• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerancuan Segi Makna

Dalam dokumen PROSIDING HASIL PENELITIAN BAHASA DAN SA (Halaman 170-176)

KETIDAKEFEKTIFAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM LAPORAN ILMIAH

2) Kerancuan Segi Makna

Kesalahan atau kerancuan makna dapat terjadi oleh beberapa sebab, di antaranya (1) ketidaktepatan konjungsi, (2) kesalahan dalam memilih kata, (3) ketidaksejajaran bentuk, (4) kalimat yang panjang- panjang strukturnya.

a) Ketidaktepatan Pemakaian Konjungsi

Kalimat majemuk itu ditandai oleh konjungsi, misalnya dan, teta- pi, sebab, karena, dan lagi pula. Kalimat majemuk yang menggunakan

konjungsi seperti itu merupakan proses penggabungan dari kalimat dasar. Apabila dalam proses penggabungan itu dipakai konjungsi yang tidak tepat akan mengakibatkan terjadi kerancuan makna kalimat tersebut. Oleh karena itu, di dalam menyusun kalimat majemuk harus memilih konjungsi yang tepat.

Berdasarkan data yang ada, mahasiswa di dalam membuat la- poran sering menyusun kalimat majemuk dengan pemakaian kon- jungsi yang tidak tepat. Untuk jelasnya perhatikan kalimat berikut. (12) Agama bagi mayoritas masyarakat Polewali tampaknya tidak

hanya merupakan rangkaian petuah-petuah yang hanya dibi- carakan dalam lingkungan masjid dan surau.

(13) Jika membeli fungisida buatan pabrik, perlu diingat alat yang akan dipakai.

(14) Karena jamur merupakan patogen paling penting, pestisida yang paling banyak digunakan adalah fungisida.

Kalimat (12) mengandung konjungsi tidak hanya di tengah kalimat itu tidak tepat. Ketidaktepatan pemakaian konjungsi karena tidak diikuti konjungsi yang lain seperti tetapi juga. Oleh karena itu, kalimat (12) harus dibetulkan dengan cara melengkapi unsur konjungsi yang berpasangan. Agar makna kalimat (12) menjadi jelas. Untuk itu, per- hatikan kalimat (12a) berikut.

(12a) Agama bagi mayoritas masyarakat Polewali tampaknya tidak hanya merupakan rangkaian petuah-petuah yang hanya dibica- rakan dalam lingkungan masjid dan surau tetapi juga sebagai pedoman hidup yang harus ditaati.

Dalam kalimat (13) terdapat ketidaksesuaian bentuk struktur antara induk kalimat dengan anak kalimat. Dalam induk kalimat predikatnya berupa verba pasif, sedangkan pada anak kalimat adalah verba aktif. Agar kalimat itu menjadi kalimat yang baik, bentuk predikatnya harus disejajarkan yaitu aktif-aktif atau pasif-pasif. Untuk jelasnya perhati- kan kalimat (13a) berikut.

(13a) Jika membeli fungisida buatan pabrik, kita harus mengingat alat apa yang akan dipakai.

Bila diperhatikan kalimat (13a) di atas sudah menjadi kalimat maje- muk yang benar karena adanya kesesuaian atau kesejajaran bentuk predikat pada anak kalimat dan induk kalimat, yaitu membeli dan mengingat.

Pada kalimat (14) terdapat pemakaian konjungsi yang tidak tepat, yaitu karena. Padahal induk kalimat itu tidak boleh didahului oleh konjungsi dan yang dapat didahului konjungsi adalah anak kalimat. Dengan demikian, kalimat (14) itu harus diubah strukturnya. Untuk jelasnya perhatikan kalimat (14a) berikut.

(14a) Jamur merupakan patogen yang paling penting, akibatnya pesti- sida yang banyak digunakan untuk membasmi adalah fungisida. Dengan adanya kontruksi kalimat seperti (14a) itu posisi anak kalimat berubah menjadi pestisida yung banyak digunakan untuk membasmi adalah fungisida. Juga jenis konjungsinya pun berubah dari karena menjadi akibatnya. Semua ini dilakukan agar kalimat (14) mudah dipahami.

b) Ketidaktepatan dalam Pemilihan Kata

Ketidaktepatan dalam pemilihan kata sewaktu menyusun kali- mat dapat menyebabkan kalimat tersebut tidak jelas maknanya. Agar kalimat yang disusun memiliki makna yang jelas, maka perlu dipikir- kan secara cermat dalam memiliki kata sebagai unsur kalimat. Gejala ketidakcermatan dalam pemilihan kata itu ditemukan pada bahasa laporan mahasiswa. Untuk jelasnya perhatikan kalimat berikut. (15) Infeksi terutama terjadi pada daun-daun yang masih muda me-

lalui sisi atas dan sisi bawah sepanjang diketahui.

(16) Peningkatan permintaan akan jahe ekspor bertambah dari jahe untuk minyak dan bubuk, serta jahe besar untuk sayur yang dikonsumsi langsung semakin meningkat dewasa ini.

Pada kalimat (15) terdapat pemakaian kata yang tidak tepat, yaitu sepanjang diketahui. Adanya pemakaian kata tersebut pembaca merasa sulit memahami makna kalimat (15) itu. Oleh karena itu, kalimat terse- but perlu diubah strukturnya dan diubah pilihan katanya. Untuk je- lasnya perhatikan kalimat (15a) berikut.

(15a) Berdasarkan pengetahuan yang ada bahwa infeksi itu terutama terjadi pada daun-daun yang masih muda melalui sisi atas dan sisi bawah.

Kalimat (15a) lebih mudah dipahami maknanya jika dibandingkan dengan kalimat (15). Hal itu disebabkan oleh pemilihan kata yang lebih tepat, yaitu berdasarkan pengetahuan yang ada untuk menggantikan pilihan kata sepanjang diketahui. Kejelasan makna juga akibat adanya

pengubahan struktur kalimatnya, posisi ketenangan yang di belakang dipindah di bagian awal kalimat.

Kalimat (16) sulit dipahami maknanya oleh pembaca. Kesulitan itu disebabkan oleh adanya struktur atau pola susunan kalimat yang tidak sesuai dengan kaidah. Hal itu disebabkan adanya pengulangan penyampaian gagasan yang sebetulnya tidak perlu terjadi. Sebagai contoh kata peningkatan yang diulang dengan kata semakin mening- kat pada bagian akhir kalimat. Oleh karena itu, kalimat (16) itu perlu ditata kembali susunannya sehingga mudah dipahami maknanya. Untuk jelasnya perhatikan kalimat (16a) berikut.

(16a) Dewasa ini permintaan akan jahe bertambah atau meningkat baik untuk jahe ekspor maupun jahe konsumsi di dalam negeri. Jahe ekspor berupa jahe untuk minyak dan jahe untuk bubur, sedang jahe untuk dalam negeri berupa jehe besar untuk sayur. Ternyata ketidakjelasan makna kalimat (16) itu disebabkan adanya penggabungan dua tajuk dalam satu kalimat. Padahal berdasarkan kaidah bahasa setiap satu kalimat hanya terdapat satu topik saja. De- ngan demikian kalimat (16) itu diubah menjadi dua buah kalimat tunggal seperti pada kalimat (16a) di atas.

c) Ketidakjelasan Makna Kalimat

Pada umumnya, agar kalimat itu mudah dipahami, berpola yang pendek. Pola pendek arti kalimat itu berupa kalimat tunggal atau ka- limat majemuk yang terdiri dari dua unsur saja. Jika suatu gagasan atau pikiran itu dituangkan dengan kalimat yang panjang, semua itu akan berakibat sulit dipahami maknanya. Untuk jelasnya perhatikan kalimat (17) berikut.

(17) Faktor lingkungan abiotik yang terpenting adalah tanah dan iklim meliputi curah hujan, tinggi tempat, radiasi matahari yang ada setiap hari, suhu udara yang selalu berubah-ubah, lingkungan atmostir yang cenderung labil dan lingkungan perakaran. Kalimat (17) tersebut merupakan kalimat yang cukup panjang. Agar kalimat itu lebih efektif dan lebih mudah dipahami harus dipenggal menjadi dua kalimat atau tiga kalimat. Semua itu dilakukan dengan tidak mengubah makna yang ada. Pengubahan itu dapat dilihat pada kalimat-kalimat berikut.

(17a) Faktor lingkungan abiotik yang terpenting adalah tanah dan iklim. Faktor tanah dapat meliputi letak ketinggian tanah dari

permukaan laut dan kesuburan tanah. Adapun faktor iklim meli- puti curah hujan, radiasi matahari, lingkungan atmostir, dan su- hu udara.

Dengan dipecahnya kalimat (17) menjadi tiga kalimat itu, pembaca lebih dengan mudah memahami kalimat (17a).

3. Penutup

3.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang diuraikan pada hasil analisis ternyata pemakaian kalimat bahasa Indonesia yang disusun oleh ma- hasiswa masih banyak kesalahan dan harus dibenahi. Ada beberapa kesalahan yang ditemukan dan menjadi perhatian dalam proses pe- nyusunan kalimat efektif, yaitu: (1) masalah ketidakefektifan dalam menyusun kalimat yang meliputi ketidakhadiran unsur subjek, keti- dakhadiran unsur predikat, ketidakhadiran unsur objek, ketidakha- diran unsur pelengkap, dan (2) masalah kerancuan dalam menyusun kalimat yang meliputi kerancuan dari segi bentuk serta kerancuan dari segi makna.

3.2 Saran

Mengingat nantinya akan menjadi calon ilmuwan yang harus menulis, mahasiswa harus dipersiapkan sejak dini agar dapat menjadi penulis dengan menggunakan bahasa Indonesia secara cermat

Daftar Pustaka

Alwi, Hasan. Et al 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Anderson, Bert L. 1969. Introduction to College. New York: Rinchart and Winston.

Brown, H. Douglas. 2008. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Jakarta: Pearson Education.

Gurning, Busmin. 2005. “AnalisisTeks Ragam Ilmiah dengan Pendekatan Sistem Semeotik”. Dalam kumpulan makalah Bahasa dalam Perspektif Dinamika Global. Medan: Fakultas Sastra USU. Halliday, M.A.K. 1994. An Introducational to Function Grammar. Edisi

ke-2. London: Edward Arnold.

Indihadi, Dian. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung:UPI. Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif Struktur, Gaya, dan Variasi. Jakarta:

Ramlan, M. 2003. Paragraf, Alur Pikiran dan Kepaduannya dalam Bahasa Ind..onesia. Yogyakarta: Andi Offset.

Sudaryanto, 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Gadjah Mada Univ. Press.

Sugono, Dendy. 1997. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: PT Priastu.

Tarigan, Guntur H.1990. Pengajaran Remidi Bahasa. Bandung: Angkasa

———————. 1997. Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta:

Depdikbud.

Widdowson, H.G. 1979. Explorations in Applied Linguistics. Oxford: OUP

Dalam dokumen PROSIDING HASIL PENELITIAN BAHASA DAN SA (Halaman 170-176)