• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Kerangka Teori dan Konsep 1 Kerangka Teor

2. Kerangka Konsep

Demi memudahkan pemahaman dan menghindari kesalahan penafsiran yang berbeda antara satu konsep dengan konsep lainnya maka digunakanlah kerangka konsep. Kerangka konsep berisikan tentang konsep-konsep operasional dari penelitian bukan konsep-konsep dari Undang-Undang. Namun, penggunaan Undang- Undang dimungkinkan apabila konsep sudah ada di dalamnya.53

53 Perumusan konsep diserahkan kepada kebutuhan penelitian, yang dapat diperoleh dari semua sumber hukum yang dimiliki. Perumusan konsep dibutuhkan untuk memperoleh pemahaman inti dan dasar pijakan pada istilah yang akan dipergunakan dalam penelitian. Oleh karena itu, penelitian ini adalah penelitian hukum jadi konsep operasional berasal dari Undang-Undang. Sumber : Dian Puji N. Simatupang, “Penyusunan Proposal Penelitian”, Bahan Perkuliahan Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Depok : Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 27 Februari 2008), hal. 16. Lihat juga : Topo Santoso, “Penelitian Proposal Penelitian Hukum Normatif”, Pelatihan Penelitian Hukum, (Depok : Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 25 April 2005), hal. 23. Mengatakan bahwa : “Kerangka konsepsional pada hakekatnya merupakan suatu pengarah, atau pedoman yang lebih konkret daripada kerangka teoritis yang sering kali bersifat abstrak kadangkala diperlukan definisi operasional. Dalam penelitian hukum, kerangka konsepsional dapat diambil dari peraturan perundang- undangan”.

Jadi, tidak menutup kemungkinan dalam hal penggunaan Undang-Undang untuk memberikan definisi mengenai konsep yang dikemukakan. Dikarenakan penelitian hukum adalah penelitian normatif yang bersifat kualitatif maka tidak menutup kemungkinan dalam hal penggunaan semua Undang-Undang dan regulasi yang bersangkutan dengan

judul dan permasalahan (isu hukum) yang sedang diteliti.54

1. Penerapan Undang-Undang adalah proses atau cara untuk mempraktikkan hukum.

Dalam menentukan konsep harus berurutan sesuai dengan judul dan rumusan masalah. Adapun konsep dimaksud dalam penelitian ini, antara lain :

55

2. Perseroan Terbatas/Perusahaan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang;

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan penerapan Undang- Undang adalah penerapan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas khususnya Pasal 74;

56

3. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) adalah kewajiban perusahaan/perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya;57

4. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang

54

Alvi Syahrin, “Pendekatan Dalam Penelitian Hukum”, Bahan Perkuliahan Metode Penelitian Hukum, (Medan : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2009), hal. 3.

55

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1986).

56

Pasal 1 angka 1., Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756.

57

Alinea ke-10 Bagian Umum Penjelasan, Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbagnan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan.58

5. Putusan Mahkamah Konstitusi adalah putusan pengadilan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dalam perkara No. 53/PUU-VI/2008;

Dalam penelitian ini konsep CSR dipersamakan dengan konsep TJSL;

6. Kewajiban Hukum adalah suatu kewajiban yang diberikan dari luar diri manusia (norma heteronom). Kewajiban hukum dan kewajiban moral dapat berpadu, dalam istilah Hegel, “Sittlicheit”.59 Dalam tataran ini kewajiban- kewajiban hukum telah diterima sebagai kewajiban-kewajiban moral. Dalam pembahasan etika, Immanuel Kant menguraikan etika “imperatif kategoris” dimana tunduk kepada hukum merupakan suatu sikap yang tanpa pamrih, dan tidak perlu alasan apapun untuk tunduk kepada hukum. Untuk perbandingan adapula yang dinamakan imperatif hipotetis, dimana kewajiban dilaksanakan karena suatu alasan tertentu atau mengharapkan reward

tertentu.60 Kaitannya dengan penelitian ini adalah bahwa TJSL/CSR dilakukan berdasarkan kewajiban hukum;61

58 Philip Kotler dan Nancy Lee,

Corporate Social Responsibility : Doing the Most Good for

Your Company and Your Cause, (Canada : John Wiley & Sons, Inc., 2005), hal. 3. Mendefinisikan

bahwa : “Corporate Social Responsibility is a commitment to improve community well-being through

discretionary business practices and contribution of corporate resources.

59 Bryan Magee,

The Story of Philosophy, diterjemahkan Marcus Widodo, (Yogyakarta :

Kanisius, 2008), hal. 158-160. 60

Immanuel Kant dalam Franz Magnis Suseno, Pijar-Pijar Filsafat, (Yogyakarta : Kanisius, 2005), hal. 267-268.

61 Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan pada Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mewajibkan pelaksanaan TJSL/CSR kepada perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam. Sedangkan bagi perusahaan yang tidak menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan

7. Dunia Usaha adalah suatu lingkup kegiatan dengan menggunakan modal tertentu untuk memperoleh laba. Seperti : industri, perdagangan, dan pengangkutan;62

8. Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan usaha dalam berbagai bidang ekonomi;

63

9. Pengaturan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan/CSR adalah diatur dalam Pasal 74 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;

10. Pertimbangan Hukum adalah bagian dari putusan pengadilan Indonesia yang mempertimbangkan dasar hukum yang dipakai dalam memutuskan suatu perkara. Pertimbangan hukum dalam penelitian ini adalah pertimbangan hakim pada putusan Mahkamah Konstitusi No. 53/PUU-VI/2008.

sumber daya alam, maka TJSL/CSR dapat dilaksanakan sebagai komplimen, karena memang tujuannya adalah untuk kepentingan, kemaslahatan, dan kesinambungan perusahaan itu sendiri. Sumber : Gunawan Widjaja, Op.cit., hal. 96.

62 Ralona M.,

Kamus Istilah Ekonomi Populer, (Jakarta : Gorga Media, 2006), hal. 57.

63

Pasal 1 angka 3., Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821.