• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jawab : Kami dahulu setelah menikah tinggal di sei rampah tapi pada tahun 1998 kami pindah ke Kelurahan Medan Tenggara.

Tanya : Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang upacara perkawinan Batak Toba? Jawab : Menurut kami upacara perkawinan Batak Toba merupakan salah satu syarat untuk membentuk rumah tangga baru dan sebagai syarat untuk bias mengikuti adat lain yang ada dalam masyarakat Batak Toba. Karena hanya yang sudah berumah tangga dan sah secara adat yang bisa menikuti adat.

Tanya : Bagaimana tahapan-tahapan dalam proses upacara perkawinan masyarakat Batak Toba?

Jawab : Tahapan-tahapan dalam upacara perkawinan masyarakat Batak Toba ada tiga tahap, yaitu upacara sebelum perkawinan, upacara pelaksanaan perkawinan, dan upacara sesudah perkawinan.

a. Upacara sebelum perkawinan

Adapun tahapan dalam upacara sebelum perkawinan yang lazim dilakukan masyarakat Batak Toba adalah sebagai berikut:

1. Marhusip (Perundingan diam-diam), yaitu masing-masing utusan dari kedua belah pihak, yakni pihak parboru (pihak calon pengantin perempuan) dan pihak paranak (pihak calon pengantin laki-laki) bertemu untuk merundingkan ancar-ancar mas kawin yang akan diberikan pihak laki-laki kepada pihak perempuan, dan sebaliknya berupa ulos yang akan diberikan kepada pihak laki-laki.

2. Marhata Sinamot (merundingkan mas kawin), yaitu upacara untuk menindaklanjuti hasil dari marhusop. Hal-hal yang dibicarakan dalam upacara ini yaitu untuk menentukan tempat pesta dilaksanakan, kepastian jumlah mas kawin, pembayaran bohini sinamot (panjar mas kawin), jenis hewan panjuhuti( lauk pesta), jumlah ulos yang akan diserahkan pihak perempuan kepada pihak laki-laki, waktu dan tanggal pesta dilaksanakan.

b. Upacara Pelaksanaan perkawinan

Tahapan-tahapan dalam upacara pelaksanaan perkawinan, yaitu:

1. Mambahen sibuha-buhai (makanan pendahuluan), upacara ini merupakan upacara pendahuluan dalam pelaksanaan perkawinan masyarakat Batak Toba, pihak laki-laki membawa makanan

112

pendahuluan (sibuha-buhai/tudu-tudu ni sipanganon) ke tempat pihak perempuan atau lokasi upacara adat dilaksanakan.

2. Masilehonan bunga (saling member bunga), merupakan upacara pemberian bunga oleh pengantinlaki-laki kepada pengantin perempuan,dan sebaliknyapengantin perempuan kepada pengantin laki-laki.

3. Pamasu-masuon (upacara keagamaan), tahapan ini disesuaikan dengan agama masing-masing pihak, karena saya dan suami menganut agama Kristen, maka pada upacara keagamaan kami diberkati di Gereja.

4. Mangan di alaman (makan bersama), yaitu upacara makan bersama oleh pihak laki-laki dengan pihak perempuan beserta keluarga masing-masing pihak.

5. Pasahathon dekke (menyampaikan ikan mas oleh pihak perempuan kepada kedua pengantin).

6. Manjalo Tumpak (menerima sumbangan), yaitu tahapan untuk menerima sumbangan dari undangan laki-laki.

7. Mambagi Parjambaran (pembagian berkat berupa daging), yaitu pembagian jambar (berkat) berupa daging antara pihak laki-laki dengan pihak perempuan sesuai dengan hasil musyawarah kedua belah pihak.

8. Masisesaan di alaman (membicarakan mas kawin yang tinggal), yaitu membicarakan mas kawin yang tinggal untuk dibagi-bagikan kepada kerabat pihak perempuan.

9. Mangalehon ulos (memberikan ulos), yaitu upacara memberikan ulos oleh pihak perempuan kepada kedua pengantin dan kepada keluarga terdekat pihak laki-laki yang berhak menerima ulos tersebut. Jenis ulos yang diberikan kepada kedua pengantin yaitu ulos ragi hotang yang disebut dengan ulos hela. Sebelum memberikan ulos terlebih dahulu pihak perempuan menyampaikan mandar hela (sarung pengantin laki-laki).

10.Mangolophon raja huta (Menyambut raja) dan acara penutup yaitu upacara penyambutan raja huta (tokoh masyarakat) yang mempunyai kepentingan tertentu, setelah itu baru upacara ditutup dengan mengucapkan horas tiga kali, maka selesailah upacara pelaksanaan adat perkawinan.

c. Upacara sesudah perkawinan

Menurut kami upacara yang lazim diadakan masyarakat Batak Toba sesudah upacara perkawinan ada dua tahap yang harus dilaksanakan oleh kedua belah pihak, pertama yaitu upacara paulak une (berkunjung) dilakukan beberapa hari setelah upacara pelaksanaan adat perkawinan selesai, namun belakangan ini paulak une (berkunjung) disatukan dengan upacara pelaksanaan perkawinan, hal ini disebabkan oleh faktor

113

kesibukan masing-masing pihak sehingga harus dipersingkat. Kedua upacara maningkir tangga ni boru (mengunjungi rumah pengantin baru), kunjungan ini dilakukan oleh pihak perempuan untuk mengunjungi atau melihat keadaan putri dan menantunya.

Tanya : Simbol-simbol apa saja yang ditujukan kepada kedua pengantin diwaktu upacara perkawinan dilaksanakan?

Jawab : Simbol-simbol yang diberikan kepada pengantin dalam upacara perkawinan adat Batak Toba ada empat yaitu dekke (ikan mas), mandar hela (sarung pengantin laki-laki), ulos hela (ulos pengantin laki-laki), dan boras (beras).

Tanya : Apakah makna dari keempat benda tersebut?

Jawab : Dekke (ikan mas) merupakan sajian ikan mas yang sudah dimasak dan dibrikan khusus kepada kedua pengantin sebagai simbol restu, simbol mata pencaharian yang baik, simbol kesuburan, dan simbol kasih sayang dari orang tua pengantin perempuan. Mandar hela (sarung pengantin laki-laki) dengan tujuan supaya pengantin laki-laki rajin mengikuti upacara-upacara adat dan memakai sarung tersebut. Ulos, yang biasanya diberikan kepada pengantin laki-laki disebut ulos hela (ulos pengantin laki-laki-laki-laki) dan jenisnya adalah ulos ragi hotang. Ulos ini merupakan simbol keperkasaan pengantin laki-laki dan sebagai simbol keturunan yang banyak supaya regenerasi marga tetap terjaga. Sedangkan boras (beras) merupakan simbol kekuatan, kelak kedua pengantin kuat menghadapi kehidupan.

Tanya : Mengapa harus ikan mas yang diberikan? Mengapa tidak ikan yang lain saja?

Jawab : Sebenarnya itu hanya mengikuti tradisi turun temurun dari orang tua terdahulu juga karena ikan ma situ cantik dan bersinar, masyarakat Batak suka dengan yang indah.

Tanya : Sewaktu penyampaian dekke (ikan mas), apakah ada aturan khususnya? Jawab : Ada, dekke (ikan mas) disampaikan dengan meletakkan ikan mas tersebut dalam jumlah ganjil di sebuah pering besar tetapi itu hanya mengikuti tradisi saja, kami tidak paham maksudnya di buat seperti itu.

Tanya : Untuk mandar hela (sarung pengantin laki-laki), apakah ada secara khusus untuk pemilihan corak kain dari sarungnya?

Jawab : Benar, mandar hela biasanya dipilih yang kotak-kotak tetapi itu tidak mempunyai makna yang spesial. Untuk jenis kain biasanya disesuaikan dengan sinamot (besar mas kawin).

Tanya : Bagaimana cara penyampaian mandar hela (sarung pengantin laki-laki)? Jawab : Mandar hela diberikan lebih dahulu dari ulos.

Tanya : Untuk ulos, apakah ada pilihan khusus untuk ulos?

Jawab : Biasanya ulos yang diberikan kepada pengantin adalah ulos ragi hotang dan sampai sekarang masih diteruskan secara turun temurun.

Tanya : Menurut Bapak/Ibu bagaimanakah cara penyampaian boras (beras)? Jawab : Boras (beras) disampaikan kepada pengantin dengan menarunya di atas kepala kedua pengantindan tidak ada pihan special untuk beras yang penting beras yang diletakkan di atas kepala kedua pengantin harus yang sudah bersih.

114

Transkrip Wawancara

Nama Informan : Bapak C. Simanjuntak dan Ibu H. Br Sitanggang

Tempat/tanggal lahir : Bulu Marjoman, 23 Mei 1976/Sigumbang, 2 Februari 1961

Agama : Kristen Protestan

Pekerjaan : Proyek Umum/Wiraswasta Waktu : 23 April 2011

Tempat : Rumah kediaman Bapak C.Lubis/Ibu H br Sitanggang di Kelurahan Medan Tenggara

__________________________________________________________________