• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1Letak Geografis Kota Sibolga

4.5.3 Konsep Keberlanjutan Secara Ekologi a.Komposisi hasil tangkap

Tabel 4.15 Komposisi Hasil Tangkap No. Komposisi Hasil Tangkap Waktu

(hari) 1. Ikan Teri 6 2. Ikan Layang 6 3. Ikan Selar 6 4. Ikan Tongkol 4 5. Udang 3 6. Kepiting 3 7. Lain-lain 7 Sumber: Kuesioner, 2012

Tabel diatas menjelaskan bahwa hasil tangkapan dari bagan pancang yang setiap hari dapat dihasilkan adalah ikan teri, ikan layang dan ikan selar. Hal ini dikarenakan ikan-ikan tersebut termasuk ikan pototaksis yang berarti bahwa ikan tersebut akan memilih cahaya yang disenanginya dan berenang di atas atau di bawah jaring serta berdiam lama di sekitar iluminasi cahaya. Cahaya merangsang ikan dan menarik ikan untuk berkumpul pada sumber cahaya itu.

Walaupun dalam jumlah yang tidak besar setiap harinya, hasil tangkapan ikan berupa ikan teri, ikan layang dan ikan selar mampu memberikan manfaat bagi nelayan. Hal ini dikarenakan apabila jumlah ikan yang banyak, maka hasil tangkapan tersebut bisa dijual di pasar atau pelelangan ikan, akan tetapi apabila hasil tangkapan dalam jumlah yang kecil, maka hasil tangkapan tersebut akan menjadi bahan makanan bagi keluarga nelayan bagan pancang.

Sedangkan untuk hasil tangkapan udang dan kepiting, nelayan bagan pancang tidak setiap hari mampu menghasilkannya. Hal tersebut dikarenakan pada wilayah yang menjadi lokasi penangkapan, ketersediaan makanan untuk udang dan kepiting sedikit atau tidak adanya populasi udang dan kepiting pada wilayah tersebut.

b. Hasil tangkap per satuan upaya

Tabel 4.16 Hasil Tangkap per Satuan Upaya No. Hasil Tangkap

(Kg)/hari Jumlah Nelayan (KK) Persentase (%) 1. 0-10 17 15,45 2. 11-20 12 10,90 3. 21-30 10 9,09 4. 31-40 9 8,18 5. 41-50 20 18,18 6. 51-60 14 12,72 7. 61-70 9 8,18 8. 71-80 11 10,00 9. 81-90 6 5,45 10. 91-100 2 1,85 110 100 Sumber: Kuesioner, 2012

Berdasarkan data pada tabel di atas maka dapat dijelaskan bahwa jumlah hasil tangkapan paling sedikit yang mampu dihasilkan nelayan adalah 10 kg per harinya. Sedangkan untuk hasil tangkapan nelayan bagan pancang dalam jumlah yang besar mampu mencapai 91-100 kg per hari. Hal ini menunjukkan bagaimana nelayan bagan pancang tersebut secara efektif mampu menggunakan bagan pancang setiap

Perbedaan jumlah hasil tangkapan setiap harinya oleh nelayan bagan pancang dikarenakan beberapa faktor, yaitu: adanya musim bulan gelap serta kondisi perairan laut.

Data di lapangan menyebutkan bahwa jumlah hasil tangkapan ikan yang dihasilkan nelayan bagan pancang adalah dari bermacam-macam jenis ikan. Semua jenis tangkapan ikan tersebut sangat bermanfaat bagi nelayan, diantaranya sebagai sumber ekonomi dalam bentuk penjualan, bahan makanan setiap harinya, bahkan sebagai umpan ikan untuk nelayan yang memancing ikan di luar penggunaan bagan pancang.

c. Kelimpahan relatif spesies target

Dalam setiap spesies terdapat anggota kelompok populasi dengan ciri-ciri yang berbeda satu sama lain. Bahkan antara dua individu, meskipun antara dua individu dalam spesies yang sama, keduanya berbeda karena variasi faktor. Termasuk faktor-faktor ini antara lain genetik, umur, jenis kelamin, makanan, stadium daur hidup, bentuk tubuh, habitat dan lain-lain. Secara genetik saja tidak ada dua individu dalam satu spesies yang persis sama, apalagi faktor-faktor lingkungan juga ikut berpengaruh dalam munculnya ciri-ciri sebagai fenotip. Perbedaan ciri yang tampak pada anggota tiap spesies ini menyebabkan adanya keanekaragaman dalam spesies.

Keanekaragaman spesies mengacu kepada spesies yang berbeda-beda. Aspek-aspek keragaman spesies dapat diukur melalui beberapa cara. Sebagian besar cara tersebut dapat dimasukkan ke dalam tiga

kelompok pengukuran, yaitu: kekayaan spesies, kelimpahan spesies dan keragaman taksonomi atau filogenetik. Pengukuran kekayaan spesies adalah menghitung jumlah spesies pada suatu area tertentu. Pengukuran kelimpahan spesies mengambil contoh jumlah relatif dari spesies yang ada. Contoh yang biasanya diperoleh sebagian besar terdiri dari spesies yang umum, beberapa spesies yang tidak terlalu sering dijumpai dan sedikit spesies yang jarang sekali ditemui.

Di Kelurahan Sibolga Ilir kelimpahan relatif spesies target terhadap penggunaan bagan pancang setiap tahunnya semakin meningkat. Hal ini dikarenakan tidak adanya penurunan jumlah hasil tangkapan secara drastis, hanya dikarenakan faktor lingkungan dan musim. Oleh sebab itu, untuk menjaga spesies target agar tetap berlimpah maka perlu dilakukan adalah:

1. Selektifitas terhadap pendirian bagan pancang. 2. Mengatur musim penangkapan ikan.

3. Pelarangan terhadap alat tangkap tertentu yang dapat merusak lingkungan.

d. Dampak tidak langsung alat tangkap terhadap struktur tropik Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, maka dampak tidak langsung bagan pancang terhadap struktur tropik adalah:

1. Mengganggu jalur lalu lintas laut, diantaranya jalur pelayaran untuk kapal Pertamina dan kapal-kapal besar yang lain.

2. Peralatan bagan pancang yang tidak terpakai lagi jika tidak dicabut akan menimbulkan pencemaran terhadap laut.

3. Salah satu jenis kayu terbaik yang dipakai untuk membuat bagan pancang adalah kayu nibung, karena kayu tersebut bisa bertahan selama 3-5 tahun. Tetapi penggunaan kayu tersebut sekarang sudah dilarang oleh pemerintah, karena kelangkaan jenis tersebut. Oleh sebab itu, nelayan lebih banyak menggunakan bambu yang lebih mudah untuk mendapatkannya. Tetapi penggunaan bambu tersebut hanya sementara, sehingga nelayan lebih sering menganti bambu yang lama dengan yang baru.

e. Dampak langsung alat tangkap terhadap habitat

Sedangkan dampak langsung bagan pancang terhadap habitat adalah:

1. Penangkapan ikan-ikan karang dengan alat tangkap yang merusak ekosistem laut.

2. Ikan-ikan kecil yang belum memijah tertangkap dan terangkat dengan sendirinya oleh jaring bagan pancang sehingga tidak memiliki kesempatan untuk memijah dan memperbanyak spesiesnya.

f. Perubahan luas area dan kualitas habitat penting perikanan Tabel 4.17 Perubahan Luas Area dan Kualitas Habitat Penting

Perikanan

No. Perubahan Luas Area dan Kualitas Habitat Penting

Perikanan Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 1. Jumlah bagan pancang 32 75 110 2. Jarak bagan pancang dengan

pesisir

50-300 m

300-700 m 700-1000 m 3. Jumlah kasus pencemaran

laut

15 kasus 20 kasus 25 kasus

Sumber: Wawancara dan Kuesioner, 2012

Data pada tabel di atas menjelaskan bahwa jumlah nelayan yang memiliki bagan pancang di Kelurahan Sibolga Ilir meningkat setiap tahunnya. Begitu pula dengan perubahan jarak bagan pancang dengan pesisir. Hal ini dikarenakan semakin jauh bagan pancang didirikan, maka kelimpahan spesies ikan akan semakin banyak.

Pencemaran adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan tersebut tidak dapat berfungsi sesuai peruntukkannya. Hal ini berarti, pencemaran tidak hanya dapat merusak tatanan ekosistem pesisir tetapi juga dapat membahayakan kesehatan manusia serta dapat mematikan makhluk hidup yang memanfaatkan sumber daya pesisir yang telah tercemar tersebut.

Sedangkan untuk kasus pencemaran yang terjadi di wilayah perairan laut Kelurahan Sibolga Ilir setiap tahunnya juga mengalami

peningkatan. Walaupun tidak dalam perbedaan jumlah yang besar setiap tahunnya. Kasus pencemaran laut yang terjadi di Kelurahan Sibolga Ilir adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan rumah tangga di sekitar perairan yang menimbulkan limbah domestik yaitu limbah cair yang mengandung bahan organik dan anorganik.

2. Pabrik yang berada di sekitar pesisir yang menghasilkan pencemaran berupa limbah industri.

3. Limbah padat berupa sampah yang dibuang secara langsung ke laut. Kebiasaan yang buruk tersebut menimbulkan berbagai pengaruh terhadap kehidupan laut.

g. Hak kepemilikan

Tabel 4.18 Hak Kepemilikan No. Hak Kepemilikan Jumlah

Nelayan (KK) Persentase (%) 1. 1 Bagan Pancang 67 60,90 2. 2 Bagan Pancang 42 29,07 3. 3 Bagan Pancang 9 8,18 4. 4 Bagan Pancang 2 1,85 110 100 Sumber: Wawancara, 2012

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar nelayan di Kelurahan Sibolga Ilir hanya mempunyai satu bagan pancang. Tetapi ada pula yang mempunyai tiga sampai empat bagan pancang. Untuk nelayan tersebut merupakan nelayan yang mempunyai

kondisi ekonomi dan status ekonomi pada tingkat yang menengah bahkan tinggi.

Keterpaduan ekologis memiliki pengertian adanya keterkaitan antara lingkungan daratan dan lautan yang ada disekitarnya. Berbagai kegiatan di darat dan laut, seperti industri, pertanian, perikanan, pariwisata, perhubungan laut, pertambangan, dan pengembangan kota, memberikan kontribusi ke perairan pesisir dan mempengaruhi kualitas perairannya. Secara ekologis terdapat empat persyaratan utama yang dapat menjamin tercapainya pembangunan berkelanjutan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan, yaitu:

1. Keharmonisan spasial, mensyaratkan bahwa dalam suatu wilayah pembangunan hendaknya tidak seluruhnya diperuntukkan bagi zona pemanfaatan, tetapi harus pula dialokasikan untuk zona preservasi dan konservasi.

2. Pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal dan berkelanjutan. Bila kita mengganggap wilayah pesisir sebagai penyedia sumber daya alam, maka kriteria pemanfaatan untuk sumber daya yang dapat pulih adalah bahwa laju ekstraksinya tidak boleh melebihi kemampuannya untuk memulihkan pada suatu periode tertentu. Sedangkan pemanfaatan sumber daya pesisir yang tidak dapat pulih harus dilakukan dengan cermat, sehingga efeknya tidak merusak lingkungan sekitarnya.

3. Pembuangan limbah sesuai dengan kapasitas asimilasi lingkungan. Ketika wilayah pesisir dimanfaatkan sebagai tempat untuk

pembuangan limbah, maka harus ada jaminan bahwa jumlah total dari limbah tersebut tidak boleh melebihi kapasitas daya asimilasinya. Dalam hal ini yang dimaksud dengan daya asimilasi kemampuan ekosistem pesisir untuk menerima suatu jumlah limbah tertentu sebelum ada indikasi terjadinya kerusakan lingkungan dan atau kesehatan yang tidak dapat ditoleransi.

4. Desain serta pembangunan prasarana dan sarana sesuai dengan karakteristik serta dinamika ekosistem pesisir dan lautan.