutu udara ambien (SPM) kab/kota

100 - 25 35 35 35

3 Jumlah pengaduan akibat dugaan pencemaran/ kerusakan lingkungan yang ditindaklanjuti (SPM) %

100 - 100 100 100 100

Sumber : Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah, 2012

Dalam rangka pencegahan pencemaran dan perusakan lingkungan, pemerintah provinsi juga melakukan penilaian dokumen AMDAL usaha/ kegiatan. Dalam kurun waktu 2008 - 2012 telah dilaksanakan penilaian dokumen AMDAL oleh Komisi Penilai AMDAL Provinsi sebanyak 41dokumen AMDAL usaha/kegiatan, dengan rincian pada Tahun 2008 sebanyak 8 dokumen, Tahun 2009 tidak ada, Tahun 2010 sebanyak 3 dokumen, Tahun 2011 sebanyak 15 dokumen, dan Tahun 2012 sebanyak 15 dokumen AMDAL usaha/kegiatan.

Terkait dengan fenomena perubahan iklim yang diakibatkan oleh emisi Gas Rumah Kaca (GRK), menunjukkan bahwa emisi GRK yang dihasilkan di wilayah Jawa Tengah sebesar 29,42 juta ton CO2e pada Tahun 2008, kemudian

meningkat menjadi 39,89 juta ton CO2e. Peningkatan ini selain disebabkan

konsumsi energi yang meningkat, juga disebabkan cakupan sumber emisi yang diperhitungkan. Sumber emisi GRK berasal dari sektor energi mencapai 16,80 juta ton CO2e, transportasi 10,45 juta ton CO2e, proses industri 1,40 juta ton

CO2e, kehutanan 0,18 juta ton CO2e, pertanian 6,40 juta ton CO2e dan

pengelolaan limbah 4,67 juta ton CO2e.

Masalah utama dalam pengendalian emisi GRK di Jawa Tengah, adalah: a. Proses industri yaitu industri-industri yang menghasilkan emisi adalah

semen, kaca, peleburan logam, dan karbonasi;

b. Kehutanan dan pengembangan wilayah yang terkait dengan tingginya konversi hutan ke lahan lainnya, yang mengakibatkan menurunkan potensi serapan karbon;

c. Pertanian dengan sumber utama emisi berasal dari pemakaian pupuk urea, sistem penanaman padi dengan air menggenang, pembakaran seresah pasca panen, dan pengelolaan limbah peternakan;

d. Pengelolaan limbah yang belum mengadopsi teknologi yang tepat seperti

sanitary land fill untuk TPA dan pengomposan, serta sistem sanitasi yang menggunakan sistem cubluk;

e. Energi, terkait dengan penggunaan energi yang masih bertumpu pada energi fosil yang potensinya semakin lama semakin berkurang dan rentan terhadap kenaikan harga, serta penggunaan energi yang kurang efisien pada bangunan/gedung dan industri;

f. Transportasi, berkaitan dengan pola pemanfaatan ruang di Jawa Tengah yang menyebar sehingga membutuhkan transportasi yang intensif.

9. Pertanahan

Pelayanan umum kepada masyarakat di urusan pertanahan, bertujuan untuk mempertahankan kelestarian lahan dan lingkungan. Beberapa hal yang dilakukan antara lain dengan memberikan insentif kepada masyarakat dalam rangka mempertahankan lahan pertanian, serta memberikan sertifikat tanah masyarakat yang berada di kawasan lindung dan Lahan Pangan Pertanian Berkelanjutan (LP2B).

Kinerja persertifikatan bidang tanah di Jawa Tengah dapat ditunjukkan dari data jumlah bidang tanah di Jawa Tengah sejumlah 21.212.403 bidang seluas 3.254.248 ha. Dari jumlah tersebut, sebanyak 9.929.926 bidang seluas 1.394.192,79 ha telah terdaftar/bersertifikat, sedangkan sebanyak 11.282.477 bidang seluas 1.860.055,57 ha belum terdaftar/bersertifikat. Saat ini kesadaran masyarakat semakin tinggi dalam pensertifikatan tanah. Berkaitan dengan penanganan konflik-konflik pertanahan, tercatat sebanyak 372 kasus pengaduan pertanahan yang masuk, dan telah diselesaikan permasalahannya sebanyak 355 kasus (BPN, data sampai dengan Oktober 2013).

Dalam upaya meningkatkan keberdayaan masyarakat, salah satunya dilakukan dengan memberikan stimulan berupa sertifikasi tanah bagi masyarakat, sekaligus dalam upaya mendukung ketahanan pangan dan mempertahankan fungsi lahan/kawasan lindung, lokasi ditentukan di kawasan lahan sawah dan kawasan lindung.

Selanjutnya, dalam upaya mempertahankan tanah kas desa sebagai lahan pertanian, selama Tahun 2008-2012 telah dilakukan penggantian tanah kas desa yang telah beralih fungsi untuk kepentingan pembangunan. Penggantian tanah kas desa untuk pertanian harus tetap memperhatikan kesuburan tanah sebagai lahan pertanian yang sekaligus mendukung upaya mempertahankan sektor pertanian.

Sementara untuk meningkatkan partisipasi dan keberdayaan masyarakat dalam mendukung penetapan kawasan lindung dan lahan pertanian berkelanjutan, telah dilakukan stimulasi pembuatan sertifikat bagi masyarakat di kawasan tersebut. Status kepemilikan dan penggunaan tanah tersebut selain dimaksudkan untuk mempertahankan keberadaan fungsi kawasan juga digunakan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap lahannya.

Perkembangan pelayanan urusan pertanahan di Jawa Tengah selama Tahun 2008–2012, dapat dilihat pada Tabel 2.91.

Tabel 2.91.

Perkembangan Pelayanan Urusan Pertanahan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 - 2012

No Uraian Tahun Ket

2008 2009 2010 2011 2012

1 Penggantian tanah kas desa

Luas semula (ha) 124.824 212.079 505.277 345.091 173.550 Untuk kepenti- ngan umum (pembangunan jalan tol, tower PLN, dll)

Luas menjadi (ha) 181.439 361.101 665.860 386.436 237.196 Tanah pertanian baru

2 Stimulasi pembuatan sertifikat lahan Kawasan lindung (ha) 2.534 1.750 280 98 200 Sebagai stimulan Lahan pertanian pangan berkelanjutan (ha) 0 0 22 46 124

Sumber : Biro Administrasi Tata Pemerintahan, Setda Provinsi Jawa Tengah, 2012

Dalam dokumen RPJMD Jawa Tengah 2013 2018 (Halaman 122-125)