• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR TABEL

II. TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Kerangka Pemikiran

Program Gerbang Dayaku berisikan proyek-proyek kegiatan berupa : (1). Pembangunan dibidang infrastruktur di antaranya pengerasan jalan, pembangunan jembatan, gorong gorong dan pengerasan jalan gang, (2) bidang ekonomi kerakyatan yaitu adannya pinjaman yang lunak melalui lembaga perkriditan desa(LPD), yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bagi keluarga miskin,sehingga dapat memanfaatkan sumber sumber lokal untuk meningkatkan kesejahteraan dengan harapan agar dapat hidup lebih baik di bandingkan sebelumnya ada progarm Gerbang Dayaku (3) bidang sumberdaya manusia yaitu adanya penambahan lokasi ruang belajar SDN.No.027 dan pendidikan yang diberikan secara gratis mulai dari tingkat SD - SMA baik negeri maupun swasta (Buku putih Gerbang Dayaku, 2006).

Dengan adanya program Gerbang Dayaku yang berisi proyek-proyek tersebut di harapkan dapat membantu memecahkan masalah kehidupan masyarakat Desa Manunggal Jaya dalam meningkatkan pendapatannya. Program- program yang sangat dirasakan manfaatnya terutama dan bidang kesejahteraan sosial yaitu adanya Santunan Warga Tidak Mampu (SWTM). Dinas Sosial (2006).

Dengan demikian agar dapat berjalan dengan baik maka program tersebut tentu harus di musyawarahkan secara efektif, serta adanya keikutsertaan masyarakat setempat untuk sumbangsih dan saran dalam perencanaan dan pelaksaaan kegiatan dengan harapan masyarakat setempat ada kepeduliannya dalam melakukan kegiatan Program Gerbang Dayaku, musyawarah secara mufakat, khususnya dalam menentukan perencanaan, pelaksanaaan dan evaluasi kegiatan. Musyawarah dapat berjalan secaa efektif, tetunya diperlukan dukungan dan partisipasi masyarakat setempat sehingga dalam melakukan kegiatan dapat berjalan sesuai dengan harapan.

Program Gerbang Dayaku dapat memberikan solusi mengentaskan kemiskinan pada masyarakat yang berada di Desa Manunggal Jaya, khususnya keluarga miskin, maka perlu dirumuskan strategi dengan tujuan untuk mengawasi semua kegiatan yang telah ada dalam program Gerbang Dayaku sehingga dapat

 

 

30

 

berjalan lebih optimal. Dalam upaya menanggulangi kemiskinan diperlukan beberapa tahapan yang harus dilaksanakan, sehingga penyusunan program bersama warga secara partisipatif menjadi relevan.

Dalam pelaksanaannya kegiatan program tersebut maka pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara yang wilayahnya sangat luas dan disesuaikan dengan kondisi geografis untuk memudahkan menjangkau maka pemerintah membagi daerah tersebut ke dalam 3 (tiga) Zona yaitu satu zona pantai yang meliputi 6 Kecamatan yaitu. Kecamatan Samboja, Kecamatan Muara Jawa, Kecamatan Marang Kayu, Kecamatan Muara Badak, Kecamatan Anggana, Kecamatan Sanga-Sanga kedua zona tengah yang meliputi 7 Kecamatan yaitu : Kecamatan Tenggarong Kota, Kecamatan Loa Kulu, Kecamatan Loa Janan, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kecamatan Sebulu, Kecamatan Muara Kaman, Kecamatan Kota Bangun, dan ketiga zona hulu mahakam yaitu ada 5 Kecamatan yaitu : Kecamatan Tabang, Kecamatan Kembang Janggut, Kecamatan Kenohan, Kecamatan Muara Wis, Kecamatan Muara Muntai, keluarga miskin setelah mendapat program dalam ekonomi kerakyatan maka dapat meningkatkan kesejahteraannya dalam menjalankan kegiatan sehari-hari, dalam pemerataan pembangunan maka program Gerbang Dayaku kelompokkan dalam wilayah zona kecamatan seperti pemaparan di atas agar sesuai dengan kondisi geografis dan tepat pada sasaran pada kelompok orang miskin dengan harapan dapat terentaskan melalui program Gerbang Dayaku yang sedang dikerjakan oleh pihak yang terkait termasuk adanya keterlibatan secara langsung dari warga masyarakat setempat.

3.2. Metode Kajian

Kajian ini bersifat eksplanasi (penjelasan) dan partisipatif dengan menggunakan metode kualitatif. Sebagai kajian eksplanasi berupaya menjelaskan faktor penyebab suatu kejadian atau gejala sosial dengan cara mengidentifikasi jaringan sebab-akibat berkenaan dengan keberadaaan suatu kejadian atau gejala sosial, yang dalam hal ini adalah peningkatan mutu program Gerbang Dayaku. Melalui metode ini dapat dijelaskan mengapa terdapat kelemahan dalam melakukan kegiatan dan bagaimana cara untuk memperbaikinya kepada masyarakat terutama yang terlibat dalam kegiatan. Dalam proses kajian diidentifikasi bagaimana keadaan kepengurusan tim sukses Gerbang Dayaku.

   

Lokasi dan Waktu Penelitian

Kajian pengembangan masyarakat mengambil lokasi di Desa Manunggal Jaya Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pada pertimbangan tempat kerja, bahwa jarak tempuh ke desa ini relatif mudah dijangkau sekitar 35 kilometer dari ibu kota Kabupaten Kutai Kartanegara tempat peneliti berdomisili. Pada awalnya Desa Manunggal Jaya merupakan desa persiapan dan baru pada tahun 1997 desa ini resmi menjadi desa definitif. Desa ini dipilih dalam studi kasus ini secara purposive karena karakteristik yang dimilikinya.

Waktu pelaksanaan melalui tahapan yaitu:(1) Pemetaan Sosial (27 desember 2006 samapi dengan 28 Januari 2007) (2) Evaluasi Pengembangan Masyarakat (15-4-2007 samapai dengan 8-5-2007). (3) Penyusunan Kajian Pengembangan Masyarakat ( september sampai oktober 2007).

Berikut ini adalah Gambar 1 Alur Kerangka Kajian sebagai berikut :

Alur Kerangka Kajian

Keterangan : Hubungan/arah kegiatan

Gambar 1 Alur Kerangka Kajian.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yang dapat berbentuk data kualitatif dan kuantitatif. Data primer dikumpulkan dari responden dan informan yang terpilih sebagai subyek kajian dan dari hasil

  Program Gerbang Dayaku Musyawarah Pembangunan Efektitfitas Program Pembangunan Pendapatan rumah tangga miskin Ekonomi Infrastruktur SDM Kesejahteraan Masyarakat Peningkatan Mutu Partisipasi Masyarakat

 

 

32

 

pengamatan. Pengumpulan data sekunder dilakukan pada instansi dan lembaga yang terkait. Untuk pengumpulan data dilakukan beragam teknik sebagai berikut :

1. Pengamatan berperan serta, yaitu dengan terlibat dalam berbagai kegiatan masyarakat dengan tujuan untuk melihat, merasakan dan memaknai peristiwa-peristiwa yang ada dalam masyarakat Desa Manunggal Jaya seperti acara hajatan, pernikahan dan lain-lain.

2. Wawancara mendalam yaitu dengan menggali informasi baik dari tokoh masyarakat, petani, pedagang, pengurus dan Pemerintah Desa dan perang kat desa, dan instansi terkait.

3. Observasi terhadap lingkungan masyarakat lokal, yaitu meneliti potensi sumberdaya yang ada, struktur masyarakat dan modal sosial yang ada. 4. Studi dokumentasi data yaitu dengan cara mempelajari arsip-arsip dan

dokumen-dokumen yang ada di kantor Desa Manunggal Jaya dan pada instansi terkait yang berkaitan dengan topik penelitian.

5. Snowball Sampling, yaitu peneliti mendatangi informan di lokasi

penelitian kemudian dilanjutkan dengan informan lainnya atas petunjuk informan pertama tentang siapa yang harus dihubungi selanjutnya.

Analisis Data

Analisis data kualitatif dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh, baik dari hasil wawancara, pengamatan, studi dokumen, observasi, diskusi kelompok, catatan harian, gambar, foto dan sebagainya.

2. Reduksi data, yaitu dengan cara memilih, memilah, menyederhanakan dan membuang data yang tidak perlu serta membuat ringkasan.

3. Penyajian data, yaitu dalam bentuk narasi, matriks dan gambar untuk memudahkan dalam menganalisis masalah.

4. Penarikan kesimpulan, semua data yang didapatkan di lapangan dihubungkan satu sama lain, dilakukan peninjauan kembali, mendiskusikan dengan responden atau informan sehingga dapat ditarik kesimpulan yang lebih jelas.

Sedangkan analisis data kuantitatif disajikan dalam bentuk tabel-tabel sesuai dengan relevansinya untuk menjelaskan fenomena yang berhubungan dengan kajian ini.

   

Rancangan Penyusunan Program

Metode rancangan penyusunan program dalam kajian ini dilakukan dengan menggunakan metode PRA (Participatory Rural Appraisal), yaitu memahami kondisi desa dengan melibatkan masyarakat dalam penyusunan program sehingga dapat benar-benar sesuai dengan potensi, permasalahan dan kebutuhan hidup masyarakat.

Pelibatan masyarakat dalam proses-proses pemikiran yang berlangsung selama kegiatan-kegiatan perencanaan dan pelaksanaan serta pemantauan dan evaluasi program. Untuk maksud konfirmasi dalam perumusan masalah dan penyusunan program juga dilakukan Focus Group Discusion (FGD).Guna untuk menentukan program yang menjadi prioritas utama dan yang sangat mendesak yang di perlukan oleh warga masyarakat setempat. Rancangan penyusunan program dilakukan dengan tahapan berikut :

1. Identifikasi masalah, masalah yang dipilih untuk dipecahkan dalam program merupakan masalah prioritas. Dalam tahapan ini mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat Desa Manunggal Jaya

2. Penentuan tujuan, maksud dari penentuan tujuan adalah untuk membimbing program ke arah pemecahan masalah. Penentuan tujuan adalah penentuan hasil apa yang akan diperoleh atau dicapai dalam program. Dalam proses ini melibatkan partisipasi masyarakat untuk memberi masukan-masukan dalam menetukan tujuan yang ingin dicapai,

3. Pelaksanaan program, Program dilaksanakan bersama-sama dengan masyarakat sehingga hasilnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dapat menjawab semua permasalahan yang dihadapi, sekaligus sebagai proses belajar untuk saling tukar pengalaman dan pengetahuan.

4. Evaluasi program,sangat penting dalam menentukan keberhasilan program yang dilaksanakan. Proses evalusi melibatkan masyarakat, dan semua yang terlibat dalam penyusunan program.

 

 

34

   

Desa Manunggal Jaya merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara, untuk menuju desa ini tidak mengalami kesulitan karena telah ada dan tersedia transportasi umum berupa angkutan sungai yang disambung dengan ojek dengan jarak tempuh 48 km dari ibukota Kabupaten atau 25 menit dan menggunakan angkutan pedesaan dari Ibukota propinsi berjarak 50 km. Keadaan geografis Desa Manunggal Jaya sebelah utara berbatasan dengan Desa Mangun Rejo, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bukit Raya, sebelah barat berbatasan dengan Desa Embalut dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Sempaja.

4.1. Kependudukan

Penduduk adalah sejumlah orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah tertentu dan merupakan proses demografi yaitu mortalitas, fertilitas dan migrasi. Komposisi penduduk mengambarkan susunan penduduk yang di buat berdasarkan pengelompokan penduduk menurut karakteistik yang sama. Said Rusli (2006). Pada bulan Desember 2006 jumlah penduduk Desa Manunggal Jaya terdiri atas 3.633. KK dan 6.909 jiwa yang terdiri dari 3.528.jiwa laki-laki dan 3.381 jiwa adalah perempuan dan luas Desa manunggal Jaya 1.337,00.hektar.

Komposisi Penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada gambar 1 piramida penduduk. Dimana pada gambar 1 menunjukan bahwa Penduduk Desa Manunggal Jaya Kecamatan Tenggarong Seberang yang usia produktif (15 - 64) tahun cukup besar yaitu 5498 jiwa.usia tenaga kerja di Desa Manunggal Jaya cukup potensial untuk menunjang pembangunan desa, yang merupakan sumber daya manusia yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan desa. Jika golongan umur (15 -64) tahun di pandang sebagai usia produktif, tiap rasio beban tanggungan adalah 26 orang. Ini berarti setiap 100 orang yang produktif menanggung 26 orang yang tidak produktif.

  35

Gambar 2 Piramida penduduk Desa Manungal Jaya 2006.

Hal ini menunjukkan bahwa rasio beban tanggungan di Desa Manunggal Jaya tidak begitu besar, karena jumlah penduduk yang di golongkan bukan usia produktif lebih sedikit bila di bandingkan dengan jumlah penduduk di usia produktif. Bila kita amati secara seksama terlihat bahwa bentuk piramida penduduk desa ini sedikit aneh, terutama pada kelompok umur penduduk antara 35 – 44 tahun yang jumlah laki-laki dan perempuan yang hampir sama dan sangat menonjol (cukup banyak) karena dengan adanya para pendatang untuk ekerja pada suatu perusahaan yang baru di buka sehingga mmerlukan tenaga kerja yang Skill harus di datangkan dari luar daerah bukan penduduk setempat jika di bandingkan dengan kelompok umur yang lain relatif kecil dan tidak dominan.

Diagram Jumlah penduduk Desa Manunggal Jaya berdasarkan tingkat pendidikan pada tahun 2006 sebagai berikut :

 

Gambar 3 Jumlah Penduduk Desa Manunggal Jaya Berdasarkan Tingkat

Pendidikan Pada Tahun 2006

Piramida tersebut menunjukan bahwa tingkat pendidikan masyarakat Desa Manunggal Jaya masih relative rendah. Hal ini dapat di ketahui dari prosentase penduduk yang masih berada di bawah tingkat pendidikan SLTP yaitu ada 3334 jiwa atau sekitar 70 persen. Pendidikan merupakan salah satu indikator dalam menentukan (IMH) indek mutu hidup, karena dengan pendidikan seseorang dapat memperoleh berbagai pengetahuan yang dapat digunakan untuk memahami fenomena yang ada sejalan dengan perkembangan terhadap ilmu pengetahuan. Rendahnya tingkat pendidikan dapat merpengaruhi terhadap pengetahuan.

Ketrampilan, pemahaman dan rendahnya pendapatan penduduk, hal ini terjadi pada kelompok keluarga miskin yang ada di Desa Manunggal Jaya tersebut pada umumnya berpendidikan SD. Rendahnya pendidikan dan ketrampilan menyebabkan rendahnya kemampuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, yang pada gilirannya membatasi akses untuk pemanfaatan sumber daya yang ada dalam masyarakat, akses untuk turut ambil bagian dalam pembuatan keputusan

2 % 32 % 38 % 21 % 6 % 1 % 0 5 10 15 20 25 30 35 40 Tidak tamat SD SD / Sederajat SMP / Sederaja SMA / Sederajat Diploma/Akademi Sarjana

  37 pengunaan sumber daya yang tersedia dan akses untuk berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan.

4.2. Kondisi perekonomian

Mata pencaharian pokok penduduk Desa Manunggal Jaya dapat dilihat pada Gambar 4. Berdasarkan gambar komposis penduduk Desa Manunggal Jaya mata pencaharian penduduk yang paling besar adalah buruh dengan persentase 44,98 persen, sedangkan mata pencaharian yang paling sedikti adalah PNS/PTT dengan persentase sebesar 5,89 persen. Untuk lebih jelasnya mata pencaharian penduduk Desa Manunggal Jaya disajikan pada Gambar 4

Gambar 4 Komposisi penduduk desa Manungal Jaya berdasarkan mata

pencahariannya tahun 2006.

Usia produktif di Desa Manunggal Jaya Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara sebanyak 5498 jiwa sebagaimana gambar piramida dua, dapat di katakan bahwa penduduk Desa Manunggal Jaya, yang bekerja sebagaimana tabel empat sebanyak 3048 jiwa atau sebesar 54 persen dari usia produktif. Hal ini menunjukan masih terdapat 46 persen dari usia produktif tidak bekerja atau belum bekerja atau masih sekolah. Demikian pula bervariasi

Wiraswasta; 12,25 Buruh; 44,98 Karyawan Pabrik; 36,88 PNS/PTT; 5,89

pekerjaannya yang mengambarkan bahwa masyarakat Desa Manunggal Jaya mengantungkan harapan pada pendidikan yang di raih, dimana penduduk dengan tingkat pendidikan yang rendah bekerja sebagai petani subsistensi, buruh atau karyawan pabrik atau buruh tani adalah mayoritas pekerjaan mereka. Hal ini menunjukan hubungan antara pendidikan yang rendah dan ketrampilan terbatas, walau lahan pertanian yang ada di desa tersebut bukan termasuk lahan yang subur sebagaiman data monografi Desa Manunggal Jaya pada tahun 2006, yang menunjukan kesuburan lahan pertanian adalah sedang yang memiliki tingkat keasaman cukup tinggi sehingga tidak sesuai dengan lahan pertanian sebagaimana tanah yang berada di jawa dan bali daerah asal penduduk Desa Manunggal Jaya Kecamatan Tenggarong Seberang.

4.3.Struktur Komunitas

Pelapisan Sosial yang terdapat dalam masyrakat Desa Manunggal Jaya di dasarkan pada faktor ketokohan karismatik seseorang, posisi yang sedang di jabat baik pormal maupun i9nformal tingkat pendidikan dan kekayaan. Penghargaan yang tinggi terhadap faktor-faktor tersebut, menempatkan orang yang memilihnya berada pada status sosial yang tinggi dimata masyarakat.

Tingkat kepatuhan masyarakat Desa Manunggal jaya kepada pemimpinnya masih tinggi, hal ini di dasarkan atas keyakinan agama yang kuat dalam masyarakat bahwa mereka berkewajiban untuk taat dan patuh kepada pemimpin serta adanya penghargaan yang tinggi menempatkan pemimpin yang memiliki status sosial tinggi pula. Selain itu dengan keterbatasan yang dimiliki oleh masyrakat baik keterbatasan kemampuan kesempatan memperoleh peluang (akses) sehingga mereka menaruh harapan besar pada pemimpinnya.

Belum terdapat Jejaring Sosial komunitas yang telah melembaga dan berjalan efektif. Komunikasi antar warga biasanya di bangun dalam foprum– forum terbatas yang di adakan di kantor kepala Desa atau acara-acara keagamaandi masjid, pura, gereja dan di balai pertemuan Umum.Pola-pola hubungan antar warga ini berkembang secara alamiahdan belum adanya upayamelembagakan pola-pola tersebut.

  39

4.4. Organisasi dan Kelembagaan

Selain lembaga formal yang sudah ada seperti Pemerintahan Desa, BPD, BUMDES, PKK, RT/RW, LPM, Karang Taruna(Karta) dan organisasi Pemuda Pancasila juga terdapat lembaga kemasyarakatan yang di bentuk oleh masyarakat seperti berbagai kelompok usaha ekonomi produktif dalam bidang home industri, pertanian /peternakan dan jasa/perdanggan forum pengelolaan air bersih (FPAB) Ikatan Paguyupan Keluarga Tanah jawi (IKAPAKARTI) Ikatan Putra daerah Kutai (IPDK) dan kelompok hutan rakyat (KHR).

Corak tradisional dalam pola pengasuhan dan kekerabatan masih nampak seperti, penanaman nilai-nilai masih dilakuakan oleh anggota keluarga inti (ayah dan ibu) di samping oleh lingkunghan sekolah dan pergaulan setempat dan pola pengasuhan yang diserahkan pada pembantun atau tenaga kerja yang di bayar khusus untuk mengasuh anak sangat jarang terjadi. Proses sosialisai dalam komunitas cenderung tidak ada hambatan dan dapat berlangsung denga lancar menggingat sebagian besar komunitas adalah penduduk asli yang masih memiliki garis kekerabatan, memiliki kesamaan budaya dan telah lama bersosialisasi dan berinteraksi satu sama lain.

Kelembagaan masyarakat yang sudah mengarah pada orgainsasi terjadi pada kelompokusaha yang sudah berhasil dan memiliki kecenderungan peningkatan usaha yang signifikan sehingga meraskan kebutuhan untuk mengorganisasi kegiatan usaha dengan lebih baik, adanya kelompok pembutan Krupuk amplang yang terbuat dari ikan pare dan patin.

4.5. Sumber daya Lokal

1. Pencarian Rotan

Pencarian rotan dilakukan oleh kelompok/ perorangan dilakukan pada siang hari di hutan guna untuk pembuatan ketrampilan tangan berupa anjat dan anyaman lainnya juga dapat di buat meja kursi tetapi harus mendapat pelatihan terlebih dahulu.

2. Pulau Kumala

Pulau kumala merupakan sumberdaya lokal karena pulau tersebut dijadikan sebagai obyek wisata domestik maupun manca negara guna untuk meningkatkan dan mengembangkan sumberdaya lokal karena dapat

dipergunakan untuk transaksi jual beli produk-produk lokal seperti anyaman, manik-manik, sumpit, mandau dayak dll.

3. Pembuatan Jukung

Pembuatan jukung dilakukan secara perorangan/ kelompok guna untuk alat transportasi penangkapan ikan dan memasang bu atau keramba kecil guna untuk menjaringan ikan

4. Pembuatan Sumpit

Pembuatan sumpit dilakukan oleh masyarakat dayak kenyah, bahau, modang, dan dayak penihing guna melestarikan budaya dan dapat menambah pendapatan bagi keluarga

5. Penangkapan ikan

Penangkapan ikan biasanya dilakukan dengan memasang Bu agar ikan tersebut masuk keperangkat jebakan tersebut biasanya dilakukan pada sore hari dan pagi baru di ambil biasaya banyak ikan yang terjebak dengan mengunakan mantra sesuai dengan kepercayaan masyarakat disana.

6. Sistem Penguasaan sumber daya alam agraris

Pada saat ini Desa manunggal Jaya, tuan tanah yang sebelumnya tahaun 80-an menguasahi lahan pertanian, kini menjadi kehilangan haknya lahan pertanian kini menjadi wilayah tak bertuan, karena batas-batas kepemilikan tanah di Desa Manunggal Jaya sudah tidak terlihat lahan yang dinyatakan terlantar. 7. Tekanan Penduduk terhadap tekanan sumber daya termasuk kepadatan agraris

Mengacu pada kepadatan penduduk Desa Manunggal Jaya, selain di tandai dengan tingkat kelahiran dan kematian yang tinggi, tipikal wialayah pedesaan, golongan penduduk usia produktif tampak menurun. Hal tersebut mengidikasikan suberdaya lokal sudah tidak bisa di harapkan lagi dapat memberi kontribusi dalam upaya pemenuhan kebutuhan mayoritas penduduk. 8. Lembaga yang Berhubungan dengan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Desa

Manunnggal jaya, sumber daya Alam yamh bebas di akses oleh masyarakat adalah sungai, karena sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang dinyatakan milik publik, selain hutan air dan laut, sumber daya laut relatif dekat dari desa manunggal jaya akan tetapi jarang sekali penduduk desa berkaitan langsung deangan hasil laut.

  41 9. Hubungan manusia denga ekosistem

Karakteristik masyarakat Desa Manunggal Jaya ecara umum tipikal komunitas di pesisir sungai Mahakam dan di pengaruhi oleh adat istiadat / budaya daerah sungai/pantai. Seni budaya yang sudah teriterivalisasi dan menjadi karaktetr komunitas di masing –masing wilayah.yaitu : Tari jepen,tari ronggeng, tari Huldoq, Tari Ngapaouy Ipan, Tari erau basuhu. Karakter lain yang merupakan akiabat terjadinya interaksi manusia dengan lingkungasn alamnya yang keras menjadikan karakter masyarakat Desa Manunggal Jaya termasuk komunitas desa menjadi individu yang cenderung keras dan bertemeramental.

5. Pemanfaatan daerah wisata dipulau kumala untuk meningkatkan perekonomian masyarakat lokal karena adanya wisata domestitk dan internasional sehingga dalam pemanfaatan telah dikelolanya oleh pedangang kecil atau asongan sehingga dapat tertata dan terkoordinir yang dikelola oleh masyarakat bersama pemerintah setempat sehingga dapat meningkatkan pendapatan dari hasil penjualan produk lokal (ciri khas produk orang Dayak Kalimantan Timur).

4.6.

Masalah Sosial

Berdasarkan pemetaan sosial dapat diidentifikasi masalah sosial di Desa Manunggal Jaya sebagai berikut :

Anak cacat, 6 orang, wanita rawan sosial ekonomi, 26 orang, keluarga miskin, 196 KK, rumah tidak layak huni, 68 KK, pengangguaran, 76 orang, lanjut usia terlantar,13 orang. Penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) yang banyak adalah keluarga miskin, sedangkan penyandang masalah kesejahteraan sosial lainnya terhitung kecil dibandingkan dengan jumlah keluarga miskin. Keluarga miskin tersebar di 2 (dua) Dusun dan 16 Rukun Tetangga (RT) keluarga miskin bermata pencaharian buruh tani dan buruh bangunan.

Program yang pernah ada untuk menanggulangi permasalahan kemiskinan di Desa Manunggal Jaya yaitu kelompok usaha bersama (Kube),Inpres desa tertinggal (IDT). Jaring Pengaman social (JPS) Program daerah dalam mengatasi dampak krisis ekonomi (PDM-DKE) yang kemudian dilanjutkan dengan Program pengentasan kemiskinan perkotaan (P2KP). Meskipun masyarakat miskin telah mendapatkan bantuan program pengentasan kemiskinana, tapi hasilnya tidak

seperti yang diharapkan. Masyarakat miskin yang telah tersentuh program pengentasan kemiskinan, tetap saja tidak beranjak dari kondisi kemiskinan. Karena itu, pasti ada yang salah dalam pelaksanaan program pengentasan kemiskinan tersebut. Namun kenyataannya program ini belum mampu mengentaskan kemiskinan sepenuhnya dan berkelanjutan karena disebabkan oleh beberapa faktor yang menjadi kendala dalam pelaksanaan kegiatan tersebut yaitu :

1) Dalam merencanakan program warga tidak pernah diikutsertakan 2) Tidak sesuai dengan keinginan masyarakat

3) Lemahnya kemampuan dalam manajemen usaha 4) Kurangnya jaringan kerja

5) Adanya ketidak kompakkan sesama anggota kelompok (kurang komunikasi)

6) Kurangnya inisiatif anggota kelompok dalam pengembangan usaha 7) Lemahnya pendampingan

8) Belum optimalnya pendampingan sosial dalam kegiatan tersebut.

Ketidakberlanjutan usaha ekomomi produktif anggota kelompok berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan keluarga yang ditandai dengan rendahnya tingkat pendapatan dan terbatasannya kemampuan untuk mengakses sumber yang ada di Desa Manunggal Jaya.

Dokumen terkait