• Tidak ada hasil yang ditemukan

I.6.3 Teori Interaksi Simbolik

1.8. Kerangka Konsep

termasuk objek fisik dan sosial berdasarkan makna yang dikandung komponen-komponen lingkungan tersebut bagi mereka. Kedua makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat pada objek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa. Ketiga makna diinterpretasikan individu dapat berubah dari waktu kewaktu, sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial.

1.8. Kerangka Konsep

Sebagai makhluk sosial dan juga makhluk komunikasi, manusia dalam menjalin suatu hubungan sosial dapat melalui berbagai bentuk interaksi sosial, salah satu interaksi tersebut adalah interaksi dengan menggunakan simbol sebagai media pengantar pesan, pelengkap pesan, aksentuasi pesan verbal, dan sebagai subtitusi pesan verbal tersebut. Manusia memiliki keterampilan berkomunikasi yang lebih canggih dibanding dengan makhluk lainnya, yaitu penggunaan simbol-simbol dalam menyampaikan maksud dan tujuan terhadap manusia lainnya, yang disertai dengan pemahaman makna simbolisasi tersebut. Inilah yang disebut dengan interaksi simbolik. Interaksi melalui simbol-simbol ini, dalam ilmu komunikasi dikaji sebagai komunikasi simbolik. Komunikasi simbolik ini merupakan landasan dari perilaku nonverbal yang diterapkan dalam aktifitas adat-istiadat masyarakat tertentu. Salah satunya adalah dalam masyarakat adat Batak Toba, yang menggunakan komunikasi simbolik dalam pelaksanaan upacara perkawinan.

Bentuk komunikasi simbolik berupa benda-benda adat yang digunakan dalam upacara perkawinan masyarakat Batak Toba dapat berupa dekke (ikan mas), mandar hela (sarung pengantin laki-laki), ulos hela (ulos pengantin laki-laki), dan

16

boras (beras) (Sianipar,1991:222-241). Benda tersebut disampaikan terutama kepada kedua pengantin. Namun beberapa hal seperti seperti pengalaman, proses belajar, perhatian, dan pengetahuan dapat mempengaruhi tanggapan atau persepsi masyarakat Batak Toba terhadap bentuk komunikasi simbolik tersebut.

Adapun konsep-konsep yang akan diteliti adalah:

a. Persepsi pasangan suami istri terhadap simbol Ihan atau Dekke(ikan mas) Ihan atau Dekke (ikan mas) adalah simbol yang diberikan oleh orang tua pengantin perempuan atau pihak hula-hula (pemberi gadis). Ihan atau Dekke (ikan mas) merupakan simbol kesuburan/keturunan yang banyak, simbol restu dari orang tua pengantin perempuan, mata pencaharian yang baik serta simbol kasih sayang dari orang tua pengantin perempuan.

b. Persepsi pasangan suami istri terhadap simbol Mandar Hela(sarung pengantin laki-laki)

Mandar Hela (sarung pengantin laki-laki) adalah simbol yang diberikan oleh orang tua pengantin perempuan atau pihak hula-hula (pemberi gadis). Sesuai dengan namanya mandar hela atau sarung ini diberikan kepada hela (menantu atau pengantin laki-laki), pemberian sarung ini mengandung pesan supaya pengantin laki-laki tersebut rajin mengikuti acara-acara adat.

c. Persepsi pasangan suami istri terhadap simbol Ulos

Ulos Hela (ulos pengantin) adalah simbol yang diberikan oleh orang tua pengantin perempuan atau pihak hula-hula (pemberi gadis). Ulos yang diberikan kepada pengantin disebut ulos hela dan jenis ulos yang lazim diberikan berupa ulos ragi hotang. Dilihat dari bentuk ulos ini yang terdiri dari ragi

17

pangolat (pembatas) melambangkan keperkasaan pengantin laki-laki, artinya supaya menjadi pemimpin yang bijaksana dan dapat melindungi keluarga, ragi keturunan (keturunan) melambangkan supaya pengantin mempunyai keturunan yang banyak sehingga regenerasi marga tetap terjaga.

d. Persepsi pasangan suami istri terhadap simbol Boras(beras)

Boras (beras) merupakan simbol sumber kehidupan, supaya pengantin mempunyai mata pencaharian yang baik. Simbol kekuatan, supaya pengantin selalu sehat dan jiwanya selalu kuat dalam menghadapi hidup sehari-hari. Sebagai simbol kasih sayang dari keluarga dekat pengantin perempuan kepada pengantin. 1.9. Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman (1986) menyatakan bahwa analisis data kualitatif tentang mempergunakan kata-kata selalu disusun dalam sebuah teks yang diperluas dan dideskriptifkan. Pada saat memberikan makna pada data yang dikumpulkan, maka penulis menganalisis dan menginterpretasikan. Karena penelitian yang bersifat kualitatif maka dilakukan analisis data pertama hingga penelitian terakhir secara simultan dan terus menerus. Selanjutnya interpretasi atau penafsiran dilakukan dengan mengacu kepada rujukan teoritis yang berhubungan atau berkaitan dengan permasalahan penelitian dalam Endah Rundika (2011: 15).

Proses analisis data diawali dengan mengevaluasi data-data yang diperoleh, baik dari hasil wawancara mendalam, observasi, maupun tinjauan pustaka guna memastikan keakuratan data. Setelah itu data direduksi (edit),

18

ditafsirkan, dan diorganisasikan. Untuk kemudian dipaparkan sebagai hasil penelitian dan membuat kesimpulan.

Proses Analisis Data Kualitatif Fakta Empiris

Sumber: Kriyantono (Bungin, 2008:195)

Model Analisis Semiotik Ferdinand Saussure

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data semiotik Ferdinand Saussure di mana analisis semiotik Saussure berupaya menemukan makna tanda/simbol termasuk hal-hal yang tersembunyi di balik sebuah tanda/simbol tersebut (Rachmat, 2009:264). Pemikiran pengguna tanda/simbol merupakan hasil pengaruh dari berbagai konstruksi sosial di mana pengguna tanda/simbol tersebut.

Dari model analisis semiotik Ferdianand, peneliti memilih semiotik kultural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang berlaku dalam

Berbagai Data di Lapangan Analisis/klasifika si/kategorisasi ciri-ciri umum Pemaknaan/Interp retasi Ciri-ciri umum Kesahihan Data: -Kompetensi subjek -Authenticity -Intersubjectivity BERTEORI & KONTEKSTUAL

19

kebudayaan masyarakat tertentu. Telah diketahui bahwa masyarakat sebagai makhluk sosial memiliki sistem budaya tertentu yang telah turun temurun dipertahankan dan dihormati.

Model analisis semiotik dari Saussure dapat digambarkan sebagai berikut: SIGN

Composed of

Signifier Signification

Signified Referent

(Eksternal Reality) Sumber: Kriyantono (Bungin,2009:268)

Menurut Saussure, tanda terdiri dari:

1. Bunyi-bunyi dan gambar (Sounds and images), disebut ”Signifier”

Pada penelitian ini tanda atau gambar itu adalah ihan atau dekke(ikan mas), mandar hela (sarung pengantin laki-laki), ulos, dan boras(beras).

2. Konsep-konsep dari bunyi-bunyi dan gambar (The concepts these sounds and images), disebut ”Signified” berasal dari kesepakatan. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan konsep-konsep dari bunyi atau gambar adalah konsep atau makna dari gambar ihan atau dekke(ikan mas), mandar hela (sarung pengantin laki-laki), ulos, dan boras (beras) yang telah disepakati secara turun-temurun dalam perkawinan masyarakat adat Batak Toba.

20

Dalam penafsiran tentang makna dari setiap benda adat tersebut tentulah berbeda-beda dari setiap orang yang berkaitan langsung dengan benda tersebut. Seperti halnya pasangan suami istri masyarakat Batak Toba yang melakukan perkawinan adat Batak Toba akan menerima keempat benda adat tersebut. Mereka akan memberikan persepsi yang berbeda-beda tentang keempat benda adat tersebut sesuai dengan defenisi persepsi sebagai proses menerima, menyeleksi, mengartikan, dan memberikan reaksi kepada benda adat tersebut sebagai rangsangan panca indra atau mata.

Tanda atau sign adalah sesuatu yang berbentuk fisik (Any sounds image) yang dapat dilihat dan didengar yang biasanya merujuk kepada sebuah objek atau aspek dari realitas yang ingin disampaikan. Objek tersebut dikenal dengan ”referent”. Dalam berkomunikasi, seseorang menggunakan tanda untuk mengirim makna tentang objek dan orang lain akan menginterpretasikan tanda tersebut. Syaratnya komunikator dan komunikan harus mempunyai bahasa atu pengetahuan yang sama terhadap sistem tanda. Dalam suatu proses komunikasi memerlukan sedikitnya dua unsur komunikasi yang menjadi pelaku utama dalam kelancaran proses komunikasi tersebut. Adapun unsur tersebut adalah komunikator dengan komunikan. Hubungannya dengan penelitian ini adalah proses komunikasi simbolik yang terjadi dalam upacara perkawinan adat Batak Toba yang disampaikan melalui tanda atau simbol yakni: ihan atau dekke (ikan mas), mandar hela (Sarung pengantin laki-laki), ulos, dan boras (beras) yang melibatkan unsur komunikator dengan komunikan. Siapa yang menyampaikan dan kepada siapa ditujukan makna dari komunikasi simbolik tersebut.

21

Pelaku komunikasi simbolik yang menjadi komunikator utama dalam upacara perkawinan adat Batak Toba adalah pihak pihak pengantin perempuan beserta unsur Dalihan Na Tolu dari pihak perempuan, dan yang menjadi komunikan utama adalah kedua pengantin. Adapun pesan-pesan simbolik yang melalui benda adat yang dikomunikasikan kepada kedua pengantin adalah sebagai berikut:

1. Ihan atau Dekke (Ikan Mas)

Ihan atau Dekke (ikan mas) adalah simbol yang diberikan oleh orang tua pengantin perempuan atau pihak hula-hula (pemberi gadis). Ihan atau Dekke (ikan mas) merupakan simbol kesuburan/keturunan yang banyak, simbol restu dari orang tua pengantin perempuan, mata pencaharian yang baik serta simbol kasih sayang dari orang tua pengantin perempuan

2. Mandar Hela (Sarung pengantin laki-laki)

Mandar Hela (sarung pengantin laki-laki) adalah simbol yang diberikan oleh orang tua pengantin perempuan atau pihak hula-hula (pemberi gadis). Sesuai dengan namanya mandar hela atau sarung ini diberikan kepada hela (menantu atau pengantin laki-laki), pemberian sarung ini mengandung pesan supaya pengantin laki-laki tersebut rajin mengikuti acara-acara adat.

3. Ulos

Ulos Hela (ulos pengantin) adalah simbol yang diberikan oleh orang tua pengantin perempuan atau pihak hula-hula (pemberi gadis). Ulos yang diberikan kepada pengantin disebut ulos hela dan jenis ulos yang lazim diberikan berupa ulos ragi hotang. Dilihat dari bentuk ulos ini yang terdiri dari ragi pangolat (pembatas)

22

melambangkan keperkasaan pengantin laki-laki, artinya supaya menjadi pemimpin yang bijaksana dan dapat melindungi keluarga, ragi keturunan (keturunan) melambangkan supaya pengantin mempunyai keturunan yang banyak sehingga regenerasi marga tetap terjaga.

4. Boras (Beras)

Boras (beras) merupakan simbol sumber kehidupan, supaya pengantin mempunyai mata pencaharian yang baik. Simbol kekuatan, supaya pengantin selalu sehat dan jiwanya selalu kuat dalam menghadapi hidup sehari-hari. Sebagai simbol kasih sayang dari keluarga dekat pengantin perempuan kepada pengantin.

Keempat tanda/simbol tersebut bisa dilihat dengan mata dan dikomunikasikan kepada kedua pengantin oleh pihak pengantin perempuan (pemberi gadis), dan pengantin akan menginterpretasikan tanda/simbol tesebut.