• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelompok keturunan dan sistem kekerabatan

IV. BIAK: GAMBARAN UMUM, SOSIAL DAN BUDAYA

4.2. Struktur sosial masyarakat

4.2.2. Kelompok keturunan dan sistem kekerabatan

Dalam masyarakat Biak, terdapat paling tidak 3 golongan masyarakat yaitu: (a) Suprimanggun, yaitu orang Biak asli yang pertama kali menempati lahan tertentu atau lebih dikenal dengan Manseren; (b) mandaman, yaitu orang Biak asli namun merupakan pendatang di kampung tertentu; dan (c)

Amber/amberi, yakni sebutan kepada orang-orang Papua non Biak, dan saat ini sering digunakan untuk menyebut pendatang (orang non Papua).

Nenek moyang orang Biak diyakini berasal dari sebelah timur daerah Biak, di daerah daratan Tanah Papua. Keluarga pertama yang mencapai daerah Sarwombo kemudian adalah Sarwom dan Manampaisem. Sarwom yang disebut juga Kapisa menempati Gunung Sarwombo, dan Manampaisem menempati gunung Sambune di Sansundi. Suatu waktu, terdampar juga dari Timur seorang bernama Piapiawan, yang akhirnya dirawat dan dipelihara oleh Sarwom/Kapisa. Dari sinilah orang Biak menyebar/menguasai seluruh dataran Biak, Supiori dan Numfor, bahkan hingga kepulauan Raja Ampat dengan nama-nama marga tertentu (Wawancara: Kafiar). Kelompok keturunan ini berbeda dengan di daerah daratan Papua seperti orang Mioko di Mimika. Orang Mioko memiliki 3 kelompok turunan atau taparu (nenek moyang), yang masing-masing taparu memiliki kelompok-kelompok golongan tertentu dengan memiliki akses pemanfaatan sumberdaya alamnya. Kelompok ini dikenal dengan istilah tatau. Setiap tatau memiliki nama-nama marga tersendiri (lihat Suharjito, 1998).

Dalam sistem kekerabatan, Orang Biak menganut sistem patrilineal,

dengan 3 (tiga) kelompok kekerabatan, yaitu: (a) sim21 (keluarga batih/inti), (b)

rum22 (keluarga luas), dan (c) keret23 (klen kecil). Sistem kekerabatan ini erat

berkaitan dengan hukum perkawinan adat, hukum waris adat, dan hukum tanah adat (Sumiarni, 2008).

Perkawinan memiliki arti dan dampak yang luas. Perkawinan bermakna sebagai ikatan kekerabatan yang saling membantu serta sarana untuk hidup rukun dan damai di dalam dan sesama keret. Pelaksanaan perkawinan melalui tahapan-tahapan mulai dari peminangan hingga pelaksanaan pernikahan. Perkawinan dalam satu keret dibolehkan asal kedua mempelai berasal dari kamar/sim yang berbeda. Terdapat beberapa norma terkait Perkawinan yang harus diikuti seperti kewajiban membayar denda. Sementara aturan adat juga mengatur bagaimana jika perceraian terpaksa dilakukan.

Mas kawin yang diminta pihak perempuan biasanya tidak lebih dari mas kawin yang pernah diterima ibu (orang tua mempelai wanita), walaupun saat ini

21 Sim adalah kelompok kekerabatan yang anggotanya terdiri dari seorang suami, seorang istri dan anak-anak mereka yang belum kawin (keluarga batih).

22 Rum adalah gabungan beberapa keluarga batih (sim) yang tinggal dalam rumah besar Rum Som atau Aberdado

23 Keret adalah gabungan keluarga luas yang merasa berasal dari keturunan seorang nenek moyang (klen kecil)

terjadi pergeseran-pergeseran nilai yang dipersyaratkan pihak perempuan. Sebagai contoh, jika mempelai wanita mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi, atau bekerja dalam profesi tertentu, maka nilai mas kawin akan disesuaikan juga. Mas kawin yang diberikan oleh pihak laki-laki, kemudian akan dibagi kepada (1) keret perempuan, dan (2) orang tua kandung perempuan (pas pas sus), sebagai makna penghargaan atas pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua.

Pewarisan harta dilakukan ketika orang tua masih hidup kepada semua anak dalam keluarga, baik laki-laki atau perempuan. Perempuan pun memiliki hak mendapatkan pembagian harta, agar anak perempuan (nantinya atau jika sudah menikah), akan diakui/memiliki martabat dimata keluarga/keret suaminya. Duda tidak memiliki hak atas harta istrinya yang meninggal, karena begitu perempuan meninggal, harta tersebut kembali ke keret. Sementara itu, Janda memiliki hak atas harta suami yang telah meninggal. Ini memiliki dua makna: sebagai jaminan untuk mengasuh anak-anak, dan juga bertujuan agar Janda tersebut tidak lari keluar dari keret suami, dan menikah dengan laki-laki lain dari keret lainnya.

Menurut Hukum Tanah Adat di Biak, hak milik atas tanah dimiliki secara bersama oleh suatu keret, dimana lahan milik keret dikenal dengan istilah Saprop Keret. Tanah milik bersama ini semakin berkurang karena: (a) jumlah anggota keret semakin banyak, (b) saprop keret telah diberikan kepada pendatang atau (c) pemerintah, (d) dijual kepada pengusaha.

Namun demikian, di Biak dikenal istilah Obyek Milik bersama (Common Property Resources), seperti laut, teluk, danau besar, sungai, hutan atau mata air, serta binatang buruan. Keputusan untuk menggunakan/memanfaatkan sumber daya dalam CPR ditentukan/diberikan oleh pimpinan (mananwir) keret setelah berdiskusi dengan anggotanya.

Tanah keret dapat juga dimanfaatkan oleh orang dari luar keret (mandaman atau amber) setelah diberi ijin oleh mananwir, namun hanya sebatas hak pakai atau hak sewa. Pada saat sekarang banyak terjadi transaksi jual-beli lahan keret, bahkan okupasi dari keret lain, yang menimbulkan konflik antar masyarakat. Prinsipnya ialah tidak dikenal peralihan hak bersama menjadi hak pribadi/ perorangan, kecuali untuk anggota keret. Inilah point kunci dimana pengelolaan sumber daya alam dapat mendudukkan posisinya. Jika anggota keret dikatakan memiliki lahan keretnya, maka dia hanya bisa: membangun

rumah, berkebun, menyewakan kepada pihak lain, namun sekali-kali tidak dapat

menjualnya ke pihak luar keret. Artinya hak milik di sini berarti tidak mutlak.

Di sini ada istilah Syowi, satu Bapa punya sudara perempuan, karena dia sayang sama saudara perempuan, dia berikan sebidang tanah, mengajak untuk tinggal dan berkebun bersama suami dan anak-anak di lahan tersebut. Maksudnya dia tidak mau dia punya saudara itu jauh. Ini yang selama ini terjadi kekuasaan diambil alih oleh anak-anak Saudara perempuan, ini yang sering menimbulkan pertengkaran di kampung, karena jual beli tanah itu, mereka jual oleh saudara perempuan, padahal mereka hanya dapat hak pakai dan hak tinggal. Sampai saat ini masih berusaha diluruskan oleh adat (Kurni24)

Istilah kekerabatan dalam struktur masyarakat Biak dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Sistem kekerabatan Biak

24 Aktivis Perempuan Dewan Adat Biak

Aw ek Aw ek Akap Akap Akap Up Up Up Kpu Bin SnonKpu Kpu Bin Kma Kma Mebin Sna Me Naek Srar Napirnam Napirnam Aw ek Aw ek Akap Akap Akap Up Up Up Kpu Bin SnonKpu Kpu Bin

Sna Sna Kma Me Mebin

Naek EGO Namek

Binbanyo Manbahyo

Swa

Srar Rifyo Srar Naek Napirnam Napirnam Rifyo

Romaw a Inai Inbikin

Inbikin

Romaw a Inai Fno Fno

Bam Bam Bam Bam

Kpu

Snon KpuBin KpuBin SnonKpu KpuBin KpuBin

Up Up Up Up

Up Up

Akap Akap Akap Akap

Akap Akap