• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permukiman, Sarana dan Prasarana Perkotaan

Dalam dokumen ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS (Halaman 56-61)

1. Ketersediaan Sarana Prasarana yang Belum Dapat Mendukung Pemenuhan Kebutuhan Penduduk

Salah satu permasalahan di bidang permukiman, sarana dan prasarana perkotaan yang teridentifikasi adalah ketersediaan sarana prasarana yang belum dapat mendukung pemenuhan kebutuhan penduduk. Fenomena yang dapat ditemui diantaranya adalah minimnya sarana perbelanjaan kebutuhan sehingga mengakibatkan banyaknya masyarakat, khususnya di kawasan perbatasan yang memilih keluar wilayah (Malaysia) hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya, seperti keperluan untuk makan. Tidak adanya “Pasar Serba Ada” yang dapat menyediakan segala kebutuhan pokok atau sehari-hari masyarakat perbatasan menjadi penyebab kondisi ini terjadi. Beberapa fakta pun ditemui pergerakan pasokan barang-barang pokok di wilayah perbatasan Provinsi Kalimantan Utara masih didominasi oleh pasar Malaysia atau dapat dikatakan pasokan dari negara tersebut.

Penyebab lainnya adalah ditemukannya harga yang tinggi untuk beberapa kebutuhan komoditas kunci yang banyak dibutuhkan masyarakat dibandingkan dengan harga yang ditawarkan oleh Malaysia, sehingga banyak dari mereka yang memilih untuk membelinya dari negara tersebut. Persebaran sarana dan prasarana pelayanan dasar lainnya, seperti sekolah atau klinik kesehatan pun masih sangat minim tersedia sehingga masyarakat di kawasan perbatasan belum dapat menjangkau sarana prasarana yang disediakan oleh pemerintah daerah. Begitupun dengan sarana transportasi yang belum sepenuhnya mudah dapat menjangkau daerah-daerah perbatasan tersebut, masyarakat harus menunggu hanya untuk menyeberang ke kawasan perbatasan karena ketersediaan pesawat yang minim, waktu keberangkatan yang tidak menentu, namun berbanding terbalik dengan banyaknya jumlah masyarakat yang ingin bepergian sangat menjadi kendala sehingga perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah.

Permasalahan mendasar yang menjadi penyebab minimnya aksesibilitas dan ketersediaan sarana prasarana tersebut untuk menjangkau kebutuhan penduduk adalah faktor geografis. Letak, jarak antar wilayah yang saling berjauhan, kondisi topografi wiayah yang curam dan terjal menjadi sulitnya pembangunan dapat

direncanakan menyeluruh dan dapat menjangkau ke seluruh wilayah. 76,27% dari luas wilayah total Provinsi Kalimantan Utara berada di kelerengan diatas 40%, 38,77% dari total luasan wilayah provinsi ini pun berada di ketinggian 500-1000m di atas permukaan laut dan hanya 5,92% yang berada di ketinggian 0-7m di atas permukaan laut. Kondisi inilah yang menjadikan Provinsi Kalimantan Utara memiliki keterbatasan dalam pengembangan wilayah.

2. Krisis Kelistrikan Akibat Terbatasnya Ketersediaan Energi Listrik

Permasalahan lain yang muncul terkait bidang permukiman, sarana dan prasarana perkotaanadalah kondisi krisis kelistrikan. Pemanfaatan energi listrik pada skala rumah tangga yang dapat dikatakan cukup rendah, bahkan selama tahun 2007-2014 terjadi kecenderungan peningkatan dan penurunan jumlah rumah tangga pengguna listrik. Jika dibandingkan dengan SPM sebesar 100%, rumah tangga pengguna listrik di Provinsi Kalimantan Utara jauh lebih rendah yakni sebesar 61,06% pada tahun 2014 dan tertinggi berada pada tahun 2011 yaitu sebesar 70,18%, sehingga dapat dikatakan beberapa wilayah provinsi ini belum teraliri listrik dan dikatakan bahwa pelayanan listrik belum dapat menjangkau seluruh daerah pelayanan yang luas.

Kondisi lainnya yang dapat ditemui adalah perluasan jaringan listrik hanya dilakukan pada wilayah yang memiliki kecenderungan pertumbuhan penduduk dan perekonomian yang tinggi. Berdasarkan data daya listrik terpasang dan jumlah kebutuhan listrik masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara, secara umum dapat dikatakan bahwa jumlah daya listrik terpasang di 4 (empat) kabupaten masih sangat minim dibandingkan dengan jumlah kebutuhan per tahunnya, dan hal ini sangat berbeda dengan satu-satunya kota di provinsi ini, yaitu Kota Tarakan yang jumlah daya listrik terpasang pertahunnya selalu melebihi jumlah kebutuhannya.

Rendahnya akses rumah tangga terhadap kebutuhan energi listrik akan berakibat pada rendahnya produktivitas rumah tangga karena rumah tangga tidak dapat melakukan kegiatan ekonomi yang lebih produktif. Untuk masa depan, jika hal ini tidak diperhatikan sejak saat ini maka akan menjadi persoalan terkait dengan rendahnya kemampuan wilayah provinsi ini untuk berkembang dan bersaing dengan wilayah lain karena kegiatan ekonomi rumah tangga terhambat akibat keterbatasan energi listrik. Begitupun dengan keterjangkauan jaringan listrik, jika hanya dapat menjangkau beberapa wilayah tertentu saja, dikhawatirkan akan memunculkan

kesenjangan dan ketidakmerataan pertumbuhan wilayah. Berikut secara lebih jelas masalah kondisi kelistrikan yang sangat mencolok ditemui di provinsi ini.

Gambar 4.1.3.B.1

Perbandingan Antara Daya Listrik Terpasang dan Jumlah Kebutuhan Listrik Tahun 2007-2014 untuk 4 Kabupaten di Provinsi Kalimantan Utara

Sumber: Hasil Olahan, 2016

Gambar 4.1.3.B.2

Perbandingan Antara Daya Listrik Terpasang dan Jumlah Kebutuhan Listrik Tahun 2007-2014 Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara

Sumber: Hasil Olahan, 2016

Pengembangan jaringan listrik di Provinsi Kalimantan Utara pada masa mendatang perlu dilakukan dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas pembangkit listrik yang ada. Pemanfaatan sumber energi listrik alternatif terus diupayakan dalam

rangka mengatasi krisis kelistrikan agar dapat melayani kebutuhan masyarakat hingga lima tahun mendatang serta melakukan pengembangan jaringan listrik yang ada agar dapat menjangkau daerah pelayanan yang cukup luas dengan prioritas pengembangan pada penyediaan sambungan baru melalui penyambungan jaringan yang ada ke wilayah baru mengikuti pengembangan jaringan jalan agar tidak menimbulkan kesemrawutan. Perluasan jaringan listrik dengan sistem interkoneksi diarahkan pada wilayah yang memiliki kecenderungan pertumbuhan penduduk dan perekonomiannya tinggi.

3. Rendahnya Ketersediaan Utilitas

Permasalahan permukiman lainnya yang diidentifikasi adalah rendahnya rumah tangga pengguna air bersih. Selama tahun 2007-2014, perkembangan rumah tangga pengguna air bersih cukup fluktuatif dengan jumlah rumah tangga pengguna air bersih terbanyak berada pada tahun 2011 yakni sebesar 29,65% dan terendah berada pada tahun 2008 dengan angka 15,71%. Sementara itu, nilai SPM yang ditetapkan untuk penduduk berakses air bersih adalah sebesar 55-75%. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat belum dapat mengakses air bersih secara merata dan hal ini diduga berkaitan pula dengan terbatasnya ketersediaan air permukaan dan air bawah tanah. Berikut adalah data persentase rumah tangga pengguna air bersih tahun 2007-2014:

Gambar 4.1.3.B.3

Persentase Rumah Tangga Pengguna Air Bersih Tahun 2007-2014 di Provinsi Kalimantan Utara

Sumber: Hasil Olahan, 2016

Rendahnya ketersediaan utilitas juga dilihat dari belum tercapainya nilai SPM untuk persentase rumah tinggal bersanitasi. Nilai indikator persentase rumah tinggal

bersanitasi pada tahun 2012 (51,22%), diketahui masih terlampau jauh dibawah nilai standar pelayanan minimum yang ditetapkan (80%). Pada tahun 2013, sudah terjadi peningkatan sekitar 2% dari angka sebelumnya menjadi 53,01%, namun angka tersebut pun masih belum melampaui nilai standar yang ditetapkan. Hal ini menjadi catatan yang perlu diperhatikanolehstakeholders terkait, oleh karena indikator sanitasi juga sangat berkaitan dengan kualitas kesehatan masyarakat. Jika permasalahan sanitasi tidak diperhatikan, di masa depan dikhawatirkan akan menjadi salah satu faktor penghambat terciptanya peningkatan kualitas kesehatan masyarakat dan pada akhirnya memperlambat peningkatan kualitas sumber daya manusia di provinsi ini. Dampak lebih lanjutnya dalah sumber daya manusia provinsi ini akan kalah bersaing dalam menghadapi era globalisasi dan tuntutan perkembangan ekonomi nantinya.

Tabel 4.1.3.B.1

Permasalahan Permukiman, Sarana Prasarana Perkotaan

Masalah Akar Masalah

1. Ketersediaan sarana prasarana yang belum dapat mendukung pemenuhan kebutuhan penduduk

1. Persebaran sarana dan prasarana pelayanan dasar yang belum mampu menjangkau desa-desa

2. Banyak masyarakat yang keluar wilayah (Malaysia) hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya

3. Tingginya harga kebutuhan komoditas kunci

4. Pergerakan pasokan barang-barang pokok di wilayah perbatasan Provinsi Kalimantan Utara masih didominasi atau mengandalkan pasokan dari Malaysia

5. Sebab utama adalah masalah letak, jarak yang saling berjauhan, dankondisitopografiwilayah yang sangat curam/terjal

2. Krisis kelistrikan akibat terbatasnya

ketersediaan energi listrik

1. Pelayanan listrik belum dapat menjangkau seluruh daerah pelayanan yang luas

2. Perluasan jaringan listrik hanya dilakukan pada wilayah-wilayah yang memiliki kecenderungan pertumbuhan penduduk dan perekonomian yang tinggi

3. Rendahnya

ketersediaan utilitas 1. Penduduk yang terlayani akses air bersih masih rendah 2. Penyediaan sarana sanitasi layak belum memenuhi standar Sumber: Hasil Analisis, 2016

Dalam dokumen ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS (Halaman 56-61)