• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesimpulan

1. Karakteristik sosiodemografi keluarga, ibu dan anak di wilayah pesisir dan di wilayah pedalaman

Karakteristik sosiodemografi keluarga responden

Status sosial ekonomi keluarga responden di wilayah pedalaman secara nyata lebih tinggi daripada status sosial ekonomi keluarga responden di wi- layah pesisir dilihat dari pendidikan orangtua yang lebih tinggi, jumlah anak dan besar keluarga yang lebih sedikit serta pendapatan perkapita perbulan lebih besar. Berdasarkan pendapatan keluarga per kapita per bulan, sebagian besar keluarga responden termasuk golongan ekonomi menengah ke bawah, terutama keluarga responden di wilayah pesisir dan kondisi ini membatasi daya beli keluarga responden.

Dalam kaitan dengan ikan laut sebagai salah satu bahan pangan untuk lauk, jalur transportasi yang melintasi wilayah pedalaman lebih terbuka sedang jalur transportasi di wilayah pesisir lebih tertutup. Kondisi ini memberi peluang lebih besar masuknya berbagai macam bahan pangan ke wilayah pedalaman, yang memungkinkan mengecilnya pilihan masyarakat pedalaman pada bahan pangan ikan laut. Sebaliknya jalur transportasi pada wilayah pesisir yang lebih tertutup memperlambat distribusi bahan pangan, sehingga ragam pilihan bahan pangan terbatas. Akibatnya masyarakat pesisir semakin memfokuskan pilihan bahan pangan untuk lauk pada ikan laut yang memang tersedia lebih banyak di wilayah pesisir.

Karakteristik responden ibu

Peubah wilayah sangat berpengaruh pada berbagai atribut ibu di wilayah pesisir sedang peubah pendidikan ibu yang lebih tinggi di wilayah pedalaman lebih berpengaruh pada berbagai atribut ibu di wilayah pedalaman. Sikap kognitif ibu dan ketidakpercayaan ibu terhadap mitos ikan laut yang memiliki korelasi positif dan tinggi terhadap pendidikan ibu ternyata tidak berbeda nyata di kedua wilayah. Hal ini menunjukkan bahwa wilayah pesisir yang berarti ketersediaan ikan laut yang relatif lebih banyak, lebih beragam dan lebih segar dapat meningkatkan sikap kognitif ibu dan ketidakpercayaan ibu

terhadap mitos makan ikan laut di wilayah pesisir walaupun dengan pendidikan ibu yang secara nyata lebih rendah.

Karakteristik responden anak

Pengaruh wilayah pesisir sangat besar pada berbagai atribut anak. Hampir seluruh peubah anak di wilayah pesisir lebih baik, kecuali norma subyektif internal yang anak rasakan tidak berbeda nyata di kedua wilayah. Ikan laut sebagai bahan pangan untuk lauk diposisikan anak di kedua wilayah sebagai pilihan kedua setelah daging ayam. Di antara berbagai jenis produk ikan laut, ikan segar lebih banyak dipilih pada urutan pertama oleh anak di wilayah pesisir sedang anak di wilayah pedalaman lebih banyak yang memilih ikan kaleng. Produk ikan asin paling sedikit dipilih anak, terutama di wilayah pesisir. Guna meningkatkan asupan ikan laut pada anak, produk ikan kaleng yang lebih banyak dipilih anak di wilayah pedalaman dapat membuka peluang untuk meningkatkan kuantitas asupan ikan laut pada anak di wilayah pedalaman.

2. Pengaruh sosio-demografi terhadap perilaku ibu menyediakan ikan laut dalam menu keluarga

Wilayah pesisir, pendapatan per kapita, pendidikan ibu, sikap afektif ibu, besar keluarga dan persepsi ibu tentang ikan laut memberi kontribusi nyata pada perilaku ibu menyediakan ikan laut dalam menu keluarga. Sikap kognitif ibu tidak berpengaruh nyata. Hal ini menunjukkan bahwa seberapapun positifnya sikap kognitif ibu terhadap ikan laut tidak mempengaruhi ketersediaan ikan laut dalam menu keluarga, kecuali bila sikap afektif ibu terhadap ikan laut positif.

3. Penentu sikap anak terhadap makan ikan laut.

Wilayah pesisir, pola makan keluarga, sikap afektif ibu, ketidakpercayaan ibu terhadap mitos makan ikan laut, besar keluarga dan pendidikan ibu memberi kontribusi signifikan pada sikap anak terhadap makan ikan laut. Tersedianya ikan laut dalam menu keluarga tidak berpengaruh nyata pada sikap anak. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan ikan laut dalam menu keluarga tidak membuat sikap anak positif terhadap makan ikan laut, kecuali bila sikap afektif ibu terhadap ikan laut dapat dirasakan anak.

4. Penentu frekuensi anak mengonsumsi ikan laut per minggu

Wilayah pesisir memberikan kontribusi nyata terbesar ke frekuensi anak mengonsumsi ikan laut, kemudian sikap afektif ibu dan sikap anak terhadap makan ikan laut. Sikap afektif ibu terhadap ikan laut menjadi peubah penting setelah peubah wilayah pesisir karena selain memberi kontribusi nyata pada peubah terikat, juga 1) memberi jalan tersedianya ikan laut dalam menu keluarga, dan 2) mempengaruhi sikap anak terhadap makan ikan laut menjadi lebih positif yang kemudian mempengaruhi kecenderungan dan frekuensi anak mengonsumsi ikan laut.

5. Penentu konsumsi ikan laut per hari pada anak

Wilayah pesisir memberikan kontribusi terbesar pada konsumsi ikan laut per hari, kemudian kecenderungan anak makan ikan laut. Dalam pendekatan TPB, kecenderungan anak makan ikan laut membuktikan menjadi penentu utama konsumsi ikan laut pada anak. Tidak adanya kontribusi nyata kontrol perilaku yang anak rasakan terhadap konsumsi ikan laut anak membuktikan bahwa konsumsi ikan laut pada anak merupakan perilaku tidak di bawah kontrol anak, namun merupakan perilaku yang tergantung pada berbagai peubah lainnya, seperti persepsi dan sikap afektif ibu, serta sikap anak.

6. Pengaruh ibu pada sikap dan perilaku anak makan ikan laut

Sebagian besar responden berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi golongan menengah kebawah. Selain peubah wilayah pesisir, yang berarti ketersediaan ikan laut di suatu wilayah yang relatif dalam jumlah banyak, beragam dan segar, peubah sikap afektif ibu terhadap ikan laut merupakan penentu sikap dan perilaku makan ikan laut pada anak yang rata- rata berusia 11 tahun 4 bulan. Pengaruh sikap afektif ibu pada sikap dan perilaku anak makan ikan laut mengalahkan pengaruh pendidikan ibu, sikap kognitif dan perilaku ibu menyediakan ikan laut dalam menu keluarga.

Saran 1. Untuk Pemerintah

a. Selama ini upaya-upaya peningkatan konsumsi suatu pangan secara umum di rumah tangga lebih banyak dilakukan dengan menganjurkan peningkatan pendidikan masyarakat dan peningkatan pengetahuan

masyarakat khususnya tentang manfaat gizi pangan tersebut. Hasil penelitian ini yang berkaitan dengan makan ikan laut membuktikan bahwa upaya-upaya tersebut tidak cukup, mengingat persepsi ibu tentang ikan laut berpengaruh nyata pada sikap afektif ibu, dan sikap afektif ibu merupakan kunci pada penyediaan ikan laut dalam menu keluarga dan pada perilaku anak mengonsumsi ikan laut. Peningkatan pendidikan dan pengetahuan masyarakat, khususnya kaum perempuan, hendaknya disejajarkan dengan upaya penumbuhan dan peningkatan persepsi ibu tentang ikan laut dan sikap afektif atau kesukaan ibu terhadap ikan laut.

b. Mempertimbangkan ikan laut cukup banyak dipilih ibu sebagai bahan pangan peringkat pertama, maka ketersediaan ikan laut bagi konsumen sangat layak mendapatkan perhatian. Disamping itu wilayah pesisir yang menunjukkan ketersediaan ikan laut dalam jumlah dan ragam yang relatif banyak dan segar merupakan kontributor terbesar pada kedua model perilaku anak mengonsumsi ikan laut. Dengan demikian diperlukan pensosialisasian teknologi tepat guna ke masyarakat (distributor, penjual langsung dan konsumen) agar dapat mempermudah pendistribusian ikan laut sehingga memungkinkan ikan tetap dalam keadaan relatif segar sampai ke konsumen.

c. Produk ikan laut yang lebih banyak dipilih anak di wilayah pedalaman adalah produk ikan kaleng. Sebagai salah satu upaya untuk memperbesar konsumsi ikan laut pada anak, maka perlu dipikirkan usaha-usaha pengadaan ikan kaleng di wilayah pedalaman atau usaha mempermudah pendistribusian ikan kaleng ke wilayah pedalaman.

d. Urutan pilihan anak di kedua wilayah terhadap bahan pangan untuk lauk adalah yang pertama daging ayam, kemudian ikan laut. Untuk meningkatkan konsumsi ikan laut pada anak, selain mengonsumsi ikan laut dalam bentuk utuh, kiranya dapat juga dilakukan melalui produk-produk olahan ikan laut yang lebih mudah anak-anak terima, seperti bakso, nugget, burger dan sosis ikan. Produk-produk olahan tersebut melalui makanan ”trendi” atau yang digemari kelompok anak dan remaja, seperti mie bakso, hamburger, hot dog diharapkan dapat meningkatkan kegemaran dan konsumsi anak makan ikan laut.