MELANESIAN SPEARHEAD GROUP DAN INTERNASIONALISASI ISU PAPUA MERDEKA
2.1 Latar Belakang Melanesian Spearhead Group .1 Terbentuknya Melanesian Spearhead Group
Melanesian Spearhead Group adalah sebuah forum regional yang berada pada wilayah Pasifik Selatan dan beranggotakan negara-negara dengan etnis Melanesia yaitu Fiji, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, dan Vanuatu serta Indonesia sebagai anggota asosiasi dan United Liberation Movement for West Papua (ULMWP). Organisasi Internasional ini didasari oleh persamaan identitas yaitu etnis Melanesia (Kambuaya, 2019). Persamaan ini yang menyatukan negara-negara Pasifik Selatan tersebut untuk membangun kerjasama regional.
Melanesian Spearhead Group dibentuk pada tahun 1986 di Goroka, Papua Nugini. Dibentuknya Melanesian Spearhead Group mengikuti persamaan visi dari pemimpinnya untuk berjuang dekolonisasi dan kemerdekaan terhadap bangsa Melanesia di Pasifik Selatan. Tujuannya adalah untuk menguatkan solidaritas, dan membangun persamaan sosial, budaya, ekonomi dan politik negara-negara Melanesia. Melanesian Spearhead Group pada akhirnya menjadi platform bagi negara anggotanya untuk dapat memacu perkembangan negara-negaranya dan meningkatkan kerjasama baik itu antara sesama anggota maupun dengan negara lainnya melalui platform organisasi tersebut (Lawson, 2016). Seiringan dengan waktu dan perihal mengenai pergerakan separatisme Papua, negara-negara anggota Melanesia Spearhead Group mulai memperhatikan mengenai kondisi dan apa yang terjadi dalam konflik Papua tersebut. Dengan dasar solidaritas rumpun Melanesia, negara-negara anggota Melanesian Spearhead Group mendukung self-determination rakyat Papua untuk
menentukan nasib sendiri dan melihat Indonesia sebagai penjajah. Hal tersebut berimbas terhadap kebijakan luar negeri dari negara-negara anggota Melanesian Spearhead Group untuk menyuarakan dan menginternasionalisasi isu Papua Merdeka (Webb-Gannon & Elmslie, 2014).
Bermulai dari kebutuhan akan kerjasama regional yang didasari oleh kepentingan bersama dan persamaan identitas negara-negara Melanesia yaitu didasari oleh cita-cita dekolonisasi negara Melanesia, etnis yang serumpun, dan keinginan untuk menstabilkan ekonomi dari masing-masing negara maka terlahirlah Melanesian Spearhead Group (MacQueen, 1989). Salah satu agenda pertama dari organisasi ini adalah dengan mendukung kemerdekaan Kanak yang merefleksikan persepsi bahwa negara-negara Pacific Island Forum khususnya yang dahulunya merupakan negara kolonial seperti Australia, New Zealand dan negara lainnya luput menjadi perhatian dalam forum tersebut. Hal ini semakin diperkuat pada kesepakatan Kiriwina, Papua Nugini pada tahun 1996 untuk meningkatkan usaha terhadap kerjasama ekonomi diantara anggota Melanesian Spearhead Group dengan tetap berfokus terhadap solidaritas subregional dan menghormati budaya Melanesia (May, 2011).
Menurut May (2011) Struktur kerja Melanesian Spearhead Group terbagi dalam lima level. Pada level teratas adalah Leader’s Summit dimana berisikan kepala-kepala negara dengan pendekatan bahwa tiap kesepakatan diperlukannya konsensus diantara negara-negara anggota per dua tahun. level kedua adalah level menteri luar negeri, pada level ini menteri luar negeri dari masing-masing negara anggota bertanggung jawab pada penentuan arah kebijakan umum dan anggaran dasar dari Melanesian Spearhead Group. Level menteri luar negeri ini juga diperlukan konsensus antara negara anggota dan hasil dari level ini akan melaporkan dan membawa hasil pertemuannya untuk Leader’s Summit. Level ketiga adalah pertemuan Senior Official yang diadakan setiap tahun bersamaan dengan pertemuan kementerian dan atau berdasarkan permintaan dari Leader’s Summit. Perannya adalah memberikan arahan kebijakan terhadap Sekretariat Melanesian Spearhead Group dan
membuat laporan dan rekomendasi kepada pemimpin masing-masing negara anggota. Pertemuan Senior Official melaporkan hasil pertemuannya kepada pertemuan Menteri Luar Negeri. Pertemuan Trade and Economic Officials diadakan secara bersamaan atau berdasarkan permintaan untuk memberikan bantuan dan arahan terhadap pengimplementasian setiap perjanjian ekonomi Melanesian Spearhead Group. Setelah itu pada level terakhir adalah jika pada Leader’s Summit bersepakat untuk membuat suatu misi khusus untuk mediasi dan membantu rekonsiliasi terhadap persengketaan atau perseteruan yang terjadi diantara negara-negara anggota Melanesian Spearhead Group ataupun antara negara anggota dengan pihak ketiga. Pertemuan
kementerian atau badan lainnya mungkin saja diadakan seiring dengan kebutuhan (May, ibid).
Sejalan dengan permasalahan Papua, isu kemerdekaan Papua beberapa kali sempat diangkat dalam perbincangan di pertemuan-pertemuan Melanesian Spearhead Group. Walaupun Melanesian Spearhead Group masih banyak perdebatan mengenai keberpihakannya namun berdasarkan dari Spirit of Melanesian Spearhead Group, negara-negara anggota Melanesian Spearhead Group beberapa kali sepakat bahwa diperlukannya pembahasan lebih lanjut dan mengangkat isu ini ke forum yang lebih tinggi (May, 2011; Kambuaya, 2019).
Melanesian Spearhead Group yang sejatinya forum subregional dari Pasifik Selatan adalah wadah bagi negara-negara anggota untuk mengutarakan pendapatan dan kepentingan politiknya untuk meningkatkan kerjasama antara negara-negara Melanesia dan menstabilkan politik dan ekonomi negara-negara Melanesia yang pada dasarnya baru memerdekakan diri dan tidak memiliki ekonomi dan politik yang kuat (May, 2011). Dengan dasar ini maka Melanesian Spearhead Group membuat suatu ekosistem kerjasama yang didasari oleh persamaan-persamaan antara negara anggota yaitu ekonomi, politik, etnis dan bentuk persamaan lainnya, dengan persamaan-persamaan tersebut negara-negara anggota bersepakat
untuk membuat suatu identitas yaitu Spirit of Melanesian Spearhead Group (Kambuaya, 2019).
2.1.2 Spirit of Melanesian Spearhead Group
Spirit of Melanesian Spearhead Group adalah rasa senasib yang dimiliki oleh negara-negara anggota Melanesian Spearhead Group yaitu mereka adalah negara-negara bekas kolonial negara lain, memiliki rumpun etnis yang sama, kondisi ekonomi dan sosial yang sama dan memiliki tujuan untuk memerdekakan etnis Melanesia untuk dapat menentukan nasib masing-masing (Kambuaya, 2019). Ditarik dari Spirit of Melanesian Spearhead Group, hal ini yang mendasari banyak dari negara-negara anggota Melanesian Spearhead Group untuk menyuarakan bangsa Melanesia untuk menentukan nasib sendiri seperti dukungannya terhadap Kanak (New Caledonia) dan juga Papua. Spirit of Melanesian Spearhead Group yang secara garis besar adalah setiap bangsa Melanesia berhak untuk menentukan nasibnya sendiri adalah fondasi dari negara-negara anggota untuk mendukung Papua dan juga menjadi dukungan fundamental terhadap pergerakan separatisme Papua. Dengan spirit tersebut beberapa negara anggota terutama Vanuatu mempersepsikan bahwa Papua adalah kakak terbesar Melanesia yang belum merdeka (Kambuaya, 2019).
Spirit of Melanesian Spearhead Group yang juga membuat pendekatan terhadap isu Papua tidak lagi melalui jalur hard power melainkan soft power. Maksudnya adalah pendekatan dan cara menanganinya adalah melalui jalur diplomasi dimana masing-masing pihak menggunakan Melanesian Spearhead Group untuk menyuarakan dukungannya dan untuk mencapai end goals-nya
adalah supaya isu ini dapat diangkat ke forum yang lebih tinggi. Maka dari itu kita dapat melihat negara-negara anggota yang vokal terhadap isu Papua merdeka seperti Vanuatu dan kepulauan Solomon beberapa kali menaikkan isu Papua ini terhadap pertemuan-pertemuan
Melanesian Spearhead Group.
Spirit of Melanesian Spearhead Group juga berselaras dengan politik identitas yang diutarakan oleh Bernstein (2005) dimana unsur-unsur senasib dan persamaan-persamaan baik itu kepentingan, latar belakang, etnis, dan lainnya digabungkan dan menjadi suatu identitas baru yaitu identitas Melanesia. Etnis mayoritas negara-negara anggota Melanesian Spearhead Group adalah bangsa Melanesia yaitu bangsa turunan Austronesian. Persamaan bangsa tersebut yang menjadikan negara-negara anggota tersebut memiliki persamaan fisik dan juga sosial. Setiap negara-negara anggota memiliki konstruksi sosial yang serupa dan maka dari itu negara-negara anggota menganggap bahwa satu dengan lainnya adalah bagaikan saudara sendiri. Setelah itu mereka dilatarbelakangi oleh persamaan bekas koloni negara lain dimana semua negara-negara tersebut dulunya adalah negara yang dijajah baik itu oleh Inggris, Perancis, ataupun negara lainnya. Maka dari itu negara-negara Melanesia sangat vokal terhadap dekolonisasi dan penentuan nasib sendiri. Mereka juga memiliki kepentingan bersama yaitu didasari oleh negara kepulauan yang terbilang relatif kecil dengan kekuatan ekonomi dan politik yang rendah maka semua anggota Melanesian Spearhead Group menyuarakan pentingnya kerjasama dan solidaritas antar negara anggota. Persamaan-persamaan tersebut menumbuhkan suatu identitas bersama yaitu identitas Melanesia. Papua yang juga merupakan bangsa Melanesia juga
termasuk dalam solidaritas Melanesia tersebut. Hal tersebut yang membuat negara-negara Melanesia vokal terhadap kesejahteraan dan penentuan nasib Papua. Identitas yang terbentuk dari spirit of Melanesian Spearhead Group tersebut menjadikan Melanesian Spearhead Group sangat fundamental terhadap perkembangan negara-negara anggota dan juga isu separatisme Papua (Kambuaya, 2019).
Dapat dikatakan bahwa alasan mengapa negara-negara Melanesian Spearhead Group mendukung Papua menentukan nasib sendiri hampir seluruhnya berdasarkan oleh persamaan identitas yang dimiliki oleh Papua dan juga negara Melanesia (Kambuaya, 2019). Jika saja
Papua bukan termasuk dalam identitas Melanesia mungkin saja dukungan terhadap separatisme Papua tidak terlalu vokal hingga dimasukkan ke dalam agenda Melanesian Spearhead Group. Maka dari itu kunci dalam peran Melanesian Spearhead Group dalam isu Papua adalah identitas. Jika saja masing-masing anggota tidak memiliki identitas yang sama maka tidak akan tercipta organisasi sub regional Melanesian Spearhead Group dan tidak akan adanya dukungan yang solid terhadap kemerdekaan Papua.
2.2 Posisi Melanesian Spearhead Group