• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lingkungan: Degradasi Lingkungan yang Semakin Mengancam

Dalam dokumen ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS (Halaman 52-56)

A. Tata Ruang dan Lingkungan Hidup 1. Tata Ruang

2. Lingkungan: Degradasi Lingkungan yang Semakin Mengancam

Kualitas lingkungan hidup yang terus mengalami ancaman degradasi dari pemanfaatan SDA yang berlebih dan/atau kurang terkendali akan dikhawatirkan tidak mampu mewujudkan upayapencegahan dampak negatif perubahan iklim. Kecenderungan peningkatan lahan kritis yang disebabkan pemberian izin pemanfaatan lahan hutan yang berlebihan hampir seluruh luas hutan yang ada, kurangnya pengawasan terhadap praktek KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan), dimana KPH seharusnya turut melestarikan hutan tetapi karena pengawasan terhadap itu tidak ada, maka praktek melestarikan hutan tersebut tidak terjadi, bahkan yang terjadi adalah sebaliknya.

Peningkatan lahan kritis di kawasan yang berfungsi lindung meningkat dan bertambah status kekritisannya dari yang potensial kritis menjadi kritis yang disebabkan praktek konservasi tidak dilakukan sesuai kaidah yang seharusnya, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penambahan luas lahan kritis ini juga disebabkan terjadinya tanah longsor selain dari erosi.

Tingkat kekritisan lahan kritis di Provinsi Kalimantan Utara dari tahun ketahun terus berubah, ada yang bertambah dan ada pula yang berkurang. Hal ini terjadi karena alih fungsi terutama hutan alam untuk penggunaan lain seperti pertambangan dan perkebunan sawit yang terjadi secara besar-besaran. Sebagai gambaran, pada

akhir tahun 2011 telah diterbitkan izin untuk pemanfaatantambang batu bara seluas 4.913.075,22 Ha dan izin untuk perkebunan kelapa sawit seluas 3.810.343,03 Ha (Dokumen Rencana Strategis Badan Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2014-2019).

Sampai dengan tahun 2010, Provinsi Kalimantan Utara mempunyai lahan kritis yang cukup luas, yaitu sekitar 1,13 juta hektar di dalam kawasan hutan dan 0,5 juta hektar di luar kawasan hutan. Terjadinya lahan kritis di dalam kawasan hutan disebabkan oleh adanya pemanfaatan kawasan hutan yang tidak memenuhi prinsip kelestarian hutan, seperti overlogging, permudaan yang gagal, ataupun kegiatan pemanfaatan di luar kehutanan yang merusak kawasan hutan seperti pembalakan liar dan perambahan kawasan. Kawasan Hutan Lindung juga mengalami degradasi. Kawasan Hutan Lindung di Kota Tarakan dan Pulau Nunukan mengalami tekanan yang berat oleh perluasan lahan pemukiman masyarakat dan perluasan areal perkotaan.

Lahan kritis di Provinsi Kalimantan Utara terus bertambah, selain karena alih fungsi hutan juga tidak seimbangnya reklamasi lahan-lahan yang rusak baik oleh pihak perusahaan maupun oleh pemerintah terhadap lahan-lahan kritis diluar perusahaan. Luas lahan kritis di provinsi ini pada tahun 2014 tidak mengalami perubahan dari tahun sebelumnya yaitu 3.979.857 Ha. Sebagian besar 97% lahan kritis terletak di Kabupaten Malinau atau seluas 3.879.402 Ha. Sementara itu, luas lahan yang tergolong sangat kritis 2.930,56 Ha yang tersebar di Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Tana Tidung. Persentase pesebaran lahan kritis dan sangat kritis menurut kabupaten/kota tahun 2014 di Kalimantan Utara dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 4.1.3.A.1

Persentase Luas Lahan Kritis Tahun 2014 di Provinsi Kalimantan Utara Sumber: Hasil Olahan, 2016

Gambar 4.1.3.A.2

Persentase Luas Lahan Sangat Kritis Tahun 2014 di Provinsi Kalimantan Utara Sumber: Hasil Olahan, 2016

Prasarana sumber daya air dan irigasi melingkupi Wilayah Sungai (WS) dan Daerah Aliran Sungai (DAS) di Provinsi Kalimantan Utara. Wilayah Sungai (WS) Sesayap yang mencakup wilayah administratif Kabupaten Malinau, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Tana Tidung, dan Kota Tarakan serta sebagian wilayah negara Malaysia, merupakan salah satu WS yang memiliki peranan penting. DAS terpenting di WS Sesayap antara lain adalah DAS Sesayap dan DAS di Pulau Tarakan, karena sebagian Sub DAS berada di Wilayah Sabah (Malaysia), yaitu Sub DAS Angisan dan Sembakung, maka berdasarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, WS Sesayap termasuk Wilayah Sungai Lintas Negara.

Potensi SDA di WS Sesayap yang sangat besar dimanfaatkan oleh masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan, antara lain sebagai prasarana lalu lintas air, sumber air baku, sumber air irigasi, kegiatan kehutanan, kegiatan perkebunan, kegiatan industri, budi daya perikanan, kegiatan pertambangan, prasarana rekreasi dan pariwisata, dan juga mempunyai fungsi sosial.

Berbagai aktivitas perekonomian seperti logging, baik yang dilakukan oleh perusahaan dengan ijin HPH maupun penebangan liar, aktivitas perkebunan, pertambangan dan sebagainya, telah memberi dampak semakin menurunnya luas hutan di WS Sesayap setiap tahun sehingga banyak DAS dan Sub DAS yang mengalami kemerosotan kualitas daerah tangkapan airnya. Permasalahan tersebut akan terus meningkat akibat masih terbatasnya kemampuan pengelolaan SDA dan belum tersedianya infrastuktur pendukungnya.

Degradasilingkungan juga terjadiakibat usaha pertambangan. Usaha pertambangan terutama emas dan batubara yang tidak diikuti oleh pengelolaan lingkungan yang baik akan menyebabkan risiko kerusakan lingkungan pada lokasi dan lingkungan sekitarnya. Selain rusaknya lapisan atas tanah, pertambangan yang tidak dikelola dengan baik juga dapat menyebabkan tercemarnya air permukaan dan air tanah karena meningkatnya pH air (air asam tambang). Daerah genangan bekas penambangan dapat meningkatkan perkembangan distribusi nyamuk malaria atau demam berdarah. Perkembangan menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, penambangan tanpa ijin yang dapat ditertibkan menunjukkan kecenderungan menurun, dalam pengertian jumlah yang tidak dapat ditertibkan semakin naik. Hal ini terjadi di Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau dan Kota Tarakan.Jika tidak ditertibkan, maka pertambangan tanpa ijin ini akan berpotensi merusak lingkungan karena sulit diawasi dan dikendalikan. Selain berpotensi terhadap kerusakan lingkungan juga merugikan pemerintah daerah karena pertambangan tanpa ijin tidak dapat memberikan kontribusi resmi kepada pendapatan daerah. Hal lain adalah menyangkut tata-kelola ketenagakerjaan yang tidak dapat mengikuti aturan formal karena keberadaan usaha yang illegal.

Terjadinya peningkatan arus pendatang di Provinsi Kalimantan Utara menyebabkan peningkatan pula di bidang industri, baik dari jenis maupun jumlah pabrik. Hal tersebut disebabkan sektor industri di provinsi tersebut memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan, sehingga dapat dijadikan andalan dalam penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat pendatang. Peningkatan arus pendatang yang menyebabkan berkembangnya sektor perindustrian di Provinsi Kalimantan Utara, khususnya di Kota Tarakan mengakibatkan timbulnya pencemaran lingkungan yang semakin meningkat pula. Peningkatan pencemaran tersebut, apabila tidak ditangani secara maksimal, dikhawatirkan dapat menurunkan kualitas lingkungan dan kualitas hidup masyarakat di provinsi tersebut, serta berlanjut ke penurunan daya tampung lingkungan. Dalam hal ini, penanggulangan permasalahan lingkungan ini harus ditingkatkan dengan mengacu pada konsep pembangunan hijau atau ramah lingkungan dan mengajak partisipasi pihak-pihak terkait, begitupun dengan masyarakat dalam perlindungan lingkungan ini agar lebih optimal.

Tabel 4.1.3.A.3 Permasalahan Lingkungan

Masalah Akar Masalah

Degradasi lingkungan yang semakin mengancam

1. Kepemilikan lahan kritis di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan hutan dari tahun ke tahun semakin bertambah

pertambangan, dll) membuat semakin menurunnya luas hutan di WS 3. Banyaknya DAS dan Sub DAS yang mengalami kemerosotan kualitas

daerah tangkapan airnya

4. Penurunan daya tampung lingkungan akibat pencemaran dari jumlah pendatang dan aktivitas industri yang semakin meningkat

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Dalam dokumen ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS (Halaman 52-56)