• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN MELANESIAN SPEARHEAD GROUP DALAM INTERNASIONALISASI ISU PAPUA MERDEKA

3.2 Langkah Negara Anggota dalam Melanesian Spearhead Group terhadap Internasionalisasi Isu Papua Merdeka

3.2.2 Kepulauan Solomon

Kepulauan Solomon merupakan sebuah negara berdaulat dan negara anggota dari Melanesian Spearhead Group. Kepulauan Solomon juga merupakan sebuah negara yang mayoritas merupakan etnis Melanesia dan juga memiliki

semangat identitas Melanesia. Negara ini juga memiliki keresahan mengenai isu di Papua dan menginginkan Papua untuk dapat menentukan nasib sendiri (Kambuaya, ibid). Beberapa kali kesempatan Kepulauan Solomon menyoroti pelanggaran hak asasi manusia dalam penanganan Indonesia terhadap Papua, dan menyuarakan untuk Indonesia memberikan referendum untuk Papua (Doherty, ibid). Hal ini menyebabkan ketegangan dalam hubungan Indonesia dengan Kepulauan Solomon

Hubungan bilateral Indonesia dengan Kepulauan Solomon pun dapat dikatakan berada di posisi canggung dimana kedua negara memiliki hubungan dagang yang cukup besar dan Kepulauan Solomon merupakan salah satu penerima manfaat dari International Development Aid Fund Indonesia (Solomon Star News, 2019; Yasmin, 2019). Akan tetapi, Kepulauan Solomon juga merupakan negara yang vokal untuk menginternasionalisasikan isu Papua merdeka ini dengan beberapa kesempatan di forum internasional mengecam tindakan yang Indonesia lakukan. Hal tersebut dibalas oleh Indonesia dengan menyatakan Kepulauan Solomon telah ikut campur dalam permasalahan domestik Indonesia dan semestinya memperhatikan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh Kepulauan Solomon sendiri (RNZ News, 2016). Maka dari itu hubungan bilateral Indonesia dengan Kepulauan Solomon berada di posisi canggung. Indonesia melihat Kepulauan Solomon sebagai mitra dagang dan hal ini juga dapat bermakna bahwa Indonesia juga mengincar dukungan

Kepulauan Solomon untuk meredam proses internasionalisasi isu separatisme Papua. Tetapi, di sisi lain Kepulauan Solomon tidak jarang menyoroti isu separatisme Papua ini

dengan negativisme dimana Kepulauan Solomon beberapa kali menyerang Indonesia di forum internasional terkait tindakan Indonesia dalam menangani separatisme Papua dan juga mendukung Papua untuk dapat menentukan nasib sendiri dengan kata lain memisahkan diri dari Indonesia.

Simpati masyarakat Kepulauan Solomon terhadap pergerakan separatisme Papua juga berkembang dimana atas persamaan etnis dan rasa senasib, perkembangan situasi di Papua menjadi perhatian dari masyarakat Kepulauan Solomon (Kambuaya, ibid). Persamaan identitas yang menjadikan Kepulauan Solomon peduli terhadap separatisme Papua ditambah oleh peliputan bahwa Indonesia melakukan pelanggaran hak asasi manusia dalam menangani permasalahan separatisme Papua. Pemimpin dari United Liberation Movement for West Papua Benny Wenda juga pada bulan Agustus 2019 lalu berkunjung dan diterima dengan ramah oleh Perdana Menteri dan juga pemimpin oposisi Kepulauan Solomon (Suara Papua, 2019). Dengan begitu, mengartikan bahwa Pemerintah Kepulauan Solomon bersimpati terhadap pergerakan separatisme Papua.

Upaya yang dilakukan oleh Kepulauan Solomon adalah menginternasionalisasi isu separatisme Papua ini ke forum-forum internasional. Salah satu upayanya adalah dengan mengecam Indonesia dalam United Nations Human Rights Council dalam penanganan Indonesia terhadap kelompok separatis Papua (Robie et al, 2019). Karena pada dasarnya adalah jika isu ini dapat menjadi perhatian dunia maka ini akan menguntungkan dan satu langkah lebih depan

untuk memerdekakan Papua. Peran yang dilakukan oleh Kepulauan Solomon adalah dengan menggiring opini negara-negara dan mencari dukungan di forum-forum internasional. Kepulauan Solomon juga menjadi anggota Melanesian Spearhead Group yang mengusulkan untuk mengangkat isu separatisme Papua ke dalam pembahasan Pacific Islands Forum yang

dimana pada forum tersebut dapat mendapat dukungan regional Pasifik (Kambuaya, ibid). Peran ini adalah untuk mencari dukungan negara-negara berdaulat lainnya karena seperti David Rai (2002) katakan bahwa salah satu unsur untuk negara dapat dikatakan sebagai negara berdaulat maka butuh pengakuan dari negara berdaulat lainnya. Maka dari itu salah satu langkah diplomatik Kepulauan Solomon untuk mendukung separatisme Papua Barat adalah dengan membantu mencari dukungan dari negara-negara dengan turut menginternasionalisasi isu separatisme ini. Dalam berbagai kesempatan Kepulauan Solomon selalu tidak luput untuk membawa situasi yang terjadi di Papua ke forum internasional. Dengan cita-cita dapat memberikan kesempatan United Liberation Movement for West Papua untuk memiliki lampu sorot di dunia internasional. Hal ini didasari oleh keyakinan Kepulauan Solomon bahwa penanganan Indonesia terhadap Papua memiliki banyak pelanggaran hak asasi manusia dan menyakiti saudara serumpun dari Kepulauan Solomon (Robie et al, ibid).

Jika kita klasifikasikan, Kepulauan Solomon merupakan negara anggota Melanesian Spearhead Group kedua yang keras mendukung Papua merdeka atau setidaknya self-determination. Gesture dari pemerintahan Kepulauan Solomon juga menunjukkan bahwa baik pemerintah dan oposisi Kepulauan Solomon

memiliki persamaan yaitu mendukung pergerakan dari United Liberation Movement for West Papua. Kepulauan Solomon juga merupakan negara yang mensponsori United Liberation Movement for West Papua untuk menjadi anggota penuh dari Melanesian Spearhead Group (Blades, 2014). Dengan mendukung United Liberation Movement for West Papua untuk menjadi anggota penuh dalam Melanesian Spearhead Group membuat hubungan Kepulauan Solomon dengan Indonesia menjadi canggung.

Jika dilihat maka dapat terlihat Kepulauan Solomon melakukan strategi Hedging terhadap isu separatisme Papua. Di satu sisi Kepulauan Solomon menikmati dan mendorong hubungan perdagangan dengan Indonesia dengan beberapa kali menandatangani bentuk kerja

sama dengan Indonesia dan juga menerima bantuan dari Indonesia (Solomon Star News, ibid; Yasmin, ibid). Namun di sisi lain Kepulauan Solomon sangat bulat mendukung self-determination rakyat Papua dan pergerakan United Liberation Movement for West Papua yang menjadikan Kepulauan Solomon salah satu pendukung terkuat dari separatisme Papua. Semangat identitas Melanesia yang tertanam dalam Kepulauan Solomon menjadi alasan terkuat Kepulauan Solomon dalam dukungannya terhadap self-determination Papua. Hal tersebut tentu akan menjadi keuntungan bagi United Liberation Movement for West Papua dalam upayanya untuk mendapat pengakuan dari negara-negara lain.

Maka dapat disimpulkan bahwa Kepulauan Solomon pada sejatinya mendukung rakyat Papua untuk mendapatkan hak self-determination yang

merupakan cita-cita dari United Liberation Movement for West Papua. Kepulauan Solomon sendiri telah berupaya untuk menginternasionalisasi isu Papua dengan menyoroti isu ini di beberapa kesempatan dalam forum internasional. Karena kelantangan Kepulauan Solomon dalam mendukung pergerakan separatisme Papua, Kepulauan Solomon menjadi salah satu negara yang diperhatikan Indonesia dalam regional Melanesian Spearhead Group dimana Kepulauan Solomon sendiri merupakan mitra dagang dan juga penerima manfaat dari bantuan Indonesia. Akan tetapi, upaya meredam Kepulauan Solomon dalam mendukung separatisme Papua tidak menghasilkan hasil yang seperti diharapkan dimana Kepulauan Solomon tetap mendukung separatisme Papua dan bahkan mengecam Indonesia dalam forum internasional PBB.

3.2.3 Fiji

Negara selanjutnya adalah Fiji, Fiji adalah sebuah negara berdaulat yang merupakan salah satu negara anggota penuh Melanesian Spearhead Group. Etnis mayoritas Fiji juga merupakan bangsa Melanesia. Negara ini dapat dikatakan merupakan negara yang memiliki kekuatan ekonomi dan politik yang relatif lebih kuat dibandingkan dengan negara-negara

Melanesian Spearhead Group lainya (kecuali Indonesia) (May, 2011). Hal ini menjadi faktor tersendiri dimana suara dan kebijakan Fiji menjadi satu hal yang perlu untuk diperhatikan dan dipertimbangkan. Kedua pihak baik itu Indonesia dan United Liberation Movement for West Papua juga menjadikan Fiji sebagai salah satu negara anggota yang penting dalam isu ini.

Hubungan Indonesia dan Fiji dapat dikatakan baik dimana Fiji merupakan mitra dagang dan juga salah satu pendukung pengangkatan status Indonesia menjadi anggota associate dalam Melanesian Spearhead Group. Perdana Menteri Fiji Frank Bainimarama mendukung posisi Indonesia dalam isu separatisme Papua dengan salah satunya mengakui Indonesia sebagai pemerintah legitimate wilayah Papua (Lawson, 2016). Kedekatan ini ditunjukkan ketika kepolisian Fiji langsung menindaki dan menangkap oknum yang menaikkan bendera Morning Star yaitu bendera separatisme Papua Barat pada Pacific Conference on Churches Secretariat (PCC) (Krishnamurthi et al, 2019). Fiji merupakan salah satu negara Pasifik yang memiliki hubungan yang hangat dengan Indonesia. Maka dari itu, Fiji akan melakukan tindakan-tindakan yang dapat menjaga kehangatan hubungan bilateral kedua negara tersebut.

Dengan contoh peristiwa pengibaran bendera Papua Barat oleh NGO Fiji mengartikan bahwa secara domestik Fiji masih memiliki pecah belah dimana tidak sedikit masyarakat yang memperhatikan isu yang terjadi di Papua dan juga bersimpati terhadap pergerakan separatisme tersebut, dan di sisi lain secara resmi Fiji mendukung legitimasi Indonesia atas tanah Papua dan ini menjadi polemik bagi Fiji dimana masyarakat dan pemerintah memiliki sikap yang berbeda (Kambuaya, 2019). Sikap pemerintah Fiji dapat dilihat sebagai pendekatan halus dalam isu Papua. Pemerintah Fiji lebih mengupayakan agar isu separatisme ini dapat diselesaikan dengan kompromi dan damai tanpa terjadinya konflik ataupun pisahnya Papua dari Indonesia. Kedekatan dengan pemerintah Indonesia juga menjadi salah satu faktor terbesar dalam posisi Fiji dengan Indonesia.

Bahwasannya Fiji tidak ingin melukai hubungan baik yang telah terjaga dengan Indonesia dan akan lebih menguntungkan bagi Fiji untuk memposisikan dirinya mendukung pemerintah resmi Indonesia. Hal tersebut demikian dikarenakan Fiji menikmati dampak dari hubungan baiknya dengan Indonesia dengan baiknya hubungan dagang dan juga hal lainnya.

Salah satu alasan yang dapat dianalisis mengenai dukungan Fiji terhadap Indonesia dapat dilihat bahwasannya kondisi politik Fiji berada di tingkat yang rapuh dimana pada tahun 2006 Perdana Menteri Fiji Josaia Voreqe Bainimarama mengkudeta pemerintahan Fiji dan sempat membuat krisis politik di Fiji dan berbagai kecaman internasional (Blades, 2014). Hal tersebut yang melandasi Fiji untuk lebih dekat lagi dengan Indonesia dengan harapan bahwa Indonesia dapat mendukung legitimasi pemerintahan Fiji pasca kudeta. Indonesia sendiri melihat Fiji sebagai gerbang untuk Pasifik selatan dan maka dari itu penting bagi Indonesia untuk mendapatkan dukungan dari Fiji terutama mengenai keanggotaannya di Melanesian Spearhead Group dan juga isu separatisme di Papua. Hubungan yang reciprocal ini juga didukung dengan Indonesia memberikan yang menunjuk Fiji sebagai salah satu penerima manfaat dari Indonesia AID yang memiliki nilai total sebesar US$262 juta (Yasmin, 2019). Pemerintah Fiji juga beberapa kali mendukung posisi Indonesia dengan Menteri Luar Negeri Fiji mengatakan bahwa Indonesia merupakan tuan rumah dari mayoritas masyarakat Melanesia dengan memiliki sekitar 11 juta jiwa etnis Melanesia (Blades, 2014).

Jika kita lihat maka dapat diperhatikan hubungan kedua negara ini atas dasar saling membutuhkan. Fiji membutuhkan Indonesia dalam dukungannya atas legitimasi pemerintahan Fiji dan bantuan materil maupun hal lainnya terhadap Fiji, sedangkan Indonesia membutuhkan dukungan Fiji sebagai gerbang terhadap mitra dagang pasifik selatan dan juga mendukung upaya Indonesia dalam diplomasinya terhadap negara-negara pasifik terutama yang tergabung dalam Melanesian Spearhead Group khususnya dalam meredam internasionalisasi isu separatisme Papua. Fiji juga merupakan salah satu negara yang menolak pengangkatan status United Liberation Movement for West Papua untuk

menjadi anggota penuh dengan alasan bahwa Indonesia merupakan pemerintah legitimate atas tanah Papua, dan jika diangkat status United Liberation Movement for West Papua akan menyebabkan sebuah kericuhan yang tidak diperlukan (Kambuaya, 2019).

Fiji dalam Melanesian Spearhead Group juga merupakan salah satu anggota yang kerap memiliki perbedaan pandangan dengan anggota lainnya terutama terhadap Vanuatu dan Kepulauan Solomon yang notabene lebih keras dalam kampanye untuk memerdekakan seluruh bangsa Melanesia. Tidak sedikit yang mengkritik terhadap pemerintahan Fiji terutama terhadap kudeta-kudeta yang ada dalam pemerintahan Fiji dimana Menteri Luar Negeri Vanuatu menekan Fiji untuk tetap melakukan pemilu 2009 sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan (May, 2011). Tindakan kudeta tersebut juga telah merusak citra Fiji di regional Pasifik dengan dicabutnya Fiji dari keanggotaan Pacific Islands Forum dan Persemakmuran Inggris ketika terjadinya kudeta 2009, juga merenggangkan

relasi Fiji dengan anggota Melanesian Spearhead Group Lainnya (May, ibid). Tekanan politik yang dialami oleh Fiji yang mendasari Fiji untuk lebih dekat dengan Indonesia.

Dapat dikatakan Fiji merupakan salah satu negara Pasifik yang memiliki hubungan yang amat hangat dengan Indonesia. Saling mendukungnya kedua negara tersebut dimanfaatkan oleh Indonesia untuk sebagai peredam perseteruan separatisme Papua barat di Pasifik khususnya regional Melanesian Spearhead Group, dimana dukungan dari salah satu negara anggota tersebut akan sangat berarti bagi Indonesia dalam meredam internasionalisasi isu Papua merdeka oleh negara-negara anggota Melanesian Spearhead Group. Maka dari itu Indonesia jika kita lihat dari peristiwa dan tindakan dari pemerintah Indonesia memposisikan Fiji sebagai salah satu negara prioritas untuk meredam internasionalisasi isu Papua merdeka yang terjadi di kawasan Pasifik selatan.