• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepemudaan dan Olah Raga

Dalam dokumen ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS (Halaman 27-35)

1. Belum Terkelolanya Kepemudaan dan Olah Raga

Pembangunan di bidang kepemudaan diharapkan dapat memacu pemuda Provinsi Kalimantan Utara dalam merespon permasalahan bangsa secara spesifik terkait dengan kepemudaan dan kemasyarakatan, sekaligus secara proaktif mencari dan menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi. Pemuda diharapkan memiliki semangat kepeloporan, kreativitas, kepeduliaan, kesukarelaan, dan pengabdian di tengah masyarakat.9Provinsi ini memiliki potensi yang cukup besar apabila dilihat dari jumlah sumber daya kepemudaan.Ini merupakan aset yang cukup besar bagi Provinsi Kalimantan Utara untuk mengelola aktivitas kepemudaan dengan lebih baik sehingga pemuda menjadi sumber daya yang bermanfaat bagi pembangunan daerah.Namun jumlah dan ragam kegiatan kepemudaan belum terdata dengan baik sehingga pembinaan kegiatan kepemudaan belum dapat dilakukan secara menyeluruh, terpadu dan kontinyu.10

Pembangunan di bidang keolahragaan diharapkan dapat memfasilitasi dan memotivasi masyarakat dari berbagai lapisan usia agar gemar berolahraga dan menjadikan olahraga sebagai gaya hidup. Pengembangan bidang keolahragaan bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, sportivitas, kebugaran, pergaulan sosial, kesejahteraan individu/kelompok/masyarakat pada umumnya secara sistemik.11Indikator pembangunan di bidang keolahragaan yang ditandai dengan jumlah gelanggang/balai remaja (selain milik swasta) dinilai masih belum dapat

9 Rencana Strategis Kementerian Pemuda dan Olahraga 2010-2014

10Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025

mencapai standar pelayanan minimum yang ditetapkan.12 Hal ini menyebabkan upaya untuk melakukan pembinaan kegiatan olahraga masih terkendala oleh keterbatasan sarana dan prasarana penunjang. Selain itu, pembinaan egiatan olah raga dinilai masih belum merata di semua wilayah, terutama di wilayah pedalaman/perbatasan.

Tabel 4.1.1.H.1

Permasalahan Kepemudaan dan Olah Raga

Masalah Akar Masalah

Belum terkelolanya kepemudaan dan olah raga

1. Upaya untuk melakukan pembinaan kegiatan olahraga masih terkendalam oleh keterbatasan sarana dan prasarana penunjang. 2. Upaya pembinaan kegiatan olah raga masih belum merata di semua

wilayah, terutama di wilayah pedalaman/perbatasan.

3. Jumlah dan ragam kegiatan kepemudaan belum terdata dengan baik sehingga pembinaan kegiatan kepemudaan belum dapat dilakukan secara menyeluruh, terpadu dan kontinyu.

Sumber: Hasil Analisis, 2016

4.1.2. Bidang Ekonomi A. Perekonomian Daerah

1. Masih Relatif Tingginya Tingkat Kemiskinan

Masalah kemiskinan merupakan salah satu masalah kompleks yang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor multidimensi dan mengakibatkan timbulnya permasalahan pembangunan lanjutan. Begitu pula yang terjadi di Provinsi Kalimantan Utara, terkait kemiskinan penduduk. Kemiskinan masih menjadi masalah prioritas untuk diselesaikan karena erat kaitannya dengan kesejahteraan hidup. Kemiskinan dapat disebabkan dan menyebabkan penurunan kualitas hidup dan berdampak pada tingkat perekonomian wilayah.

Dilihat dengan pendekatan makro, kemiskinan di Provinsi Kalimantan Utara menunjukkan angka yang cenderung menurun dan lebih rendah dibandingkan dengan tingkat kemiskinan nasional. Namun tingkat kemiskinan di beberapa Kabupaten masih tinggi dan jauh di atas tingkat kemiskinan nasional. Kabupaten Bulungan menyumbang penduduk miskin terbanyak untuk angka Provinsi Kalimantan Utara. Pada tahun 2014 persentase kemiskinan di Kabupaten Bulungan mencapai 12,03% dan merupakan yang tertinggi diantara kabupaten/kota lainnya di Provinsi Kalimantan Utara. Sedangkan Kabupaten Nunukan dan kota Tarakan menjadi daerah dengan tingkat kemiskinan terendah sejak tahun 2010 sampai dengan 2014.

Masih rendahnya pemerataan kesejahteraan akibat kemiskinan di Provinsi Kalimantan Utara dapat disebabkan oleh banyak faktor baik faktor dari dalam

12Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025

maupun luar. Salah satu akar permasalahan kemiskinan adalah tidak meratanya distribusi kegiatan ekonomi. Dengan kata lain pusat pertumbuhan ekonomi masih terpusat pada Kabupaten/Kota tertentu. Kegiatan ekonomi cenderung terkonsentrasi di daerah yang memiliki keunggulan sumberdaya alam dan infrastruktur dasar yang relatif sudah baik.

Gambar 4.1.2.A.1

Distribusi PDRB Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010-2014 Provinsi kalimantan Utara

Sumber: Hasil Olahan, 2016

Grafik di atas menunjukkan bahwa Kabupaten Nunukan dan Kota Tarakan menjadi penyumbang PDRB terbesar terhadap Provinsi Kalimantan Utara. Pada tahun 2014 Kota Tarakan menyumbang sebesar 31,51% dan disusul oleh Kabupaten Nunukan 30,73%. Hal ini disebabkan telah tersedianya infrastruktur yang memadai terutama di Kota Tarakan seperti pelabuhan laut dan bandara internasional yang mampu mendukung berkembangnya kegiatan perekonomian di sektor primer maupun sekunder. Konsentrasi kegiatan ekonomi di Kota Tarakan juga dipengaruhi oleh posisi geografisnya yang sebagai pintu gerbang menuju wilayah Provinsi Kalimantan Utara. Oleh karena itu Kota Tarakan memiliki daya tarik yang lebih besar dibanding kabupaten lainnya untuk mengembangkan kegiatan perekonomian.

Sedangkan tingginya kontribusi dari Kabupaten Nunukan berasal dari kegiatan di sektor primer khususnya perkebunan kelapa sawit dan pertambangan batubara. Bonus kekayaan sumberdaya alam yang ada di Kabupaten Nunukan menyebabkan besarnya kontribusi Kabupaten terhadap perekonomian provinsi. Di samping itu,

kabupaten lainnya masih belum memiliki kegiatan perekonomian unggulan yang mampu membantu mewujudkan pemerataan distribusi PDRB terhadap Provinsi Kalimantan Utara.

Selain ketidakmerataan distribusi PDRB akibat pusat pertumbuhan ekonomi yang terpusat, penyebab kemiskinan lainnya adalah belum optimalnya pengendalian harga barang kebutuhan pokok masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari tingginya inflasi di Provinsi Kalimantan Utara, yakni 11,91% pada tahun 2014. Angka ini jauh melebihi tingkat inflasi nasional yang hanya 8,36% pada tahun yang sama. Tingginya inflasi dapat mengindikasikan tingginya harga barang dan jasa di masyarakat, besarnya jumlah uang yang beredar dan tingginya tingkat daya beli yang harus dimiliki masyarakat. Hal ini menyebabkan standar hidup yang semakin tinggi sehingga sebagian masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal. Belum optimalnya pengembangan usaha di sektor produktif bagi masyarakat juga menjadi alasan tidak terjangkaunya kebutuhan minimal atau dengan kata lain rendahnya pendapatan masyarakat dan menjadikan sebagian penduduk tergolong penduduk miskin.

2. Masih Relatif Tingginya Tingkat Pengangguran

Tingkat pengangguran di Provinsi Kalimantan Utara hingga tahun 2014 masih tergolong tinggi. Berdasarkan angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) rata-rata selama, Provinsi Kalimantan Utara berada di posisi angka 5,79% pada tahun 2014. Hal ini menunjukkan bahwa adanya keterbatasan kesempatan kerja atau belum optimalnya perluasan kesempatan kerja. Rendahnya kesempatan kerja dapat dilihat dari masih rendahnya rasio penyerapan tenaga kerja oleh PMDN/PMA yaitu hanya 17,40. Rendahnya daya serap tenaga kerja dapat disebabkan oleh kondisi kualitas tenaga kerja yang tidak sesuai dengan permintaan serta terbatasnya lapangan kerja yang tersedia.

Gambar 4.1.2.A.2

Persentase Penduduk 15 Tahun ke atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha dan Tingkat Pendidikan Tahun 2014

Provinsi Kalimantan Utara

Sumber: Kalimantan Utara Utara dalam Angka 2015 dengan hasil olahan 2016

Penyebab lain tingginya jumlah pengangguran adalah belum memenuhinya kualitas tenaga kerja tersedia dengan permintaan tenaga kerja sehingga menyulitkan penyalurannya kepada penyedia lapangan pekerjaan. Tingkat pendidikan terakhir tenaga kerja di Provinsi Kalimantan Utara paling besar adalah tamat Sekolah Dasar, yaitu 27,92%. Tingkat pendidikan yang relatif rendah ini tentu mempengaruhi kualitas tenaga kerja dan keterbatasan kemampuan dalam bekerja di sektor-sektor tertentu.

3. Pertumbuhan Ekonomi Bersumber pada Kegiatan Ekonomi dan Rentan terhadap Keberlanjutan Ekonomi serta Lingkungan

Pertumbuhan ekonomi wilayah Provinsi Kalimantan Utara apabila dilihat melalui pertumbuhan PDRB, masih cenderung bersumber dari kegiatan perekonomian di sektor primer. Sektor primer yang sangat mempengaruhi perekonomian Provinsi Kalimantan Utara adalah sektor pertanian dan pertambangan dan penggalian. Meski kontribusinya terhadap provinsi menurun setiap tahunnya, namun sektor-sektor ini masih menduduki sektor yang berkontribusi paling besar, yaitu mencapai 49% terhadap PDRB Provinsi Kalimantan Utara. Sektor pertanian menyumbang sebesar 17,01% di tahun 2014, sedangkan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 31,99% pada tahun yang sama.

Gambar4.1.2.A.3

Kontribusi PDRB ADHK Sektor Primer Tahun 2010-2014 Provinsi Kalimantan Utara

Sumber: Hasil Olahan, 2016

Kedua sektor tersebut merupakan sektor yang berbasis pada sumberdaya alam yang tidak terbarukan. Perluasan dan pengembangannya juga rentan merusak lingkungan dan mengakibatkan bencana. Selain itu, kegiatan pengolahan yang dapat memberikan nilai tambah kepada hasil sektor pertanian dan pertambangan dan penggalian masih sangat terbatas. Saat ini kegiatan perekonomian di sektor pertanian dan pertambangan dan penggalian belum memiliki forward linkage ke sektor industri. Artinya, produk kedua sektor tersebut sebagian besar masih dijual sebagai bahan mentah atau tidak terolah.

Seperti produk sektor pertanian, termasuk produk sektor pertanian pangan, peternakan, dan perikanan, masih diserap dalam bentuk konsumsi langsung oleh masyarakat lokal. Sebagian lain dari produk tersebut sudah terolah namun masih secara tradisional dan sederhana (semi olah), sehingga masih tergolong tidak sustainable. Sama halnya dengan produk sektor pertambangan dan penggalian yang belum terolah oleh sumberdaya manusia di Provinsi Kalimantan Utara. Akibatnya, nilai tambah yang seharusnya dapat didapatkan Provinsi Kalimantan Utara sebagai daerah penghasil, justru diperoleh oleh daerah pengolah.

Keterbatasan kegiatan pengolahan disebabkan masih kurangnya kemampuan di bidang teknologi untuk mengolah, sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan mengolah bahan mentah masih relatif sedikit, dan kurangnya investasi di bidang pengolahan sektor tersebut. Kurangnya daya tarik disebabkan infrastruktur dan

fasilitas fisik maupun ekonomi pendukung investasi industri pengolahan yang belum mampu disediakan Provinsi Kalimantan Utara.

4. Terdapatnya Kegiatan Perdagangan Ilegal Lintas Batas yang Berpotensi Mengakibatkan Kebocoran Ekonomi

Provinsi Kalimantan Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang berbatasan langsung dengan Negara Malaysia, tepatnya di Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Malinau. Namun kondisi pertahanan, keamanan, dan penegakan hukum di wilayah perbatasan di Provinsi Kalimantan Timur masih sangat lemah. Oleh sebab itu masih sering dan banyak terjadi kegiatan ilegal seperti perdagangan ilegal, human traffikcing, TKI ilegal hingga penyelundupan narkoba dan obat-obatan terlarang. Kegiatan ilegal khususnya perdagangan barang lintas batas disebabkan antara lain oleh faktor harga dan tingkat aksesibilitas.

Harga barang terutama barang produk dalam negeri di wilayah perbatasan tergolong sangat mahal apabila dibandingkan dengan harga di wilayah lainnya. Tingginya harga barang disebabkan oleh kurangnya ketersediaan sarana ekonomi berupa pasar dan mahalnya biaya transportasi barang dari tempat produksi menuju ke wilayah perbatasan. Saat ini kondisi sarana ekonomi di wilayah perbatasan tidak hanya jumlahnya saja yang sedikit tetapi juga konstruksi bangunannya yang tidak permanen (tidak memiliki atap, lantai, dan dinding). Hal tersebut di atas menyebabkan kurangnya jumlah pasokan barang kebutuhan pokok sehingga sulit didapat dan harganya yang kemudian menjadi tinggi. Berikut adalah data jumlah sarana ekonomi di kawasan perbatasan. Namun karena ketidaktersediaan data, jumlah sarana ekonomi yang dapat ditampilkan hanya jumlah sarana ekonomi di Kabupaten Nunukan.

Faktor lainnya adalah masih buruk dan kurangnya aksesibilitas masyarakat perbatasan terhadap pusat kegiatan ekonomi dalam negeri yang terdekat. Tingkat aksesbilitas yang dimaksud erat kaitannya dengan ketersediaan sarana transportasi. Akses menuju dan/atau dari kawasan perbatasan secara umum menggunakan transportasi udara, laut, dan darat. Namun pelayanannya hingga saat ini masih sangat terbatas, baik dari segi kapasitas moda transportasi, ongkos atau biaya, maupun kualitas infrastruktur pendukung layanan transportasi.

Gambar4.1.2.A.4

Jumlah Sarana Ekonomi Tahun 2014 Kawasan Perbatasan

Sumber: Hasil Olahan 2016

Mahalnya harga produk dalam negeri mendorong masyarakat yang tinggal di wilayah perbatasan untuk lebih memilih membeli barang kebutuhan pokok dari Negara Malaysia yang relatif lebih murah. Perdagangan barang lintas batas yang dilakukan masyarakat perbatasan tergolong perdagangan ilegal karena seringkali menggunakan jalur setapak, tanpa izin jual, dan tidak dikenakan pajak karena tidak melewati imigrasi resmi.

Tabel 4.1.2.A Permasalahan Ekonomi

Masalah Akar Masalah

1. Masih relatif tingginya tingkat kemiskinan

2. Ketidakmerataan Spasial Distribusi Kegiatan Ekonomi akibat pusat pertumbuhan ekonomi yang masih terkonsentrasi pada kabupaten/kota yang memiliki keunggulan SDA dan infrastruktur dasar yang relatif baik

3. Belum optimalnya pengendalian harga barang kebutuhan pokok masyarakat

4. Belum optimalnya pengembanganusaha pada sektor produktif bagi masyarakat

2. Masih relatif tingginya tingkat pengangguran

1. Belum optimalnya perluasan kesempatan kerja 2. Belum baiknya kualitas tenaga kerja yang menyulitkan

penyaluran tenaga kerja 3. Pertumbuhan ekonomi bersumber pada

kegiatan ekonomi yang rentan terhadap keberlanjutan ekonomi dan lingkungan

1. Sektor primer masih menjadi kontributor utama PDRB (48%)

2. Masih terbatasnya kegiatan pengolahan yang dapat memberikan nilai tambah

3. Terdapatnya kegiatan perdagangan ilegal lintas batas yang berpotensi mengakibatkan kebocoran ekonomi

1. Relatif mahalnya biaya transportasi barang dan jasa 2. Aksesibilitas masyarakat terhadap pusat kegiatan

ekonomi terdekat di wilayah Indonesia terbatas Sumber: Hasil Analisis, 2016

Dalam dokumen ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS (Halaman 27-35)