• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1Letak Geografis Kota Sibolga

4.5.4 Kelompok Nelayan Bagan Pancang

Kelompok nelayan bagan pancang yang ada di Kelurahan Sibolga Ilir yaitu Wadah Kelompok Nelayan Tolong Menolong (KNTM). Dimana wadah ini adalah kelompok yang terbentuk untuk membahas zona nelayan di Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng). Pembahasan zona akan melibatkan seluruh instansi terkait dari dua daerah Kota Sibolga dan Tapanuli Tengah. Hal itu telah disepakati dalam pertemuan antara pihak nelayan tradisional yang tergabung dalam wadah Kelompok Nelayan Tolong Menolong (KNTM) dengan Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan dari kedua daerah, Lanal Sibolga, Korem 023 Kawal Samudera, Polri, PSDKP, Kajari Sibolga dan Adpel Sibolga di kantor Administrator Pelabuhan Sibolga. Dalam pertemuan itu, KNTM mendesak instansi terkait untuk mempertegas zona tangkapan nelayan, yang selama ini sudah amburadul. Ketua Kelompok Nelayan Tolong Menolong (KNTM) Sibolga-Tapteng se-Pantai Barat Sumatera Utara Nirwan Kamal Chaniago, menegaskan agar kedua pemerintah daerah, khususnya pihak Keamanan Laut (Kamla) melakukan tindakan tegas terhadap pukat trawl yang masih merajalela di wilayah

tangkapan nelayan tradisional. Hingga saat ini pihak nelayan tradisional termasuk nelayan bagan pancang masih menemukan kapal pukat trawl di kawasan penangkapan yang diperuntukkan untuk nelayan tradisional. Pukat harimau atau

trawl seharusnya beroperasi di jalur Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) atau zona 200 mil dari garis dasar pantai. Bukan berlayar dan melakukan penangkapan di zona nelayan tradisional sehingga merusak rumpun atau rabo, bubu atau luka serta rangsang yang dibangun untuk pengembangbiakan ikan.

Untuk memudahkan pendataan kapal pukat yang masih terus beroperasi di wilayah tangkapan nelayan tradisional, maka wadah ini menyarankan supaya nama dan GroosTon (GT) kapal pukat dibuat di tempat yang lebih transparan. Karena selama ini nama dan GT kapal selalu tertutup jaring kapal, sehingga nelayan kesulitan untuk mengetahui siapa pemilik kapal dan jumlah GT kapal yang beroperasi di zona nelayan tradisional. Kawasan perairan Pulau Mursala, Pulau Situngkus, Gosong Hamuna sampai Pulau Bintanak adalah zona tangkapan kaum nelayan kecil yang umumnya tergabung menjadi anggota KNTM Sibolga-Tapteng. Namun dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini kawasan itu telah dimasuki kapal pukat ikan yang beroperasi menangkap ikan di ‘zona terlarang’ tersebut. Akibatnya sebagian besar anggota KNTM tidak melaut dan lebih memilih menyandarkan kapalnya di pangkalan KNTM di Sibustak-bustak.

Kebijakan yang ditetapkan KNTM tersebut menghendaki perlu adanya partisipasi masyarakat, karena keikut sertaan masyarakat akan membawa dampak positif, dimana mereka akan memahami berbagai permasalahan yang muncul serta memahami keputusan akhir yang akan diambil. Untuk itu, dalam partisipasi masyarakat diperlukan adanya komunikasi dua arah yang terus menerus dan

informasi yang berkenaan dengan program, proyek atau kebijakan yang disampaikan dengan bermacam-macam teknik yang tidak hanya pasif dan formal tetapi juga aktif dan informal.

Salah satu faktor yang penting untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat nelayan bagan pancang adalah pembinaan yaitu antara lain; melalui penyuluhan dan pendidikan yang terus menerus kepada masyarakat nelayan bagan pancang setempat. Pembinaan masyarakat dapat dilihat dari beragam pendekatan, sehingga dapat memahami pokok-pokok pikiran tentang pembinaan yaitu antara lain:

Konsep pembinaan masyarakat nelayan bagan pancang dalam kerangka perspektif pembangunan perikanan yang berkelanjutan di Kelurahan Sibolga Ilir perlu dikaji secara baik, tepat dan menyentuh sasaran yang akan dicapai mengingat pertimbangan beberapa faktor, antara lain; pembinaan masyarakat nelayan melibatkan banyak pihak yaitu, dari pemerintah, lembaga pendidikan, swasta, lembaga-lembaga non pemerintah maupun masyarakat nelayan sendiri. Proses pembinaan yang berlangsung harus dilakukan secara terus menerus dan simultan dengan masyarakat nelayan bagan pancang sehingga menimbulkan perubahan-perubahan yang sesuai dengan tujuan pembangunan berkelanjutan yang diharapkan.

pembinaan yang merupakan suatu sistim pendidikan non formal, yang berupaya mengubah perilaku sasarannya.

Karena masyarakat nelayan bagan pancang merupakan unsur sosial yang sangat penting dalam struktur masyarakat pesisir Kota Sibolga, maka kebudayaan yang mereka miliki mewarnai karakteristik kebudayaan atau perilaku sosial budaya masyarakat pesisir secara umum. Karakteristik yang menjadi ciri-ciri

sosial budaya masyarakat kelompok nelayan bagan pancang adalah sebagai berikut: memiliki struktur relasi patron-klien yang sangat kuat, etos kerja tinggi, memanfaatkan kemampuan diri dan adaptasi optimal, kompetitif dan berorientasi prestasi, apresiatif terhadap keahlian, kekayaan dan kesuksesan hidup, terbuka dan ekspresif, solidaritas sosial tinggi, dan berperilaku konsumtif.

Sebagian nilai-nilai perilaku sosial kelompok nelayan bagan pancang di atas merupakan modal sosial yang sangat berharga jika didayagunakan untuk membangun masyarakat nelayan bagan pancang. Demikian juga, syarat-syarat pemimpin dan kepemimpinan masyarakat pesisir Kota Sibolga memiliki relevansi yang baik untuk merekonstruksi kepemimpinan di kota tersebut. Penjelajahan terhadap nilai-nilai budaya kepesisiran ini tentu saja memiliki kontribusi yang sangat strategis untuk membangun masa depan bangsa yang berbasis pada potensi sumber daya kemaritiman nasional.

Nilai-nilai adalah suatu yang abstrak. Dalam penetrasinya ke dalam sistem sosial yang mendasari peranan, pelaksanaan peranan (tingkah laku) dalam rangka interaksi-interaksi dalam struktur sosial masyarakat. Nelayan bagan pancang masih memandang dirinya dan masyarakatnya bersama dengan aturan-aturannya sebagai mikrokosmos (sesuatu yang kecil), yang harus menyesuaikan diri (berorientasi) kepada lingkungan alam bersama dengan aturan-aturanya sebagai makrokosmos (sesuatu yg besar) yang terkontekskan melalui adat perikanan yang berlaku dalam ruang sosial masyarakat sehingga tampilan hubungan yang terjadi antara nelayan bagan pancang dengan sumberdaya alam adalah hubungan persuasif. Cara berpikir yang demikian (participating way of thinking) berdampak

pada adanya keselarasan dari nilai ekspoitasi dan nilai konservasi dalam memperlakukan alam fisik.

4.6 Konsep Keberlanjutan Pengelolaan Bagan Pancang Nelayan