• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR GAMBAR

1.4. Manfaat Kajian

1) Menjadi kontribusi akademis dalam mengembangkan teori kebijakan publik, khususnya yang berkaitan dengan implementasi kebijakan pembangunan desa Gerbang Dayaku dalam mewujudkan masyarakat madani di masa depan. 2) Secara operasional memberikan kontribusi praktis atau bahan masukan bagi

para perumus dan pelaksana kebijakan pembangunan khususnya di daerah agar bisa dijadikan bahan evaluasi dan kajian terhadap kebijakan yang sedang dilaksanakan demi penyempurnaan di masa yang akan datang.

 

2.1. Tinjauan Gerakan Pengembangan Pemberdayaan Kutai (Gerbang

Dayaku)

Tujuan utama dari kebijakan desentralisasi tahun 1999 dan UU No. 32 tahun 2004 adalah di satu sisi, membebaskan pemerintah pusat dari beban-beban yang tidak perlu dalam menangani urusan domestik, sehingga berkesempatan mempelajari, memahami, merespon berbagai kecenderungan global dan mengambil manfaat darinya. Pada saat yang sama, pemerintah pusat dapat lebih berkonsentrasi pada kebijakan makro yang bersifat strategis Ryaas Rasyid, (2002: 172). Di sisi lain, dengan desentralisasi kewenangan pemerintahan ke daerah, maka daerah akan mengalami proses pemberdayaan yang signifikan. Kemampuan prakarsa dan kreatifitas mereka akan terpacu sehingga kapabilitasnya dalam mengatasi berbagai masalah domestik akan semakin kuat. Desentralisasi merupakan simbol adanya trust dari pemerintah pusat kepada daerah Syaukani ,(2003: 84). Visi otonomi daerah menurut Afan Gaffar dalam Syaukani (2002: 173 – 174) dapat dirumuskan dalam tiga aras interaksinya, yaitu:

Bidang politik, karena otonomi adalah buah dari kebijakan desentralisasi dan demokratisasi, maka ia harus difahami sebagai sebuah proses untuk membuka ruang bagi lahirnya kepala pemerintahan daerah yang terpilih secara demokratis, dan pengambilan keputusan/kebijakan yang transparan. Bidang ekonomi, otonomi daerah dapat menjamin lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional di daerah, dan terbukanya peluang bagi pemerintah daerah mengembangkan kebijakan regional dan lokal untuk mengoptimalkan potensi ekonomi daerahnya. Bidang sosial dan budaya. Otonomi daerah harus dikelola sebaik mungkin demi menciptakan dan memelihara harmoni sosial, dan pada saat yang sama, memelihara nilai-nilai lokal yang dipandang bersifat kondusif terhadap kemampuan masyarakat merespon dinamika kehidupan di sekitarnya.

Karena itu, kebijakan penerapan otonomi daerah sesunguhnya dapat menjawab dua masalah secara bersamaan. Pertama, menyangkut soal merebaknya keinginan memisahkan diri oleh beberapa daerah seperti Aceh, Papua, Riau, Kalimantan Timur dan Maluku. Secara kasat mata, tuntutan pemisahan diri dari NKRI lebih tampak sebagai dampak psiko-sosio-politik akibat tekanan dan

 

 

7

perlakuan yang tidak adil selama rezim Orde Baru berkuasa; dan kedua, secara historis dan empiris makin melebarnya jurang ketimpangan antara pusat dan daerah di mana daerah penyumbang devisa terbesar negara tidak mendapatkan dana perimbangan secara memadai. Sementara sumber daya alam daerah dieksploitasi habis-habisan, pada saat yang sama program-program pemberdayaan daerah tidak memdapat perhatian secara maksimal dari pemerintah pusat Susanto, (2003: 40).

Dalam perspektif demikian, implementasi otonomi daerah di Kabupaten Kutai Kartanegara adalah membuat isu sentral pembangunan berbasis pada proses pemberdayaan masyarakat yang disebut Gerbang Dayaku (Gerakan Pengembangan Pembedayaan Kutai, di mana program Gerbang Dayaku tersebut merupakan konsep Syaukani dalam penyampaian visi dan misi calon bupati di depan anggota DPRD Kabupaten Kutai pada tahun 2004 yang memfokuskan kepada pembangunan berbasis wilayah, yaitu gerbang wilayah pedesaan, gerbang wilayah perkotaan dan gerbang sumber daya manusia. Potensi setiap wilayah yang berbeda mengharuskan penanganan dan bentuk pembangunan yang tentunya berbeda pula.

Gerbang Dayaku secara harfiah berarti pintu, dan Dayaku berarti kekuatan dan kemandirian. Artinya, pintu kekuatan untuk memasuki kemandirian, di mana kemandirian menjadi spirit dari otonomi daerah Sayukani, (2004). Sedangkan definisi Gerakan Pengembangan Pemberdayaan Kutai atau lebih dikenal dengan akronim Gerbang Dayaku menurut Syaukani (2004) adalah “Sebuah model pendekatan pembangunan yang berbasiskan pada pemberdayaan yang semua komponennya bersumber pada aspirasi dan potensi sumber daya yang dimiliki”. Di mana program dari Gerbang Dayaku itu sendiri dibagi dalam tiga kegiatan besar, yaitu pembangunan infrastuktur, ekonomi kerakyatan, dan sumber daya manusia. Salah satu program unggulan Gerbang Dayaku adalah adanya gerakan satu milyar/desa per tahun 2006. Guna menumbuhkan dan mendorong masyarakat meningkatkan etos kerja dan sektor produksi Susanto, (2003).

Visi Gerbang Dayaku adalah untuk menciptakan masyarakat Kutai Kartanegara yang madani sejahtera, mandiri dan berkualitas. Masyarakat madani sebagaimana visinya, mengandung arti bahwa masyarakat dapat menggunakan

 

potensi dan sumber daya dirinya untuk mengelola sumber daya yang dimiliki oleh kabupaten tersebut. Masyarakat madani adalah masyarakat yang agamis dan egaliter yang didasari atas kehidupan yang rukun dan damai berdasarkan masyarakat yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan pokok sesuai dengan standart kehidupan yang layak bagi kemanusian sebagaimana mestinya Susanto, (2003: 81).

Misi dari Gerbang Dayaku adalah memberdayakan seluruh komponen dan potensi masyarakat dalam sebuah wadah gerakan yang terencana dan terkoordinasi untuk mewujudkan pembangunan Kabupaten Kutai Kartanegara sesuai dengan aspirasi masyarakat. Hal ini apabila dicermati sangat sesuai dengan salah satu prinsip pekerjaan sosial, yaitu prinsip menentukan sesuatu sesuai dengan dirinya sendiri, bahwa sekecil apapun manusia mempunyai potensi sehingga bisa diberdayakan dalam pembangunan.

Dengan visi dan misi tersebut di atas dapat dikatakan bahwa seluruh komponen, khususnya masyarakat miskin yang selama ini dianggap sebagai beban dari pembangunan, akan menjadi kekuatan baru yang dapat menyumbangkan peranannya dalam pembangunan bangsa dan negara. Dengan demikian, tujuan yang akan dicapai dalam program Gerbang Dayaku adalah: (a) mewujudkan masyarakat Kutai Kartanegara yang berkesejahteraan sosial, yang adil dan beradab; (b) mewujudkan masyarakat Kutai Kartanegara yang mandiri; dan (c) mewujudkan masyarakat yang berkualitas Hery Susanto,( 2002:82 – 83).

Berangkat dari visi, misi dan tujuan tersebut dapat dikatakan bahwa parameter dari program Gerbang Dayaku adalah kesejahteraan, kemandirian dan kualitas sumber daya manusia. Oleh karenanya partisipasi masyarakat dalam Gerbang Dayaku menempati posisi sangat tinggi karena segenap komponen tersebut akan menjadi ujung tombak yang mewarnai sis-sisi gerakan pembangunan yang dicanangkan. Sehingga dengan demikian tidak ada yang berpotensi mubazir dari keseluruhan proses pembangunan di Kabupaten Kutai Kartanegara sepanjang pemerintahannya beserta stakeholder di tingkat masyarakat dapat selalu melakukan evaluasi secara efektif.

Sehubungan dengan itu dalam disiplin ilmu pekerjaan sosial dalam rangka pelaksanaan program Gerbang Dayaku termasuk dalam jenis pelayanan sosial.

 

 

9

Alfed J. Khan dalam Soetarso, (1993: 35) mengklasifikasikan pelayanan sosial berdasarkan fungsinya, adalah:

1. Pelayanan sosial untuk tujuan sosialisasi dan pengembangan

2. Pelayanan sosial dengan tujuan penyembuhan, pemberian bantuan, rehabilitasi dan perlindungan sosial

3. Pelayanan sosial untuk membantu orang menjangkau dan menggunakan pelayanan yang sudah ada, pemberian informasi dan nasehat.

Berdasarkan klasifikasi pelayanan sosial tersebut, pelayanan sosial oleh keluarga miskin termasuk dalam fungsi pemberian bantuan, pengembangan, menjangkau dan menggunakan pelayanan yang sudah ada, pemberian informasi dan nasehat. Sehingga dengan bantuan yang diberikan diharapakan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dan lebih dari itu keluarga miskin dapat menjalankan fungsi sosialnya. Sebagaimana dikemukakan oleh Alfred J. Khan dalam Soetarso, (1993: 26) bahwa: Pelayanan sosial berisikan program-program yang ditujukan untuk melindungi dan memulihkan kehidupan keluarga, membantu perorangan untuk mengatasi masalah-masalah yang diakibatkan oleh faktor-faktor dari luar maupun dalam dirinya, meningkatkan proses perkembangan, serta mengembangkan kemampuan orang untuk memahami, menjangkau dan mengusahakan pelayanan yang tersedia melalui pemberian informasi, bimbingan perwakilan kepentingan dan bantuan-bantuan nyata.

Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa pemberian pelayanan sosial bertujuan untuk memecahkan masalah bagi pengembangan diri keluarga miskin untuk menjangkau pelayanan sosial yang tersedia.

Dokumen terkait