• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data di Lapangan

4.7 Pembahasan Hasil Penelitian

Dalam bagian ini pembahasan diarahkan pada persepsi masing-masing informan terhadap bentuk komunikasi simbolik. Persepsi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses mengetahui dan memahami serta memberikan tanggapan terhadap suatu objek dan peristiwa yang berasal dari pengalaman dengan bantuan alat indera.

100

Dari hasil penelitian diketahui adanya perbedaan persepsi masing-masing informan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti faktor penguasaan bahasa Batak Toba, pengalaman informan mengenai upacara adat, dan sikap informan terhadap bentuk komunikasi simbolik.

Informan pertama paham makna simbol dekke (ikan mas) dan memberikan tanggapan mengenai makna yang melekat pada simbol ikan mas ini yakni sebelum membangun rumah tangga baru kedua pengantin harus mendapat restu dari orang tua khususnya orang tua pengantin perempuan, merupakan doa yang baik dari orang tua, kelak pengantin mempunyai keturunan yang banyak sehingga marga atau silsilah dalam keluarga besar pengantin tidak hilang, merupakan doa atau harapan yang baik dari orang tua khususnya orang tua pengantin perempuan (komunikator), sebuah hubungan suami-istri harus dilandasi oleh kasih sayang terutama kasih sayang dari orang tua pengantin. Mengenai simbol mandar hela (sarung menantu laki-laki) informan paham dan beranggapan bahwa setelah melaksanakan upacara perkawinan, pengantin terkhusus pengantin laki-laki harus aktif atau rajin mengikuti kegiatan adat dalam keluarga besar kedua pengantin sekaligus bersosialisasi dengan keluarga besar kedua belah pihak. Mengenai simbol ulos hela (ulos menantu laki-laki) informan paham dan memberikan tanggapan bahwa pengantin laki-laki sebagai calon kepala rumah tangga harus kuat secara fisik dan psikologis supaya bisa melindungi keluarganya. Mengenai simbol boras (beras) informan ini kurang paham karena hanya mengetahui satu makna dan memberikan tanggapan bahwa apa pun cobaan atau hambatan yang menghampiri kehidupan rumah tangga pengantin kelak harus kuat secara psikologis mengahadapinya.

101

Informan kedua tidak paham sama sekali semua makna simbol yang diberikan kepada pengantin seperti simbol dekke (ikan mas), mandar hela (sarung menantu laki-laki), ulos hela (ulos menantu laki-laki), dan simbol boras (beras). Meskipun informan tidak memahami apa saja makna dari keempat simbol tersebut namun dari pengalamannya informan ini memberikan tanggapan bahwa bahwa pemberian dekke (ikan mas) pada umumnya hanya kebiasaan adat saja dan tidak ada yang istimewa dari makna ikan tersebut, terkadang ada orang tua pengantin perempuan sengaja memberikan jenis mandar hela (sarung menantu laki-laki) yang paling mahal sementara keadaan ekonomi tidak memungkinkan untuk membeli yang mahal ataupun tuhor (mahar) tidak mencukupi untuk membeli jenis sarung yang paling mahal karena banyaknya kebutuhan adat yang harus dipenuhi, terkadang hanya menunjukkan kemampuan materi si pemberi serta tidak ada yang istimewa dari keempat simbol tersebut.

Informan ketiga kurang paham makna simbol dekke (ikan mas), informan hanya mengetahui satu makna saja yaitu sebagai simbol kesuburan dan memberikan tanggapan bahwa makna tersebut merupakan doa yang baik dari oang tua supaya kelak pengantin mempunyai keturunan yang banyak sehingga regenerasi marga tetap terjaga. Mengenai simbol mandar hela (sarung menantu laki-laki) informan paham dan memberikan tanggapan bahwa pengantin laki-laki kelak harus rajin mengikuti kegiatan adat yang ada dalam keluarga besar masing-masing pihak. Mengenai makna simbol ulos hela (ulos menantu laki-laki) informan kurang paham karena informan hanya mengetahui satu makna namun informan beranggapan bahwa pemberian simbol ini merupakan doa dan nasehat yang baik dari orang tua. Informan ini paham makna simbol boras (beras) dan

102

beranggapan makna tersebut merupakan doa yang baik dari orang tua supaya kelak pengantin mempunyai mata pencaharian yang baik.

Informan keempat kurang paham makna simbol dekke (ikan mas), informan hanya mengetahui satu makna saja yakni sebagai simbol restu orang tua. Informan ini beranggapan bahwa sebelum membangun hubungan rumah tangga tentunya harus mendapat restu dari orang tua supaya kelak rumah tanggannya menjadi rumah tangga yang berbahagia dan mempunyai hubungan yang harmonis dengan orang tua. Mengenai simbol mandar hela (sarung menantu laki-laki) informan ini paham dan berpendapat bahwa pengantin kelak harus rajin mengikuti kegiatan adat dalam keluarga besar mereka.

Mengenai simbol ulos hela (ulos menantu laki-laki) informan ini tidak paham makna simbol tersebut. Mengenai simbol boras (beras) informan kurang paham karena informan hanya mengetahui satu makna dan berpendapat bahwa makna tersebut merupakan doa dan harapan yang baik dari orang tua pengantin perempuan kepada kedua pengantin supaya kelak selalu kuat menghadapi kehidupannya.

Informan kelima tidak memahami sama sekali makna dari semua simbol yang diberikan kepada pengantin baik makna simbol dekke (ikan mas), mandar hela (sarung menantu laki-laki), ulos hela (ulos menantu laki-laki), maupun simbol boras (beras). Informan hanya memberikan tanggapan bahwa orang tua akan selalu memberikan yang terbaik kepada anaknya. Informan keenam juga tidak memahami sama sekali makna semua simbol yang diberikan kepada pengantin.

103

Faktor penguasaan atau pengetahuan informan terhadap bahasa Batak Toba berpengaruh pada pemahaman informan terhadap bentuk komunikasi simbolik yang diberikan kepada pengantin dalam upacara adat perkawinan Batak Toba. Bentuk komunikasi simbolik tersebut diberikan dengan menggunakan bahasa Batak Toba maka untuk memahaminya harus menguasai bahasa Batak Toba. Penguasaan yang baik oleh informan pertama, ketiga, dan keempat terhadap bahasa Batak Toba membantu informan untuk memahami makna bentuk komunikasi simbolik tersebut. Sebaliknya informan kedua, kelima, dan keenam tidak menguasai bahasa Batak Toba menyebabkan informan ini tidak memahami semua makna yang melekat pada bentuk komunikasi simbolik.

Faktor pengalaman juga berpengaruh pada pemahaman informan. Faktor pengalaman informan pertama, ketiga, dan keempat selama mengikuti upacara adat perkawinan yang ada di daerahnya berpengaruh terhadap pemahaman informan ini terhadap bentuk komunikasi simbolik. Ketika mengikuti upacara adat informan ini memperhatikan jalannya upacara tersebut sehingga bentuk komunikasi simbolik itu pun dapat dipahami oleh informan ini. Sementara informan kedua, kelima, dan keenam ketika mengikuti upacara adat tidak memperhatikan atau kurang terlibat pada proses upacara adat tersebut sehingga informan ini pun tidak memahami komunikasi simbolik yang ada dalam upacara itu. Kurangnya perhatian informan ini juga berhubungan dengan ketidakmampuan informan berkomunikasi dalam bahasa Batak Toba.

Dari penjelasan mengenai faktor pengalaman tersebut dapat diketahui jika informan terlibat penuh dalam suatu upacara perkawinan dengan cara memperhatikan semua prosesi dalam upacara perkawinan tersebut serta

104

menguasai bahasa Batak Toba maka akan membantu informan untuk memahami makna simbol komunikasi yang diberikan kepada pengantin. Sebaliknya informan yang kurang memperhatikan upacara adat tersebut akan menghambat informan untuk memahami bentuk komunikasi simbolik yang diberikan kepada pengantin dalam upacara adat perkawinan.

Faktor sikap juga berpengaruh pada pembentukan persepsi informan. Dari hasil penelitian diketahui informan kedua menyatakan sikap kurang baik dengan pernyataan bahwa pemberian bentuk komunikasi simbolik tersebut hanya untuk menunjukkan kemampuan materi serta hanya menghambur-hamburkan materi, tenaga dan waktu tanpa ada manfaat yang bisa didapat dari simbol itu. Sikap yang kurang baik tersebut mengakibatkan informan kedua ini tidak memahami komunikasi simbolik tersebut. Sementara informan pertama, ketiga, dan keempat memberikan sikap yang baik terhadap bentuk komunikasi simbolik yang ada dalam upacara adat perkawinan. Informan beranggapan bahwa bentuk komunikasi simbolik itu mengandung nasehat, doa, dan harapan yang baik dari orang tua. Sikap baik ini membantu informan untuk memahami bentuk komunikasi simbolik tersebut.

Berdasarkan pembahasan di atas maka secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa penelitian ini telah mampu menjawab bagaimana persepsi pasangan suami-istri terhadap bentuk komunikasi simbolik dalam upacara adat perkawinan Batak Toba. Pasangan suami-istri pertama memahami tiga bentuk komunikasi simbolik, hanya ada satu simbol yang kurang dipahami pasangan ini. Pasangan suami-istri ketiga memahami dua simbol dan ada dua simbol yang kurang dipahami oleh pasangan ini. Pasangan suami-istri keempat hanya memahami satu simbol, ada

105

dua simbol yang kurang dipahami pasangan ini dan ada satu simbol yang tidak dipahami. Sementara ada tiga pasangan suami-istri yang tidak paham semua makna yang terkandung dalam keempat bentuk komunikasi simbolik tersebut yakni pasangan suami-istri kedua, kelima, dan keenam.

BAB V