• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Penelitian

Dalam dokumen PROSIDING HASIL PENELITIAN BAHASA DAN SA (Halaman 180-182)

Umar Sidik

5. Metode Penelitian

5.1 Subjek dan Objek Penelitian

Penelitian ini melalui pendekatan ekstrinsik. Abrams (dalam Su- wondo (2003:126) menyatakan bahwa pendekatan itu menekankan telaahnya pada hal-hal, nilai-nilai, atau fungsi-fungsi yang terkait erat dengan faktor pembaca (audience). Cerita anak dipandang sebagai sa- rana (media) untuk menyampaikan sesuatu kepada pembaca atau audiensnya.

Sumber data penelitian ini ialah cerita anak yang terdapat dalam berbagai sumber, seperti buku, kumpulan cerita, dan majalah anak: Ayo, Bobo, Tiko, Fantasi, Mombi, Cerita, Ori, Bocil, Tasya, Nakita, Ayo Dakwah, Rajin Dakwah, Pintar Dakwah, Majalah TK Islam, Anak Sholeh, Bais (Bina Anak Islam), Nabila, Roudhotul Athfal, Bustanaul Athfal, Tunas Taqwa, Sahabat Muslim, Handayani, Neka, dan Moti.

Seluruh objek material yang berupa cerita anak dalam berbagai bentuk dijadikan populasi dalam penelitian ini. Akan tetapi, karena banyaknya cerita anak, demi efesiensi, penelitian awal ini menggu- nakan sampel. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling,yaitu suatu teknik pengambilan sampel disesuaikan dengan tujuan penelitian (Arikunto, 2002:45).

Sebagaimana dapat dilihat pada rumusan masalah, fokus atau objek kajian penelitian ini ialah terkait dengan muatan ideologi dalam cerita. Karenanya, tujuan penelitian ini ialah mendeskripsikan muatan ideologi yang terdapat dalam cerita anak usia dini.

Adapun pengumpulan data atau penentuan data penelitian dila- kukan dengan teknik membaca dan mencatat. Sebagaimana dinya- takan oleh Sudaryanto (2003:29) bahwa teknik seperti itu lazim dilaku- kan untuk mengungkap permasalahan yang terdapat dalam suatu bacaan, dalam hal ini cerita untuk anak usia dini.

Teknik membaca secara cermat, memahami dengan saksama, yang kemudian membuat panandaan pada bagian-bagian tertentu da- ri cerita yang penting, sesuai dengan fokus penelitian. Kemudian, dilanjutkan dengan memaknai teks untuk mendapatkan diskrepsi pe- mahaman atau simpulan atas data.

5.2 Analisis Data

Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengidenti- fikasi, mengkaji, memaknai, dan mendeskripsikan muatan ideologi

yang terdapat dalam cerita anak usia dini. Dengan demikian, pende- katan pragmatik berperan dalam penganalisisan penelitian ini. Oleh karena itu, di dalam pendekatan ini digunakan teori resepsi.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis data ialah de- ngan cara pembacaan mendalam seluruh cerita yang menjadi sampel, pembuatan deskripsi, kemudian pembuatan inferensi, dan pembuatan simpulan.

Pencermatan dan pembacaan mendalam dalam seluruh cerita dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas untuk mem- peroleh pengertian yang konsisten atau pasti. Langkah selanjutnya ialah pembuatan inferensi, yaitu pemahaman, interpretasi, pemak- naan, penyimpulan, dan penyajian pada naskah penelitian.

6. Hasil dan Pembahasan

Dari data yang terkumpul bahwa cerita anak untuk anak usia dini dapat digolongkan ke dalam empat bentuk, yaitu (1) cerita ber- gambar, (2) gambar cerita, (3) komik, dan (4) narasi. Cerita dalam bentuk narasi merupakan bentuk yang paling sedikit jumlahnya jika dibandingkan dengan bentuk yang lain. Hal itu dapat dipahami kare- na peserta didik pada PAUD belum dapat membaca dengan baik. Mereka lebih tertarik dan suka “membaca” gambar. Oleh karena itu, sangat wajar bila cerita anak yang ada didominasi dengan cerita ber- gambar, gambar cerita, dan komik. Contoh keempat bentuk cerita ada- lah sebagai berikut.

Dilihat dari segi jenis ceritanya, cerita untuk anak usia dini cukup beragam. Sebagian merupakan cerita fantasi, cerita realis, cerita sejarah dan kisah, dan sebagian yang lain merupakan cerita ilmu pengetahu- an. Cerita yang dikategorikan sebagai kisah kebanyakan isinya ber- kisah tentang nabi dan atau para sahabat nabi.

6.1 Ideologi Cerita Anak

Ideologi yang terdapat di dalam cerita untk anak usia dini cukup bervariasi. Meskipun belum tuntas, uraian berikut ini kiranya dapat sedikit menggambarkan variasi muatan ideologi yang terdapat di dalam cerita untuk anak usia dini.

6.1.1Kaum Laki-Laki sebagai Superordinat Kaum Perempuan Secara umum, cerita untuk anak usia dini unsur ideolgisnya tidak terlalu menonjol. Cerita-cerita yang ada, seperti yang terdapat dalam majalah-majalah TK, memang sebagai media pendidikan anak, tetapi tidak selalu bersifat ideologis. Namun demikian, tidak berarti bahwa

cerita-cerita yang ada lepas dari pengasuhan ideologi. Sebagai contoh, cerita singkat berikut ini bermuatan ideologi.

MUSIM KEMARAU

Alhamdulillah ibu selalu mengingatkan aku agar selalu membawa payung jika bepergian. Sekarang musim kemarau banyak anak sakit batuk. Ayah pergi ke kantor selalu memakai topi. Masya Allah kakak kepanasan pulang dari sekolah. kakak mandi dan ganti pakaian langsung tidur. Esuk harinya kakak sakit. Ibu membawa kakak ke dokter. Kemudian membeli obat di apotik. Di rumah kakak minum obat dan tidur. Alhamdulillah pagi itu kakak sudah sehat lagi. (Bustanul Athfal, Vol. 9/April 2008, hlm 17). Sekilas, cerita itu biasa-biasa saja, tetapi jika dicermati dengan seksama terdapat sesuatu yang bersifat ideologis, yaitu seorang anak harus menurut apa kata (yang dimaui) orang tuanya. Jika tidak menu- ruti maka akan terkena akibat, seperti pada cerita itu, yaitu sakit.

Kenyataan yang ada zaman sekarang, sulit ditemukan seorang anak membawa payung “hanya” karena adanya terik matahari. Anak tentu akan merasa tidak nyaman jika memakai payung yang tidak sesuai dengan kelaziman. Masih memungkinkan jika membawa pa- yung dilakukan pada musim penghujan.

Dalam cerita itu juga menyiratkan pengasuhan ideologi bahwa urusan domistik dalam sebuah rumah tangga menjadi tanggung jawab ibu. Cerita itu bermuatan bias gender karena sesungguhnya seorang ayah mempunyai kewajiban yang sama dalam urusan domestik dan mengasuh anak secara langsung sebagaimana yang kebanyakan dila- kukan oleh kaum ibu. Misalnya, kalimat Ibu selalu mengingatkan aku agar selalu membawa payung dan Ibu membawa kakak ke dokter. Kalimat itu menunjukkan bahwa dalam hal mengurus anak di rumah menjadi tanggung jawab ibu. Laki-laki (suami) sebagai superordinat, sedang- kan ibu (istri) menjadi subordinatnya. Cerita yang memuat terminologi seperti itu dapat membahayakan perkembangan anak. Ideologi seperti itu banyak ditemukan dalam cerita anak sebagai media pendidikan, seperti cerita berikut ini.

Dalam dokumen PROSIDING HASIL PENELITIAN BAHASA DAN SA (Halaman 180-182)